Bahasa Jawa memiliki unggah-ungguh yang membedakannya dengan bahasa tradisional lain. Unggah-ungguh adalah kaidah yang digunakan masyarakat Jawa dalam bertutur kata. Penggunaan unggah-ungguh memperhatikan penutur, lawannya, situasi dan kondisi.
Sasangka dalam buku Unggah-Ungguh Bahasa Jawa (2019) mengemukakan, unggah-ungguh bahasa Jawa secara emik dibedakan menjadi dua, yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Kedua ragam bahasa tersebut kemudian berkembang dengan masing-masing memiliki dua bentuk varian, yaitu lugu dan alus.
Krama Lugu
Ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh dalam bahasa Jawa yang kalimatnya berisi kosakata bahasa krama. Afiks (imbuhan) yang digunakan dalam ragam krama yaitu afiks dipun-, -ipun, dan -aken. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian, yaitu krama lugu dan krama alus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Krama lugu adalah bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya masih tergolong rendah. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan ngoko alus, krama lugu tetap menunjukkan kadar kehalusannya.
Krama lugu juga dikenal dengan sebutan krama madya. Dalam krama lugu lebih sering muncul afiks ngoko, seperti di-, -e, dan -ake daripada afiks dipun-, -ipun, dan -aken. Tujuannya, menurunkan derajat kehalusan sehingga lebih mudah dibedakan dengan ragam krama alus.
Kepada Siapa Krama Lugu Digunakan?
Krama lugu biasanya digunakan oleh individu yang lebih muda ketika berbicara dengan individu yang lebih tua. Contoh penggunaan krama lugu, yaitu murid terhadap guru, pembantu kepada majikan, karyawan kepada atasan, dan lain sebagainya.
Selain itu, krama lugu juga biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara yang baru dikenal atau masih belum akrab, namun masih seumuran.
Contoh Kalimat dalam Ragam Krama Lugu
Berikut ini beberapa contoh kalimat dalam krama lugu yang dikutip dari berbagai modul dan buku ajar bahasa Jawa dan sumber-sumber lainnya.
1. Niki bathike sing pundi sing ajeng diijolake? (Ini batiknya mana yang akan ditukarkan?)
2. Mbak, njenengan wau dipadosi bapak. (Mbak, kamu tadi dicari bapak.)
3. Pak Bejo, sampeyan mboten siyos kesah? (Pak Bejo, Anda tidak jadi pergi?)
4. Kalawau sampun nedha punapa dereng, Bu? (Tadi sudah makan atau belum, Bu?)
5. Mas Bayu kalawau budal sekolah mlampah. (Mas bayu tadi berangkat sekolah jalan kaki.)
6. Kula kesupan mboten nggarap PR. (Saya lupa tidak mengerjakan PR.)
7. Adik wau bali mulih saka Jakarta kanthi numpak bis. (Adik tadi pulang dari Jakarta naik bis.)
8. Rini duwe dolanan anyar sing lucu lan apik banget. (Rani punya mainan baru yang lucu dan bagus sekali.)
9. Kula kalawingi ningali wayang kulit. (Saya kemarin melihat pertunjukkan wayang kulit.)
10. Sampeyan napa sampun wangsul saking kantor Mas? (Kamu apa sudah pulang dari kantor, Mas?)
11. Ibu tumbas gendhis ing warung Bu Tuti. (Ibu membeli gula di warung Bu Tuti.)
12. Mas Ilham nedha iwak bandeng. (Mas Ilham makan ikan bandeng.)
13. Kanca kula tumbas oleh-oleh tahu kuning saka Kediri. (Teman saya membeli oleh-oleh tahu kuning dari Kediri.)
14. Sampun jam sedasa budhe kok dereng tilem? (Sudah jam sepuluh malam kok budhe belum tidur?)
15. Adhikku disukani Bu Guru jajan amarga nilai ulangane apik. (Adikku diberi jajan sama Bu Guru karena nilai ulangannya bagus.
16. Sing dipilih Mas Sigit niku jurusan tataboga utawi perhotelan? (Yang dipilih Mas Sigit itu jurusan tataboga atau perhotelan?
17. Mbak Siska tumut Pakdhe menyang Yogyakarta. (Mbak Siska ikut Pakdhe ke Yogyakarta.)
18. Bapak mboten adus amarga sakit. (Bapak tidak mandi karena sakit.)
19. Kula ditumbasaken laptop anyar kaliyan Bapak. (Saya dibelikan laptop baru sama Bapak)
20. Kula boten kemutan menawi dinten menika kedah numbasaken rasukan kagem Bapak. (Saya tidak ingat jika hari ini harus membelikan pakaian untuk Bapak.)
Itu dia penjelasan mengenai ragam krama lugu beserta contoh kalimatnya. Selamat belajar!
(row/row)