Bupati Wonosobo Bicara Sejarah dan Peran Santri untuk Masa Depan Bangsa

Bupati Wonosobo Bicara Sejarah dan Peran Santri untuk Masa Depan Bangsa

Shalli Irda - detikJateng
Rabu, 22 Okt 2025 19:29 WIB
Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Wonosobo berlangsung meriah dan khidmat di Alun-alun Wonosobo, Rabu (22/10). Momentum satu dekade Hari Santri ini menjadi ajang refleksi peran santri sebagai penjaga moral bangsa sekaligus penggerak kemajuan peradaban.
Foto: Pemkab Wonosobo
Jakarta -

Peringatan Hari Santri Nasional 2025 berlangsung meriah dan khidmat di Alun-alun Wonosobo, Rabu (22/10). Momentum satu dekade Hari Santri ini menjadi ajang refleksi peran santri sebagai penjaga moral bangsa sekaligus penggerak kemajuan peradaban.

Mengangkat tema 'Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia', peringatan Hari Santri 2025 menjadi ajakan bagi para santri untuk berperan aktif tidak hanya sebagai penjaga nilai-nilai Islam, tetapi juga sebagai agen perubahan yang turut membangun peradaban global yang damai, adil, dan beradab.

Dalam amanatnya, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menegaskan pentingnya peran santri dalam sejarah dan masa depan bangsa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pesantren telah lama menjadi pusat pendidikan dan peradaban Nusantara. Dari pesantren lahir tokoh-tokoh besar bangsa, pejuang, hingga pemikir. Kini, santri tidak hanya berkiprah di tingkat lokal dan nasional, tetapi juga tampil di panggung dunia," ungkap Afif dalam keterangan tertulis, Rabu (22/10/2025).

Ia menegaskan santri masa kini perlu memiliki keunggulan intelektual, kedewasaan spiritual, serta kemampuan beradaptasi dengan dinamika zaman, khususnya dalam aspek teknologi, literasi, dan komunikasi global.

ADVERTISEMENT

"Saya mengajak seluruh santri dan pondok pesantren di Wonosobo untuk terus meningkatkan kualitas diri, menjaga adab, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin. Jadikan pesantren sebagai pusat lahirnya generasi unggul yang berdaya saing, namun tetap tawadhu' dan menjunjung akhlak mulia," lanjutnya.

Afif turut menekankan santri memiliki peran penting dalam mendorong pembangunan daerah, terutama melalui program-program strategis seperti penanggulangan kemiskinan, pencegahan stunting, dan penguatan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam serta kearifan lokal.

Pada kesempatan tersebut, Afif juga membacakan amanat Menteri Agama Republik Indonesia yang menyoroti makna sejarah HSN sebagai bentuk penghormatan terhadap 'Resolusi Jihad' KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi inilah yang menjadi pemantik semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan, yang berpuncak pada Pertempuran 10 November di Surabaya.

Resolusi tersebut menjadi pemicu semangat perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan, yang kemudian memuncak pada Pertempuran 10 November di Surabaya.

"Hari ini kita hidup dalam suasana aman dan merdeka, sebuah nikmat besar dari Allah SWT hasil perjuangan para ulama dan pejuang bangsa. Mari kita kenang jasa mereka dengan berkarya dan berkontribusi demi kemaslahatan Indonesia," tegas Afif.

Afif mengajak para santri untuk terus meningkatkan kapasitas diri di berbagai bidang strategis seperti teknologi, ilmu pengetahuan, bahasa internasional, dan dakwah digital, agar mampu menjadi bagian dari solusi atas tantangan bangsa.

Ia menyampaikan pesan inspiratif kepada para santri untuk menjadi generasi yang berilmu, berakhlak, dan berdaya. Santri diharapkan tampil aktif di ruang publik, dunia kerja, hingga level internasional.

"Barangsiapa menanam ilmu, maka ia menanam masa depan, maka tanamlah ilmu dengan sungguh-sungguh, jaga akhlak, hormati guru dan kiai, serta cintai Tanah Air. Karena dari tangan para santri lah, masa depan Indonesia akan ditulis," pesannya.

Sebagai informasi, peringatan Hari Santri 2025 di Wonosobo tak hanya bersifat seremonial, tetapi juga diwarnai aksi nyata, seperti penyerahan SK pembentukan tim percepatan pengelolaan lingkungan hidup di pesantren se-Kabupaten Wonosobo sebagai wujud komitmen terhadap pesantren ramah lingkungan.

Kegiatan Hari Santri 2025 juga diisi dengan penyerahan insentif sebesar Rp720 juta bagi guru keagamaan non formal sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi mereka.

Selain itu, dilakukan pembagian bibit durian ke pondok pesantren untuk mendukung ketahanan pangan dan penghijauan, serta Long March Santri dengan ribuan peserta membawa Bendera Merah Putih sepanjang 1 kilometer sebagai simbol nasionalisme dan kecintaan terhadap Tanah Air.

Peringatan Hari Santri di Wonosobo tahun ini tidak hanya menjadi refleksi sejarah, namun juga menjadi momen kebangkitan dan komitmen kolektif untuk menjadikan santri sebagai garda terdepan dalam menjaga moralitas bangsa dan mewujudkan Indonesia yang unggul di mata dunia.

Sementara itu, Ketua Panitia Hari Santri Nasional (HSN) Kabupaten Wonosobo, KH. Khoirullah Nurudin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap rangkaian kegiatan HSN tahun ini.

"Alhamdulillah, fasilitas dari Bupati dan Wakil Bupati tahun ini sangat luar biasa. Dukungan dari sisi anggaran maupun kebijakan benar-benar kami rasakan dalam pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Hari Santri. Bisa dikatakan, tahun ini santri seolah merayakan hari rayanya sendiri," ungkap Gus Khoir sapaan akrabnya.

Ia menjelaskan, rangkaian kegiatan dimulai sejak pertengahan Oktober dengan berbagai lomba dan acara yang menyasar pesantren-pesantren di seluruh Wonosobo.

"Kegiatan yang kita gelar mulai dari lomba mini soccer yang diikuti oleh 36 pesantren, seminar keislaman, resepsi bersama ulama dan tokoh masyarakat, hingga lomba-lomba budaya pesantren seperti paduan suara, lalaran nadzhom Imriti dan Alfiyah, serta lomba video pendek bertema 'Pesantren Itu Asik, Pesantren Itu Ramah," jelasnya.

Gus Khoir menyampaikan Hari Santri Nasional tahun ini tampil lebih inovatif dengan pendekatan media dan teknologi digital, berbeda dari tahun sebelumnya yang lebih menonjolkan lomba-lomba tradisional pesantren seperti baca kitab kuning dan tilawatil Qur'an.

"Yang paling spesial tahun ini adalah kirab santri dengan membawa bendera Merah Putih sepanjang satu kilometer, simbol kuat nasionalisme santri. Ini belum pernah ada di tahun-tahun sebelumnya," tambahnya.

Lebih lanjut, ia juga menekankan komitmen pemerintah daerah yang diwujudkan melalui sejumlah kebijakan strategis, salah satunya adalah penyerahan SK Pembentukan Satgas Percepatan Penataan Lingkungan Hidup Pesantren yang diserahkan langsung oleh Bupati.

"Ini menunjukkan keseriusan Pemkab Wonosobo dalam mendukung terwujudnya pesantren yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Langkah ini juga menjadi bagian dari evaluasi pasca berbagai kejadian yang menimpa beberapa pesantren," terangnya.

Gus Khoir menyoroti pentingnya menjadikan pesantren sebagai lingkungan yang aman, nyaman, dan ramah anak. Ia menyampaikan meskipun pesantren pada dasarnya sudah ramah anak, perlu upaya lebih untuk meningkatkan hal tersebut.

Oleh karena itu, pihaknya bersama Kementerian Agama dan pemerintah daerah berkomitmen membentuk Satgas Pesantren Ramah Anak sebagai bentuk kolaborasi nyata dalam perlindungan anak di lingkungan pesantren.

Ia juga menegaskan praktik pendisiplinan di pesantren harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan tidak melanggar hukum negara maupun ajaran agama.

"Metode takzir atau hukuman di pesantren tidak boleh mengandung kekerasan fisik. Ini yang kami tekankan melalui Satgas, agar proses belajar mengajar di pesantren dapat berjalan secara aman, nyaman, dan mendidik. Santri harus merasa terlindungi dan damai dalam menuntut ilmu," tutup Khoirullah.

(akd/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads