.webp)
Perajin patung Bunda Maria berbahan tanah liat asal Muntilan, Kabupaten Magelang, kebanjiran order menjelang Natal. Pesanan ribuan patung ini berasal dari Papua.
Perajin bernama Ignatius Purwono (64) ini mengaku mendapatkan pesanan pembuatan patung dari Papua sebanyak 1.600 biji. Pesanan tersebut dikerjakan mulai bulan Agustus lalu dan dikirim sekitar bulan Oktober.
"Pesanan dari Papua itu melalui toko di Kalasan, Prambanan. Patung kecil ukuran 16 cm. Patung itu 100 setel, satu setel ada 16 biji, jadi 1.600-an biji," kata Purwono saat ditemui di rumahnya Dusun Jomboran, Desa Keji, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Selasa (20/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Purwono menceritakan, pembuatan patung berbahan tanah liat tersebut telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Ia meneruskan pekerjaan yang dilakukan orang tuanya.
Adapun patung yang dibuat antara lain patung Bunda Maria, domba, gembala, tiga raja, gembala dan lainnya. Selain itu, pihaknya juga membuat patung lainnya tergantung pemesan.
"Turun temurun. Bapak meninggal yang meneruskan saya. Patung Bunda Maria, spesialisnya. Tapi ada pesanan patung yang lain juga bisa, tergantung yang pesan," tutur suami dari Ignatia Sumiyati (59) ini.
Pihaknya menuturkan, alasan dipilihnya bahan pembuat patung dari tanah liat karena bahan lebih murah. Selain itu, patung tanah liat tahan lama atau awet.
"Alasan modalnya tidak terlalu banyak. Tanah liat beli dari Kalibawang, Kulon Progo," ujarnya.
 Perajin patung Bunda Maria di Muntilan Magelang banjir order jelang Natal, Selasa (20/12/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng |
Adapun patung yang dibuat ini dalam berbagai ukuran. Untuk patung ukuran 10 cm harganya Rp 10 ribu, ukuran 16 cm harga Rp 15 ribu, dan ukuran 20 cm harganya Rp 30 ribu.
"Dulu patung saya kirim menuju toko di Klaten, Ambarawa, Magelang, Sendangsono (Kalibawang), Magelang," ujarnya.
Sehari-harinya, Purwono membuat patung dibantu istri dan anak-anaknya. Dalam sehari, mereka bisa membuat 100 patung untuk ukuran kecil.
"Dulu tahun '90-an ramai banget (pesanan). Tahun '94-'95 bisa buat rumah ini. Sama orangtua dulu nggak boleh meneruskan, saya lanjutkan bisa," ujarnya.
Istri Purwono, Sumiyati menambahkan, sebelum pandemi pesanan pembuatan patung ramai. Kemudian saat pandemi terlebih saat wisata ditutup, tidak ada pesanan. Pesanan hanya datang saat menjelang Natal.
"Sebelum pandemi lancar-lancar, dua tahun pandemi nggak jualan, pariwisata tutup. Dulu sampai 300 setel," tuturnya.
Untuk pembeli, katanya, ada dari Flores, Bengkulu, Ambon, maupun kota lainnya. Para pembeli tersebut tidak datang langsung melainkan membeli di toko-toko yang dipasok.
(aku/rih)
