Malam 1 Suro Adalah: Pengertian, Sejarah, dan Peringatannya

Malam 1 Suro Adalah: Pengertian, Sejarah, dan Peringatannya

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Senin, 17 Jul 2023 11:28 WIB
Suasana Kirab Malam 1 Suro di Keraton Solo, Sabtu (29/10/2022).
Malam 1 Suro Adalah: Pengertian, Sejarah, dan Peringatannya. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng.
Solo -

Salah satu waktu yang dianggap sakral dan selalu diperingati setiap tahun oleh masyarakat Jawa adalah malam 1 Suro. Apa itu malam 1 Suro? Simak penjelasannya berikut ini.

Masyarakat Jawa memiliki berbagai tradisi yang biasanya dilaksanakan pada hari dan tanggal tertentu. Salah satunya adalah malam 1 Suro.

Pada malam yang dianggap sakral ini, masyarakat di berbagai daerah menyelenggarakan berbagai tradisi yang memiliki makna berbeda-beda namun tujuannya sama yakni memperingati malam 1 Suro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apa sebenarnya malam 1 Suro? Bagaimana sejarah peringatan malam 1 Suro hingga diperingati setiap tahun? Berikut pembahasannya.

Apa Itu Malam 1 Suro?

Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, malam 1 Suro adalah awal tahun baru Hijriah yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. Pada malam ini, masyarakat Jawa di Indonesia melakukan berbagai macam ritual sesuai dengan tradisi masing-masing daerah.

ADVERTISEMENT

Sejarah Malam 1 Suro

Mengutip laman Kelurahan Ngeposari Kab. Gunungkidul, penetapan 1 Suro sebagai awal tahun baru Jawa dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Raja Mataram yang berkuasa pada 1613-1645 tersebut

Pada 1633 M atau 1555 tahun Jawa, Sultan Agung mengadakan pesta atau selamatan secara besar-besaran. Dalam pesta itu, Sultan Agung menetapkan Tahun Jawa atau tahun Baru Saka untuk diberlakukan di bumi Mataram. Sultan Agung juga menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.

Penetapan tersebut diputuskan oleh Sultan Agung setelah memadukan kalender Hijriah, kalender Jawa, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh dari penanggalan Julian.

Sultan Agung kemudian mengeluarkan dekrit yang menyatakan pergantian penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan. Dekrit tersebut menjadi awal perubahan setiap angka tahun Jawa yang diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.

Di sisi lain, Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan sistem kalender Jawa pada tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru untuk memperkenalkan kalender Islam pada masyarakat Jawa.

Pada saat yang bersamaan, Sultan Agung menyeru kepada rakyatnya untuk bersatu melawan Belanda di Batavia. Seluruh kalangan masyarakat termasuk kaum santri dan abangan disatukan oleh Sultan Agung.

Untuk mengontrol pemerintahannya, Sultan Agung mengadakan laporan pemerintahan yang dilakukan setiap hari Jumat Legi. Selain itu, kegiatan tersebut juga disertai dengan pengajian sekaligus ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel (Sunan Ampel) dan Giri. Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal kesakralan malam 1 Suro.

Peringatan Malam 1 Suro

Dikutip dari laman Kemdikbud RI, malam 1 Suro diperingati pada malam hari setelah maghrib pada hari sebelum tanggal 1 Suro. Adapun hal itu karena pergantian hari dalam kalender Jawa dimulai saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam sebagaimana pergantian hari dalam kalender Masehi.

Salah satu wilayah yang memiliki tradisi peringatan malam 1 Suro adalah Kota Surakarta. Di kota ini tepatnya di Keraton Surakarta terdapat ritual Kirab Malam 1 Suro. Ritual ini telah dilaksanakan secara turun-temurun selama ratusan tahun.

Pada pelaksanaan Kirab Malam 1 Suro, ribuan orang berpartisipasi mulai dari Raja beserta keluarga dan kerabat, abdi dalem, hingga masyarakat umum. Terdapat pula kebo bule sebagai cucuk lampah kirab, keturunan dari kebo Kyai Slamet.

Semua peserta kirab mengenakan pakaian warna hitam, dimana laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau busana Jawi Jangkep dan wanita mengenakan kebaya berwarna hitam.

Selama prosesi kirab berlangsung, tak satupun peserta kirab mengucapkan satu patah kata, hal tersebut memiliki makna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun ke belakang.

Demikian serba-serbi malam 1 Suro lengkap dari pengertian, sejarah, hingga peringatannya. Semoga bermanfaat, Lur!




(apl/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads