Tak seperti warung umumnya. Rumah Makan Padang Jaya 1977 di Jalan KH Agus Salim, Semarang, ini menyatu dengan toko kaset pita. Tumpukan kasetnya merata dari pintu masuk, dinding, hingga berdampingan dengan etalase lauk. Saking uniknya, pernah ada calon pengantin berfoto prewedding di sini.
"Pernah buat prewedding juga di sini. Dulu ada orang dateng minta izin 'Mas boleh foto di sini?' Ya udah boleh, eh taunya prewedding. Kaget juga, tapi ya sudah lah silakan," kata Denny Yuliawan (50), pemilik rumah makan Padang di Ruko Bubakan Baru, Semarang, itu saat ditemui pada Kamis (5/9/2024).
Memang tak lazim. Sepanjang mata memandang, pengunjung rumah makan ini akan disuguhi tumpukan kaset pita. Kaset-kaset musik itu disusun ala kadarnya, tidak didesain khusus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Denny mengaku tak menyangka jika tempat usahanya dianggap unik oleh pengunjung. Sejak 2020, sudah banyak konten kreator yang datang untuk membuat konten di rumah makannya.
"Awalnya pas COVID itu, kan pada datang ke sini beli kaset. Terus minta izin buat masukin IG (Instagram), habis itu rame di YouTube, wartawan ke sini juga," ujar dia.
Sejak 1977
Rumah makan dan toko kaset itu didirikan mendiang ayah Denny pada tahun 1977. Ide awalnya saat itu menyajikan musik di rumah makan untuk menghibur pengunjung.
Kala itu kaset pita memang masih jadi primadona bagi para pecinta musik, sehingga ayah Denny melihat itu sebagai peluang. Akhirnya, didirikanlah toko kaset yang bersebelahan dengan rumah makan Padang itu.
![]() |
"Bapak kan bikin rumah makan, kakek juga bikin rumah makan, ya kalau dulu ceritanya mau menghibur ya. Dulu belum ada live music, kita sudah ada musik. Tadinya cuma beberapa yang diputar, eh ada orang suka nanyain, akhirnya dijual (kasetnya)," ujar Denny.
Pada 1993, rumah makan Padang dan toko kaset itu harus pindah tempat karena sesuatu hal. Tempat baru yang dihuni hingga sekarang ini lebih sempit, sehingga tak bisa dibagi jadi dua seperti tempat yang lama.
Walhasil, beginilah adanya sekarang, rumah makan Padang itu menyatu dengan tumpukan kaset pita.
Kaset Dijual Murah
Awalnya kaset-kaset di rumah makan itu tak sebanyak seperti sekarang. Koleksi Denny justru semakin bertambah setelah kaset mulai ketinggalan zaman.
"Nggak ada desain khusus, yang penting nempel aja. Dulu sebenarnya cuma dua display ini, tahu-tahu kok jadi banyak. Ini banyak kaset-kaset dari teman seperjuangan bapak saya dulu di Johar. Udah nggak jualan lagi ya udah dikasih sini," kata Denny.
Dia mengaku tak pernah menghitung berapa jumlah kaset itu. Diperkirakan mencapai ribuan biji.
Kini Denny sudah tidak menambah koleksi kaset di tokonya. Menurut dia, keberadaan kaset-kaset itu murni urusan bisnis. Harga kaset itu dipukul rata, sekitar Rp 20 ribu per biji, tak peduli mana yang langka atau yang jadi buruan kolektor.
"Kalau penikmat banget nggak, kita memang bisnis aja. Ini dijual bukan koleksi," ujar dia.
Menurut dia, ada beragam alasan orang yang masih membeli kaset pita di era musik digital sekarang.
"Dulu ada fans Iwan Fals bilang 'sudah punya lagu-lagu Iwan Fals lengkap, download, tapi kalau nggak punya fisiknya ngerasa belum memiliki," ucap Denny.
"Ada juga anak SMP dari Kudus, dia naik sepeda ke sini pas tokonya libur, wah sedih saya. Akhirnya dia sama ibu bapaknya ke sini. Baru aja tahun kemarin," pungkas dia.
(dil/ahr)