Erina Galau Mau Pakai Paes Ageng atau Jogja Putri, Apa Sih Bedanya?

Erina Galau Mau Pakai Paes Ageng atau Jogja Putri, Apa Sih Bedanya?

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Jumat, 02 Des 2022 22:07 WIB
Shot of a collection of makeup
Ilustrasi. Foto: iStock
Yogyakarta -

Pernikahan putra ketiga Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dan Erina Gudono semakin dekat. Erina Gudono disebut tengah masih belum memutuskan akan menggunakan riasan paes ageng atau paes Jogja putri dalam pernikahan itu.

Pihak Wedding Organizer (WO), Pengantin Production, Dani Wigung menyampaikan saat ini calon istri Kaesang itu masih belum memutuskan akan menggunakan paes ageng atau Jogja putri.

"Iya, pilihannya dua itu, paes ageng atau Jogja putri. Mana yang dipakai, nanti kita lihat. Semuanya bagus," kata Dani saat ditemui wartawan, Kamis (1/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apa perbedaan paes ageng dan paes Jogja putri yang nantinya bakal dikenakan Erina Gudono? Berikut penjelasan pakar tata rias Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Eni Juniastuti.

Eni menjelaskan terdapat dua corak paes rias pengantin dalam gaya Jogja, yaitu paes Jogja Putri dan paes ageng. Paes ageng adalah rias pengantin gaya Jogja dalam tampilan rias pengantin kebesaran.

ADVERTISEMENT

"Corak rias pengantin paes ageng adalah sebuah gaya rias pengantin yang berbeda dalam tampilan merupakan rias pengantin kebesaran," kata Eni, saat dihubungi detikJateng, Jumat (2/12/2022).

Eni juga memaparkan terdapat tiga jenis paes ageng, yaitu Paes Ageng, Paes Ageng Jangan Menir, Paes Ageng Kanigaran.

"Pada Rias Pengantin Kebesaran ini untuk Daerah Istimewa Yogyakarta ada tiga jenis di antaranya Rias Pengantin Corak Paes Ageng, Rias Pengantin corak Paes Ageng Jangan Menir dan Rias pengantin Corak Paes Ageng Kanigaran," kata Eni.

Adapun perbedaan dari ketiga corak paes ageng tersebut terletak pada busana yang digunakan. "Dari ketiga corak tersebut yang membedakan pada Busana Pengantin yang digunakan," kata Eni.

Sementara itu, perbedaan antara paes ageng dan paes Jogja putri dapat dilihat dari aksesoris sanggul yang digunakan.

"Perbedaan yang dilihat pada aksesoris sanggul baik untuk pengantin Jogja bercorak putri (corak Jogja putri, ksatriyan, dan corak Selikuran), maupun bercorak kebesaran (Corak Paes Ageng, Corak Kanigaran maupun Corak Jangan Menir)," kata Eni.

Adapun nama-nama paes Jogja terdiri dari, Penunggul, Penitis, Pengapit, Godheg, dan Citak. Dijelaskan Eni, masing-masing paes tersebut memiliki bentuk yang berbeda-beda.

"Dilihat pada bentuk paes dan namanya, antara lain paes Jogja menyerupai bentuk daun sirih. Pada nama dan bentuk Penunggul berbentuk daun sirih, Penitis berbentuk daun sirih, Pengapit berbentuk ngudhup kanthil (Bunga Kanthil), Godheg berbentuk manggot (pisau yang digunakan untuk mengambil buah kelapa), Citak yang terletak pada bagian tengah dahi," kata Eni.

Eni menegaskan semua bentuk paes Jogja tersebut harus berpusat di hidung. "Semua bentuk harus berpusat di hidung atau wanda luruh atau watak wajah tenang," kata Eni.

Makna Filosofis Bentuk Paes

Eni juga mengungkap sederet makna filosofis masing-masing bentuk paes Jogja. Berikut penjelasannya.

  • Penunggul menggambarkan gunung Meru yang melambangkan Trimurti, Shiwa, Brahma, dan Wisnu yang berarti tiga kekuatan manunggal. Penunggul berasal dari kata tunggal yang berarti terkemuka dan tertinggi. Makna ini mengandung harapan agar wanita ditinggikan derajatnya dan dihormati, penunggul mencerminkan status wanita dalam keluarga dan masyarakat agar dihormati dan dihargai.
  • Penitis merupakan paes yang diapit oleh pengapit dan godheg. Menggambarkan gunung / meru yang merupakan simbol kearifan hidup, memiliki makna agar harapan kedua mempelai pengantin dapat mencapai tujuan yang tepat Letaknya yang berada di sebelah kanan dan kiri penunggul memberikan keseimbangan pada bentuk paes secara keseluruhan dan bermakna memberikan keseimbangan kehidupan.
  • Pengapit bermakna sebagai pendamping kanan dan kiri, pendamping kanan berfungsi sebagai pemomong setia dan selalu mengingatkan melalui suara hati agar tetap kuat dan teguh iman. Sedangkan pendamping kiri selalu mempengaruhi dengan sifat-sifat buruk agar manusia menjadi sesat. Untuk menjadi manusia sempurna diperlukan keseimbangan hakiki, jangan sampai sifat-sifat yang buruk selalu mendominasi tanpa ada pemomong yang mengingatkan untuk selalu berbuat baik.
  • Godheg merupakan sebuah pengingat bagi calon pengantin untuk selalu intropeksi diri, serta sebuah doa agar pengantin diberi keturunan
  • Citak bentuknya seperti wajik atau berlian yang diaplikasikan pada dahi diantara kedua alis. Memiliki makna merefleksikan mata Dewa Siwa sebagai pusat ide dan pikiran, citak mewakilkan harapan pengantin perempuan yang cerdas, cemerlang, dan berakhlak yang baik. Citak yang digunakan atau diaplikasikan pada semua jenis rias pengantin corak Jogja.



(ahr/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads