Menjelang bulan puasa Ramadan, Keraton Jogja menggelar tradisi ziarah Kuthomoro. Tradisi ini bermakna sebagai momen mengirimkan doa dan memohonkan ampunan untuk para leluhur yang dikebumikan di makam Kagungan Dalem, di antaranya di Kotagede dan Imogiri.
Dilansir di website resmi Keraton Jogja yakni kratonjogja.id, dijelaskan ubarampe dalam tradisi ini juga sarat makna.
"Seluruh ubarampe yang digunakan merupakan benda-benda beraroma harum, hal ini melambangkan keluhuran, keharuman, dan menjunjung tinggi nama-nama leluhur yang telah tiada," demikian dikutip detikJateng, Selasa (22/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi Kuthomoro berlangsung selama tiga hari pada bulan Ruwah dalam kalender Jawa, sebelum memasuki bulan puasa.
Awalnya Abdi Dalem Keparak mempersiapkan ubarampe atau sarana Kuthomoro sejumlah 400 buah. Ubarampe terdiri dari minyak wangi (lisah konyoh), uang untuk membeli bunga tabur (yatra tindih), dan serbuk kayu cendana (ratus). Selanjutnya ubarampe diinapkan semalam di Gedhong Prabayeksa.
Abdi Dalem Keparak menyerahkan seluruh ubarampe kepada Abdi Dalem Kanca Kaji dan Suranata di Bangsal Pengapit pada 13 Ruwah atau Kamis (17/3). Selanjutnya, ubarampe dibawa ke Kawedanan Pengulon dan disisihkan sedikit untuk kerabat keraton yang hendak berziarah setelah prosesi Kuthomoro selesai.
Keesokan harinya atau 14 Ruwah atau Jumat (18/3), sejumlah Abdi Dalem Pengulon mengantar ubarampe ke permakaman Kotagede dan dilanjutkan ke Kantor Bupati Puralaya Imogiri. Selain itu, terdapat kurang lebih 58 makam Kagungan Dalem di luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memperoleh kintunan (kiriman) ubarampe melalui paket pos.
Sementara itu Abdi Dalem juru kunci makam Kagungan Dalem di wilayah Jogja, kecuali Kotagede dan Imogiri, akan mengambil ubarampe langsung ke Kawedanan Pengulon.
Prosesi selanjutnya yakni ziarah pada Sabtu (19/3). Sejumlah Abdi Dalem Puralaya membawa ubarampe ziarah dengan menggunakan jodhang di permakaman Imogiri.
Arak-arakan Abdi Dalem berjalan kaki mulai dari Kabupaten Puralaya hingga menaiki tangga Makam Imogiri. Sesampainya di Bangsal Srimanganti, sebuah pendapa di pintu masuk makam Sultan Agung, digelar doa bersama sebelum dimulainya prosesi ziarah.
Prosesi ziarah kemudian dipusatkan di makam Sultan Agung. Mas Wedana Rekso Jogowasito Danarto bertugas memimpin doa serta pembacaan tahlil yang ditujukan untuk Sultan Agung, raja-raja Kesultanan Jogja, dan kerabat yang telah wafat.
Setelah prosesi ziarah makam Kotagede dan Imogiri rampung, ziarah makam Kagungan Dalem lainnya baru bisa dilaksanakan.
"Ziarah makam Kagungan Dalem lainnya baru akan diselenggarakan setelah ziarah makam Kotagede dan Imogiri selesai, yakni keesokan harinya," jelas Mas Riyo Sari Hartoko.
(sip/rih)