Mengenal Tembang Pucung dalam Macapat, Makna Serta Contohnya

Mengenal Tembang Pucung dalam Macapat, Makna Serta Contohnya

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 18 Okt 2022 00:05 WIB
Isi Solo gelar konser PARAMAGANGSA: Perayaan Ditetapkannya Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda, Kamis (20/1/2022).
Ilustrasi. Foto: dok ISI Solo
Solo -

Macapat merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang masih cukup terkenal hingga saat ini. Banyak yang mengenal macapat sebagai salah satu bentuk lagu Jawa.

Sebenarnya anggapan ini tidak salah. Namun, sebenarnya macapat merupakan salah satu bentuk sastra dalam budaya Jawa. Uniknya, karya sastra ini disampaikan melalui tembang (lagu) macapat.

Dalam jurnal Macapat dan Santriswara (Humaniora, No 1 Tahun 1989), Darusuprapta mengutip pendapat Poerwadarminta bahwa macapat adalah jenis tembang dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa Baru.

Berbagai ragam jenis sastra Jawa tersebut sebagian ditulis dalam bentuk bahasa prosa dan sebagian lagi digubah dengan bentuk puisi. Teknik pembacaan prosa tersebut dituangkan dalam bentuk tembang macapat sehingga lebih menarik.

Jenis Tembang Macapat

Secara umum, masyarakat mengenal tembang macapat dalam 11 metrum, yaitu:

  1. Maskumambang
  2. Mijil
  3. Sinom
  4. Kinanti
  5. Asmarandana
  6. Gambuh
  7. Dandanggula
  8. Durma
  9. Pangkur
  10. Megatruh
  11. Pucung

Menurut Danusuprapta, masih ada 4 metrum macapat lain. Namun keempatnya saat ini sudah tidak begitu dikenal dan jarang digunakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keempat metrum tersebut adalah:

  1. Balabak
  2. Wirangrong
  3. Jurudemung
  4. Gurisa

Tembang Pucung

Salah satu metrum macapat yang paling dikenal adalah pucung. Sebab, tembang pucung relatif lebih pendek dibanding metrum lainnya.

Dikutip dari buku Macapat: Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna, Zahra Haidar menulis tembang pucung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka.

Kata pucung atau pocong ditafsirkan sebagai orang yang sudah meninggal dan berada di dalam kubur.

Meski demikian, prosa yang berbentuk tembang pucung justru rata-rata bersifat jenaka. Ada kalanya tembang ini berisi tebak-tebakan untuk menghibur hati.

ADVERTISEMENT

Contoh tembang pucung ada di halaman berikutnya:

Contoh Tembang Pucung

Salah satu contoh tembang pucung yang terkenal adalah:


Bapak pucung cangkemu marep mandhuwur
(Bapak pucung mulutmu menghadap ke atas)

Sabamu ing sendang
(pergimu ke mata air)

Pencokanmu lambung kering
(Tempat hinggapmu di perut kiri)

Prapteng wisma si pucung muntah kuwaya
(setiba di rumah si pucung muntah air)

Tembang pucung di atas mengandung unsur tebak-tebakan. Dari syairnya, pendengar tembang pucung tersebut akan menebak-nebak benda yang dibicarakan dalam tembang tersebut yang jawabannya adalah klenthing, semacam guci untuk membawa air yang biasa digunakan masyarakat zaman dulu.

Namun, tembang pucung tidak melulu bersifat jenaka dan menggunakan unsur tebak-tebakan. Ada pula yang berisi nasihat bijak.

Berikut contoh tembang pucung berisi nasihat:


Ngelmu iku kelakone kanthi laku
(Ilmu itu bisa diraih dengan proses)

lekase lawan kas
(dimulai dengan kemauan)

tegese kas nyantosani
(artinya kemauan yang sungguh-sungguh)

setya budya pangkese dur angkara
(taat pada kesucian menjadi penakluk angkara)

Halaman 3 dari 2
(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads