Mengenal Upacara Potong Rambut Gimbal di Dieng, Apa Makna dan Tujuannya?

Mengenal Upacara Potong Rambut Gimbal di Dieng, Apa Makna dan Tujuannya?

Muthia Alya Rahmawati - detikJateng
Senin, 27 Nov 2023 15:43 WIB
Prosesi cukur 6 anak rambut gimbal di Wonosobo, Minggu (27/8/2023).
Prosesi cukur 6 anak rambut gimbal di Wonosobo, Minggu (27/8/2023). Foto: Uje Hartono/detikJateng
Solo -

Dieng memiliki upacara adat yang unik, yaitu upacara Potong Rambut Gimbal. Seperti upacara adat di daerah lain, upacara ini tentu memiliki makna dan tujuannya tersendiri.

Dieng merupakan daerah yang berbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Topografi wilayahnya berupa dataran tinggi dan pegunungan dengan suhu udara yang rendah.

Rambut gimbal yang dimiliki warga Dieng ini bukanlah buatan atau disengaja, melainkan tumbuh alami. Biasanya rambut ini tumbuh di masa anak-anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut detikJateng rangkumkan penjelasan mengenai upacara potong rambut gimbal ini berdasarkan jurnal "Tradisi Potong Rambut Gimbal dalam Perspektif Dakwah Masyarakat Desa Tlogojati" (2022) karya Ahmad Taqwin dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Upacara Potong Rambut Gimbal

Tradisi Potong Rambut Gimbal adalah ritual memotong rambut gimbal secara alami di masyarakat Wonosobo dan sekitarnya. Rambut gimbal diyakini sebagai anugerah dari Kyai Kolodete dan tradisi ini berawal dari Dataran Tinggi Dieng. Sekarang, tradisi ini menyebar ke beberapa desa, termasuk Tlogojati di Kabupaten Wonosobo.

ADVERTISEMENT

Masyarakat dengan rambut gimbal harus menjalani upacara adat khusus dengan persyaratan tertentu. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa rambut tersebut harus dijaga dan tidak boleh dipotong tanpa mengikuti upacara tradisional seperti yang biasanya dilakukan.

Biasanya, peristiwa rambut gimbal ini terjadi pada anak-anak berusia 3 hingga 6 tahun. Anak tersebut seringkali mengalami sakit selama beberapa hari. Setelah itu, rambutnya secara perlahan mulai menggumpal. Proses ini berlanjut hingga akhirnya terbentuk gimbal yang semakin bertambah banyak.

Ketika sudah masuk ke tahap ini, orang tua anak enggan memotongnya dan membiarkannya terus tumbuh menjadi gimbal hingga mencapai usia sekitar 5 atau 6 tahun, sambil menyiapkan segala kebutuhan untuk melibatkan anak dalam tradisi potong rambut gimbal.

Bagi masyarakat Tlogojati, upacara ini memiliki makna sakral, dan ketenangan hati mereka tercapai setelah anak mereka menjalani ritual pemotongan rambut gimbal.

Kyai Kolodete

Saat Majapahit runtuh, banyak orang melarikan diri ke berbagai daerah, termasuk Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik yang tiba di dataran tinggi Dieng. Kyai Kolodete yang berambut gimbal dan panjang bersumpah bahwa ia takkan mencukur rambutnya selama Dieng belum makmur.

Jika sumpah ini tak terpenuhi, ia berjanji untuk menitiskan rohnya ke anak yang baru lahir atau yang baru bisa berjalan, yang akan tumbuh rambut gimbal secara alami sebagai tanda kegagalan sumpah tersebut.

Makna dan Tujuan

Masyarakat di Dieng masih kental dengan animisme, yaitu kepercayaan akan leluhur yang kemudian dibudidayakan dengan nilai-nilai Islam. Mereka percaya bahwa rambut gimbal ini akan memberi sesuker yang berarti kesialan, kesedihan, atau malapetaka bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu, rambut gimbal perlu dipotong. Setelah rambut anak-anak dipotong, maka orang tua mempercayai bahwa anak tersebut akan bebas dari sesuker yang dititipkan oleh Kyai Kolodete.

Tradisi ini adalah simbol dari hubungan antara leluhur, manusia, dan Tuhan yang memperlihatkan rasa terima kasih atas segala anugerah. Dalam upacara potong rambut gimbal, diberikan sesaji khusus untuk leluhur dan melibatkan prosesi keagamaan. Hal ini menciptakan pola yang mencampurkan unsur budaya lokal dan nilai-nilai Islam, menunjukkan keberadaan lokalitas yang masih dipengaruhi oleh Islam.

Proses Upacara Potong Rambut Gimbal

Ketika prosesi upacara potong rambut akan digelar, keluarga biasanya menyelenggarakan acara meriah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Acara berlangsung selama dua atau tiga hari, dengan hari pertama dan kedua untuk menyambut tamu dari luar daerah, dan hari terakhir untuk prosesi potong rambut gimbal.

Sebelum acara, orang tua meminta permintaan kepada anaknya, yang harus dipenuhi oleh orang tua. Jika tidak diberikan, jalannya prosesi upacara bisa menjadi gagal atau setelah dipotong, rambutnya akan tumbuh kembali.

Setelah permintaan terpenuhi, keluarga mencari hari baik untuk melaksanakan tradisi ini. Masyarakat Tlogojati memandang pemilihan hari baik sebagai suatu tradisi untuk menghormati leluhur dan sebagai bentuk ikhtiar agar acara berjalan lancar dan terhindar dari marabahaya.

Sebelum melaksanakan prosesi tradisi potong rambut gimbal, seseorang yang akan menjalani tradisi tersebut harus menyiapkan sarana dan prasarana sebagai syarat. Persiapannya mencakup benda-benda seperti gunting, sisir, payung, cermin, kain kafan, kemenyan, buju rombyong, ingkung panggang, ambeng, nasi golong, dan sesaji yang ditempatkan di saka guru atau saka penggeret.

Semua perlengkapan ini disatukan dengan permintaan anak dan diletakkan di depannya ketika proses pemotongan rambut akan dilakukan. Setelah persiapan semua perlengkapan, malam sebelum acara, tuan rumah mengundang keluarga dan sebagian masyarakat Desa Tlogojati serta tokoh masyarakat setempat untuk hadir dalam prosesi potong rambut gimbal anak.

Acara dimulai dengan sambutan dari orang tua anak yang juga berisi ikrar permintaan anak yang sudah dipenuhi, dilanjutkan dengan doa restu agar hilangnya rambut gimbal membawa berkah dan menghindarkan anak dari segala bala. Semua permintaan dan sesaji diletakkan di dekat anak yang akan dipotong rambutnya.

Anak dipangku ibunya dan dipayungi oleh bapaknya, kemudian prosesi dimulai dengan diiringi oleh bacaan sholawat bersama-sama oleh masyarakat dan keluarga yang hadir. Rambut gimbal yang dipotong dibungkus dengan kain kafan dan disimpan oleh orang tua anak. Setelah selesai, masyarakat melaksanakan selamatan atau kenduri sebagai tanda berkat dari tuan rumah untuk dibawa pulang.

Demikian informasi mengenai upacara potong rambut gimbal, beserta makna dan tujuannya. Upacara ini memiliki nilai budaya yang sangat kental sehingga perlu untuk terus dilestarikan. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apl/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads