4 Tokoh Punakawan di Cerita Wayang Jawa: Semar, Gareng, Petruk, Bagong

4 Tokoh Punakawan di Cerita Wayang Jawa: Semar, Gareng, Petruk, Bagong

Agustin Tri Wardani - detikJateng
Selasa, 16 Mei 2023 18:03 WIB
Di balik keindahan karya seni wayang kulit yang merupakan peninggalan leluhur, ada perjuangan pilu para penatah.
4 Tokoh Punakawan di Cerita Wayang Jawa: Semar, Gareng, Petruk, Bagong (Foto: Robby Bernardi)
Solo -

Dalam cerita wayang Jawa, terdapat tokoh protagonis yang dinamakan Punakawan. Punakawan terdiri dari empat tokoh yang visualnya diwujudkan dalam bentuk yang unik dan lucu. Adapun keempat tokoh Punakawan tersebut yaitu, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Dikutip dari jurnal yang berjudul 'Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Karakter Wayang Punakawan' karya Asrul Anan dan Siti Juwariyah dari Universitas Yudharta Pasuruan, Punakawan berasal dari kata Puna dan Kawan. Puna berarti susah, sedangkan Kawan berarti kanca, teman atau saudara. Jadi arti Punakawan dapat diterjemahkan sebagai teman atau saudara di kala susah.

Dalam penafsiran lain Puna bisa juga disebut Pana yang berarti terang, sedangkan kawan berarti teman atau saudara. Jadi penafsiran lain dari arti kata Punakawan adalah teman atau saudara yang mengajak ke jalan yang terang. Jika digabungkan maka arti dari tokoh Semar, Gareng, Petruk, Bagong adalah 'bergegaslah memperoleh kebaikan, tinggalkanlah perkara buruk'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Visualisasi tokoh Punakawan dalam dunia pewayangan, memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam, tetapi secara keseluruhan memiliki kesamaan, yaitu sifat kelucuan yang mengundang tawa. Punakawan merupakan tokoh multi peran yang dapat menjadi penasihat, penghibur, kritikus, penyampai kebenaran, kebajikan, dan penganjur keutamaan.

Dikutip dari jurnal yang sama dan laman resmi Pemerintah Surakarta, berikut ini penjelasan mengenai masing-masing tokoh Punakawan.

ADVERTISEMENT

1. Semar

Tokoh Punakawan yang pertama adalah Semar. Semar berasal dari kata Samara yang artinya bergegas. Semar merupakan pusat dari Punakawan dan juga asal usul dari keseluruhan Punakawan. Semar disegani oleh kawan maupun lawan. Semar menjadi tokoh yang dihormati, namun tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Semar memiliki banyak kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.

Semar digambarkan memiliki kuncung putih di kepala yang diartikan sebagai simbol dan pikiran. Semar juga memiliki hidung sunthi yang membulat kecil tapi tidak pesek. Badan Semar berbentuk bulat dan gemuk, wajah yang bulat, mata berair, tangan kanan menunjuk, tangan kiri mengepal, dan kaki yang pendek. Posisinya agak terbuka dengan dagu menjorok ke depan atau nyaduk. Semar menggunakan perhiasan giwang lombok abang, gelang gligen, sabuk dawala, pocong dagelan dengan motif poleng.

Filosofi semar yaitu jari telunjuk seolah menuding, melambangkan karsa atau keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. Mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan.

2. Gareng

Nala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Nala Gareng adalah seorang yang tak pandai bicara. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki yang menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan.

Gareng memiliki sifat penuh toleransi, suka menolong, dan sifat sepi ing pamrih rame ing gawe yang artinya rajin bekerja dan jauh dari watak aji mumpung. Ciri-ciri spesifik lainnya dari Gareng adalah rambutnya yang dikuncir, hidung nerong glatik atau mirip terong kecil, mulut mesem atau senyum dengan dagu cupet. Badan Gareng ngropoh, berukuran kecil dengan perut ngendil, bahunya brojol, tangan kiri tekle, jari-jari kiri ngepel, jari-jari kanan nuding. Gareng menggunakan atribut kalung gobog atau bandul yang dibuat dari uang logam kuno yang tengahnya berlubang segi empat, sabuk dawala artinya tali atau pengikat.

Filosofi Nala Gareng yaitu anak pertama semar yang tercipta dengan tangan yang cacat, kaki yang pincang, mata yang juling, hal tersebut melambangkan cipta.

3. Petruk

Punakawan yang ketiga bernama Petruk. Petruk berasal dari kata fatruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir.

Petruk memiliki ciri fisik berbadan besar dan tinggi, kepala besar, bahu lebar, mata terbuka dan jernih, telinga besar, mulut tertawa, dada lebar, perut tebal, tangan panjang, dan kaki yang panjang. Penggambaran fisik yang serba berlebih ini memiliki makna bahwa tokoh ini suka menolong, dan selalu memberi kasih sayang terhadap sesama. Tokoh Petruk menggunakan kalung gentha, menggunakan dawala sutra, gelang dhagelan atau gelang binggel dengan ikal kecil di atasnya.

Filosofi Petruk yaitu dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. Dengan tangan dan kaki yang panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung, wujud dari cipta, yang kemudian diberi rasa, sehingga terlihat lebih indah dengan begitu banyak kelebihan.

4. Bagong

Punakawan terakhir adalah Bagong. Bagong berasal dari kata albaghoya (perkara buruk). Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertubuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Bagong berkarakter suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia.

Penggambaran fisik dari tokoh Bagong, melambangkan bahwa seseorang harus memiliki hati yang bahagia, hati yang hidup, dinamis, dan optimis. Bagong memiliki ciri-ciri tubuh bulat, mata mleleng atau pleleng, hidung sunthi atau nemlik, mulut dobleh atau dower, bibir bawah yang tebal dan terlipat ke bawah dengan dagu goleng bersusun. Pada bagian tengah antara bibir atas dan bawah terdapat sebuah gigi. Bagong menggunakan kalung gobog dan juga gelang dhagelan.

Filosofi Bagong yaitu anak ketiga Semar yang merupakan wujud dari karya, dialah yang dianggap sebagai manusia yang sesungguhnya. Walau Petruk lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan, tapi Bagong lah yang dianggap sebagai manusia yang utuh, karena dia memiliki kekurangan.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Surakarta, tokoh-tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, Bagong seperti yang dijelaskan di atas sebenarnya merupakan perwujudan dari sifat dan watak manusia. Semar melambangkan karsa yang artinya kehendak atau niat. Gareng melambangkan cipta yaitu pikiran, rasio, dan nalar. Petruk melambangkan perasaan, dan Bagong melambangkan karya yaitu usaha, perilaku, dan perbuatan.

Apabila keempat tokoh tersebut disatukan maka akan menjadi karsa, cipta, karya, rasa, dan budi pekerti yang disertai karya, atau daya yang akan menjadi budidaya, atau bersatunya budaya masyarakat yang dinamakan kebudayaan.

Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(rih/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads