Hadiri Kongres ISEI di Solo, Jokowi Singgung Hilirisasi Rumput Laut dan Kopi

Hadiri Kongres ISEI di Solo, Jokowi Singgung Hilirisasi Rumput Laut dan Kopi

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Kamis, 19 Sep 2024 18:20 WIB
Presiden Jokowi di acara Kongres ISEI dan seminar nasional 2024 di Surakarta, Kamis (19/9/2024).
Presiden Jokowi di acara Kongres ISEI dan seminar nasional 2024 di Surakarta, Kamis (19/9/2024). (Foto: YouTube Sekretariat Presiden)
Solo -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Kongres ke-22 Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Hotel Alila, Solo. Dalam sambutannya, Jokowi menyinggung soal hilirisasi padat karya rumput laut dan kopi.

Presiden Jokowi mengatakan hilirisasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Sejumlah hilirisasi telah dilakukan seperti di sektor nikel, tembaga, dan bauksit.

Saat ini, pemerintah juga tengah membidik hilirisasi di sektor pangan seperti rumput laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tolong betul-betul ISEI bisa mendesain rencana dan strateginya, yang saya ingin adalah hilirisasi yang padat karya. Yaitu rumput laut, yang belum disentuh secara manajemen yang baik," kata Jokowi saat memberikan sambutan, Kamis (19/9/2024).

Rumput laut itu, lanjut Jokowi, memiliki sejumlah turunan seperti untuk pupuk organik, kosmetik, tepung, dan minyak pesawat terbang. Indonesia disebutnya memiliki potensi besar mengingat kawasan pesisir yang mencapai 81 ribu kilometer, atau terpanjang kedua di dunia.

ADVERTISEMENT

Sedangkan pangan lainnya yang menurut Jokowi perlu dihilirisasikan adalah kopi. Jokowi menyebut produktivitas kopi Indonesia masih kalah dengan Vietnam.

"Kita punya berapa hektar sih kopi, 1,2 juta hektar. Saya cek di lapangan produksi per hektar kita, hanya kurang lebih 2 ton per hektar. Padahal Vietnam per hektar bisa menghasilkan 8-9 ton. Jauh sekali, masak kita kalah dengan Vietnam," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum ISEI Perry Warjiyo mengungkapkan lima tantangan ekonomi yang akan dihadapi Indonesia ke depan. Di antaranya perubahan siklus ekonomi keuangan yang semakin cepat dan beresiko yang menimbulkan kerentanan.

"Itulah mengapa kebijakan makro dan publik perlu dijaga," kata Perry.

Yang kedua, pergeseran pola sumber pertumbuhan ekonomi dari Amerika Serikat ke Tiongkok, Indonesia, dan India. Ketiga, perubahan demografi yang semakin menua di negara maju.

Keempat, mendorong digitalisasi, dan yang terakhir inklusi ekonomi hijau untuk UMKM.

ISEI menilai transformasi hilirisasi sektor pangan sangat penting. Sehingga hilirisasi pangan diharapkan mampu diterapkan secara bertahap. Untuk hilirisasi pangan jangka pendek, ISEI berharap dapat membantu komoditas ketahanan pangan, stabilitas harga, dan padat karya.

"Jangka menengah panjang, hilirisasi dapat diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengendalian defisit transaksi berjalan. Beberapa komoditas antara lain rumput laut, sawit, dan tebu," jelasnya.




(aku/ahr)


Hide Ads