Berdasarkan Surat Edaran dari Kementerian Agama, ada pakaian wajib yang harus dikenakan para peserta apel Hari Santri 2023, yaitu peci hitam, atasan putih, dan bawahan sarung. Ternyata sarung punya makna dan filosofi yang mendalam, Lur.
Sarung sendiri merupakan salah satu kain khas nusantara yang dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan, baik acara santai maupun resmi. Pakaian yang menjadi bawahan ini sangat identik dengan beberapa tokoh penting, salah satunya adalah Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.
Ternyata, sarung bukan kain sembarangan. Ada sejarah panjang dan filosofi mendalam di baliknya. Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui informasi lengkapnya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Kain Sarung di Nusantara
Mengutip dari laman resmi Kemenag RI, asal usul dan sejarah sarung masih belum ditemukan jejak-jejaknya secara jelas. Namun berdasarkan karya-karya sastra Nusantara, kain sarung berhubungan dengan kain penutup yang umum digunakan.
Sikap masyarakat Indonesia yang cenderung terbuka menjadikan sarung sebagai salah satu ciri khas orang-orang yang bergaul atau srawung. 'Srawung' merupakan istilah bahasa Jawa yang memiliki arti 'bergaul' di dalam bahasa Indonesia.
Salah satu bukti bahwa sarung merupakan pakaian estetis orang-orang yang bergaul terdapat di dalam syair berjudul 'Cah Angon' karya Sunan Kalijaga:
"Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir. Dondomano Jrumatono kanggo sibo mengko sore"
Dalam lirik tersebut tersirat sejarah tentang penggunaan sarung. Dahulu, orang Jawa terbiasa memakai kain jarik yang dijahit dan disambung menjadi kain sarung untuk menghadiri pertemuan di waktu sore.
Di dalam syairnya, Sunan Kalijaga tidak menyebut sarung melainkan 'dodot' atau pakaian karena pada masanya belum lahir istilah sarung. Meski begitu, apa yang dikemukakan Sunan Kalijaga dapat ditandai sebagai cikal bakal kemunculan sarung. Tentu saja sarung bercorak batik yang lebih dahulu dikenakan para santri.
Makna dan Filosofi Sarung
Berikut adalah makna serta filosofi sarung yang dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Lampung.
Sarung merupakan ciri khas santri yang memiliki segudang makna. Sarung bisa dipakai di mana saja dan kapan saja. Salah satu makna filosofis yang utama dari sarung adalah kesederhanaan.
Kain sarung sendiri sederhana, adem, dan longgar tidak sempit. Sama halnya dengan cara berfikir santri yang harus adem tidak mudah emosi, serta harus memiliki pola pikir yang longgar dan tidak sempit.
Sarung yang adem, longgar, dan tidak sempit membuat pemakainya merasa nyaman. Harapannya, santri juga menjadi seseorang yang dapat membuat masyarakat merasa lebih nyaman dan tentram.
Demikian informasi mengenai sejarah sarung berikut makna dan filosofinya yang mendalam. Semoga bermanfaat, detikers!
(dil/dil)