Mengenal Gongcik, Seni Bela Diri Andalan Warga Pati Hadapi Penjajah

Mengenal Gongcik, Seni Bela Diri Andalan Warga Pati Hadapi Penjajah

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 12 Feb 2023 13:05 WIB
Kesenian gongcik, seni bela diri khas Pasucen, Pati.
Kesenian gongcik, seni bela diri khas Pasucen, Pati. Foto: Dok Pribadi Ahmad Faozi
Pati -

Di Desa Pasucen Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, saat ini masih berkembang sebuah seni bela diri bernama gongcik. Konon bela diri itu sengaja dirancang untuk mengelabui penjajah.

Bela diri Gongcik sendiri dari kata 'gong' dan 'cik'. Gong berarti berasal dari gamelan, sedangkan cik berasal dari encak encik yang dipraktekkan dalam silat Jawa.

Gongcik masih dilestarikan warga Pasucen, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Konon kesenian bela diri yang diiringi musik gamelan untuk mengelabui penjajah yang saat itu bercokol di kawasan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pegiat kesenian gongcik di Pati, Ahmad Faozi mengatakan kemunculan bela diri gongcik sudah ada sejak lama. Faozi mulai menekuni keahlian bela diri gongcik sewaktu masih sekolah dasar.

"Ini tari bela diri, pencak silat yang diiringi dengan musik gamelan. Kalau sejak kapan belum terdeteksi, karena turun temurun, ini sudah 5 turun sudah ada," jelas Faozi kepada detikJateng ditemui di rumahnya Desa Pasucen, Trangkil, Sabtu (11/2/2023).

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, melalui cerita yang berkembang turun temurun, bela diri itu sengaja dirancang menggunakan iringan gamelan. Dengan cara tersebut gongcik lebih terlihat sebagai sebuah kesenian dibanding sebuah teknik bela diri.

Hal itu membuat penjajah saat itu tidak keberatan warga di Pasucen berlatih gongcik. Sehingga, warga leluasa berlatih bela diri untuk melawan penjajah melalui kesenian ini.

"Era penjajahan itu gongcik itu berkembang pesan di era penjajahan karena untuk membekali masyarakat untuk melindungi diri sendiri, biar tidak ketahuan orang Belanda tidak ketahuan, makanya dibekali dengan musik gamelan," terang Faozi.

Faozi mulai menekuni bela diri sejak tahun 1990. Waktu itu, dia masih sekolah dasar. Dia bersama teman-teman belajar tentang kesenian berasal dari Pasucen.

Menurutnya ada perbedaan gongcik dengan bela diri lainnya. Gongcik menampilkan gerakan bela diri yang dibalut dengan koreografi. Pada gongcik juga diiringi dengan musik gamelan. Gamelan terdiri dari gong hingga kendang.

"Perbedaan adalah kembangan atau tarian dan koreografi, tanding, dan perannya itu sudah dikoreografi menjadi sebuah tarian," jelasnya.

Menurutnya setiap tampil ada 20 orang. Termasuk penabuh gamelan dan para pemeran yang menampilkan aksi bela diri.

Hingga kini masih banyak warga yang meminta para pemain gongcik untuk pentas di acara-acara hajatan.

Faozi juga berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan kesenian yang berasal dari Pasucen ini. Termasuk memasukan bela diri gongcik dalam ekstrakulikuler di sekolah.

"Regenerasi di dunia pendidikan karena sifatnya lokal, dan turun temurun untuk di pendidikan belum ada. Harusnya dinas pendidikan harus ada ekstra di sekolahan," tambah Faozi.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads