Semringahnya Petani Lerang Merapi Magelang, Panen Kopi Arabika Melimpah

Semringahnya Petani Lerang Merapi Magelang, Panen Kopi Arabika Melimpah

Eko Susanto - detikJateng
Kamis, 27 Jul 2023 19:18 WIB
Hasil panen kopi dari lereng Merapi, Kabupaten Magelang, Kamis (27/7/2023).
Hasil panen kopi dari lereng Merapi, Kabupaten Magelang, Kamis (27/7/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Hasil panen kopi arabika di lereng Merapi, Kabupaten Magelang, meningkat hingga 1,5 ton dibandingkan panen periode lalu. Panen kopi ini nantinya bakal diolah menjadi green bean dan dijual ke kota-kota besar di Indonesia.

"Untuk panen kopi arabika Merapi khususnya di Dusun Babadan 2, tepatnya lereng barat Gunung Merapi di ketinggian 1.200 sampai 1.600 mdpl meningkat dari tahun lalu. Ini panen ceri 6,5 ton, tahun lalu 5 ton," kata prosesor kopi arabika Merapi, Slamet Wahyuni, saat ditemui di Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Kamis (27/7/2023).

Slamet mengatakan peningkatan panen ini berpotensi mendatangkan cuan Rp 85 juta bagi kelompok petani di Dusun Babadan. "Omzet naik Rp 15 juta, tahun lalu Rp 70 jutaan," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Slamet menerangkan panen ini berasal dari kopi yang ditanam pada 2019 lalu. Dusun penghasil panen kopi ini berjarak hanya sekitar 4 km dari puncak Merapi.

"Kalau dari ceri itu yang jadi green bean 800 kg. Kita kan spesial jadi banyak yang sortir. Awal petik merah kita sortir, rambang, setelah itu ketika sudah jadi green bean sortir lagi. Setelah disortir, kita ayak lagi ukurannya juga," jelasnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Tumpangsari, itu.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan kopi yang sudah diolah menjadi green bean itu lalu dijual ke Solo, Jogja, Jakarta, serta kota lain di Indonesia. Harga jual kopi itu beragam mulai dari Rp 140-170 ribu per kilogramnya.

"Kalau harga per kilogram green bean bermacam-macam. Full wash classic Rp 140 ribu, natural sama honey anaerob Rp 170 ribu," ujarnya.

"Kalau kami tidak menerima (membeli) green bean karena kami tidak tahu prosesnya, tidak tahu step yang dilakukan petani. Kita hanya beli ceri. Yang sini, lebih enak petani jual ceri aja, yang jual green bean kelompok saja," kata Slamet yang juga melayani penjualan secara online, itu.

Disebutnya, kopi arabika di lereng Merapi ini memiliki cita rasa yang khas. "Kopi arabika lereng Merapi memiliki rasa khas fruity karena faktor tanah vulkanik," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Tumpangsari, Poni mengatakan warga Babadan yang tergabung dalam kelompok tani kopinya berjumlah 45 orang. Ke-45 orang itu disebut rutin menjual panen kopi ke poktannya.

"Satu dusun di sini ada 126 KK, baru sepertiga (gabung kelompok tani). Semuanya sudah menanam (kopi), tetapi yang saya tahu yang sudah jual (45 orang) ke sini," kata Poni.

Dia menyebut biji kopi atau ceri kopi petani dibeli seharga Rp 10 ribu per kilogramnya. Kemudian ceri kopi itu akan diolah menjadi green bean.

"(Menjual pribadi) Boleh, kami tidak menginginkan harus jual ke kelompok, pribadi juga boleh. Tapi kalau di sini, kami tetap berusaha agar petani itu bisa laku," katanya.

"Dulu di sini itu namanya kopi banyak, tapi nggak ada yang beli. Saya cari jalan bagaimana caranya agar kopi bisa laku. Lalu, kita kumpulkan jadi satu maka sekarang yang lambat-laun bisa jalan. Kami beli Rp 10 ribu per kg," ujar Poni.

Poni menyebut saat pandemi COVID-19 yang lalu, kelompok tetap membeli ceri per kilo Rp 10 ribu.

"Kemarin pasca-COVID-19 itu kan petani kopi bingung mau jual ke mana. Saya dengar di daerah (lain) kopi hanya Rp 4 ribu, tetapi saya tetap ambil Rp 10 ribu," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads