Suhu atau cuaca panas sudah lama dikaitkan dengan peningkatan emosi manusia. Hal ini pun tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Matahari sedang menyorot dengan terik, banyak orang lebih mudah tersulut kemarahannya.
detikers pasti juga sudah sering mendengar istilah 'berpikirlah dengan kepala dingin'. Ungkapan ini menunjukkan asosiasi panas dengan pikiran yang kacau dan emosi tak beraturan. Alhasil, sering kali orang mengambil keputusan yang keliru saat kepalanya 'panas'.
Lantas, apa yang menyebabkan orang mudah tersulut emosi saat cuaca panas? Apakah hubungannya bisa dibuktikan secara ilmiah? Simak penjelasannya yang menarik di bawah ini, yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin Utamanya:
- Cuaca panas menjadikan orang emosi karena beberapa sebab. Salah satunya adalah proses pendinginan tubuh yang melibatkan pelepasan hormon kortisol.
- Sebaliknya, saat cuaca dingin, orang cenderung stabil, bahkan lelah lemas.
- Di antara tips menghadapi cuaca panas adalah minum air dengan cukup, memakai sunscreen, dan menghindari sorot langsung sinar Matahari.
Penyebab Orang Emosian saat Cuaca Panas
Dilansir Cleveland Clinic, ada penjelasan masuk akal yang menyebabkan emosi seseorang mudah tersulut saat cuaca panas. Penyebabnya berkaitan dengan proses pendinginan tubuh.
"Saat panas, tubuh Anda bekerja ekstra keras untuk menjaganya tetap dingin. Hal ini menciptakan stres pada tubuh, yang melepaskan kortisol, hormon stres. Hal ini menguras energi dan sumber daya emosional Anda untuk memikirkan masalah secara logis," terang psikolog Susan Albers.
Penjelasan senada dibawakan oleh psikolog klinis Joshua Klapow yang dilansir laman Self. Menurutnya, bukan hal yang aneh bila seseorang menjadi lebih emosional dan mudah marah saat suhu panas.
"Saat suhu naik, kita bisa menjadi lebih emosional dan mudah marah," ujarnya, dikutip pada Sabtu (18/10/2025).
Dalam kondisi panas, sistem saraf tubuh mencoba melepaskan adrenalin dan zat kimia fight or flight lainnya. Pasalnya, suhu panas ditafsirkan tubuh sebagai ancaman. Alhasil, impuls yang muncul akibat ketidaknyamanan itu membuat seseorang kehilangan kemampuan mengendalikan emosinya.
"Kita menjadi lebih impulsif secara emosional karena kita berfokus pada pengaturan tubuh kita," lanjut Klapow.
Penjelasan para ahli di atas juga didukung sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environment International. Penelitian itu menemukan korelasi antara rata-rata suhu yang lebih tinggi dengan kesehatan mental buruk.
Setiap kenaikan 1,8 derajat Fahrenheit atau kira-kira 1,0 Β°C, ditemukan peningkatan sebesar 2,2% mortalitas kesehatan mental. Rumah-rumah sakit dan unit gawat darurat lain juga mendapat tambahan pasien dengan kondisi kesehatan mental saat suhu panas.
Efek Cuaca Dingin, Benarkah Bikin Mager?
Nah, bila cuaca panas cenderung menyulut emosi, apakah cuaca dingin membuat seseorang malas melakukan kegiatan? Disadur dari Healthline, dalam temperatur rendah, tubuh menerima sinyal untuk beristirahat.
Inilah sebabnya, detikers merasa malas sekaligus lemas saat hari-hari ketika hujan turun dengan derasnya. Bukan hanya malas dan lemas, energi tubuh juga turut berkurang menyesuaikan kondisi sehingga semakin terasa mager.
Ketiadaan sinar Matahari juga berperan penting dalam penurunan mood ini. Cahaya Matahari 'memberitahu' ritme sirkadian tubuh bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk bangun dan beraktivitas. Sebaliknya, awan mendung dan kegelapan seperti memerintahkan tubuh untuk istirahat.
Laman American Family Cure menjelaskan penyebab lain kita merasa lemas saat cuaca dingin. Dijabarkan bahwa tidak adanya sinar Matahari menyebabkan defisiensi vitamin D dalam tubuh. Kekurangan asupan vitamin ini pada gilirannya berefek pada rasa lelah, perubahan suasana hati, dan pelemahan otot.
Apa yang Harus Dilakukan saat Cuaca Panas Ekstrem?
Menurut keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca panas yang muncul beberapa hari terakhir ini disebabkan gerak semu Matahari. Di samping itu, ada juga pengaruh angin monsun Australia.
Beberapa daerah mendapati suhu panas yang ekstrem. Contohnya saja, di Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, tercatat suhu setinggi 38,2 Β°C. Kawasan Boven Digul Papua yang pernah jadi kamp pembuangan orang oleh Belanda juga mendapat suhu tinggi 37,3 Β°C.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Dikutip dari laman Ayo Sehat Kementerian Kesehatan, berikut beberapa tipsnya:
- Minum air dalam jumlah cukup, tidak perlu menanti haus.
- Hindari minuman berkafein, minuman berenergi, minuman alkohol, dan minuman manis.
- Kenakan baju berbahan ringan dan longgar.
- Hindari pemakaian baju berwarna gelap karena dapat menyerap panas.
- Jauhi kontak langsung dengan sinar Matahari. Selalu kenakan topi atau payung.
- Selama periode pukul 11.00-15.00, sebisa mungkin, berteduh dalam ruangan.
- Jangan meninggalkan siapa pun dalam mobil yang terparkir, baik dengan kondisi jendela terbuka atau tertutup.
- Kenakan sunscreen dengan Sun Protection Factor (SPF) minimal 30 untuk bagian kulit yang tidak tertutup baju.
- Sediakan botol semprot air dingin dalam kendaraan.
- Kunjungi fasilitas kesehatan bila menemui gejala-gejala, seperti keringat berlebih, kulit panas dan kering, jantung berdetak cepat, kulit pucat, mual, dan urin berwarna pekat.
Nah, itulah penyebab seseorang mudah tersulut emosi saat cuaca panas. Telah lalu pula poin-poin ringkas seputar tips menghadapi cuaca panas yang bisa detikers terapkan. Semoga bermanfaat, ya!
(sto/ahr)











































