Digigit Tikus Apakah Berbahaya? Ini Efek dan Pertolongan Pertamanya

Digigit Tikus Apakah Berbahaya? Ini Efek dan Pertolongan Pertamanya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 23 Sep 2025 15:00 WIB
Seekor tikus
Seekor tikus. (Foto: Joshua J. Cotten/Unsplash)
Solo -

Tikus adalah hewan pengerat yang hidup berdampingan dengan manusia sehari-hari. Selain bau menyengat kotoran maupun kencingnya yang mengganggu, tikus juga mungkin saja menggigit manusia. Digigit tikus apakah berbahaya?

Sudah jadi keyakinan umum di masyarakat bahwa tikus sering kali 'menyerang' saat seseorang tertidur. Dirujuk dari laman On Demand Pest Control, sejatinya, tikus lebih suka melarikan diri alih-alih mendekati manusia.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan mereka menggigit, terutama jika terpojok atau lapar. Gigitan tikus saat malam hari sendiri mungkin terjadi saat mereka berkeliling rumah mencari makanan. Tikus bisa saja kaget dengan keberadaan manusia sehingga refleks menggigit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertanyaannya adalah, apakah gigitan tikus berbahaya? Mengingat, hewan berkaki empat dengan tubuh berselimut bulu ini diketahui dapat membawa pelbagai macam penyakit. Mari, baca uraiannya di bawah ini.

Poin utamanya:

ADVERTISEMENT
  • Tikus lebih senang menjauhi manusia, tetapi bisa tiba-tiba menggigit jika kaget atau terpojok.
  • Gigitan tikus tidak selalu berbahaya. Namun, bisa juga berkembang menjadi infeksi dengan sederet efek lanjutan.
  • Pertolongan pertama gigitan tikus meliputi pembersihan dan penutupan luka dengan perban. Penggunaan antibiotik juga dianjurkan.

Efek Digigit Tikus Apakah Berbahaya?

Ada beberapa masalah kesehatan yang mungkin muncul akibat gigitan tikus. Berikut dua di antaranya:

1. Demam Gigitan Tikus (Rat Bite Fever)

Berdasarkan keterangan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), manusia bisa terkena Rat Bite Fever (RBF) akibat kontak dengan cakaran, gigitan, air liur, maupun kencing hewan pengerat, termasuk tikus. Tak terbatas gigitan, perilaku mencium tikus peliharaan sebagai contoh, juga menjadi saluran penyebarannya.

Gejala awal RBF terasa seperti flu. Muntah-muntah, demam, sakit kepala, dan nyeri otot mungkin muncul setelah 3-10 hari dari kontak dengan tikus. Bisa juga, efek buruk baru terasa setelah lewat 21 hari.

Guna mencegah komplikasi lebih parah RBF, detikers disarankan segera melakukan perawatan dengan antibiotik yang diberi dokter. Bila dibiarkan RBF mungkin menyebabkan infeksi di hati, ginjal, jantung, otak, dan sistem saraf. Beruntungnya, penyakit ini terbilang jarang terjadi.

2. Sindrom Paru Hantavirus

Masalah lain yang mungkin timbul dari gigitan tikus adalah Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). Dilansir American Lung Association, hantavirus adalah sekelompok virus yang ditularkan melalui hewan pengerat, termasuk tikus. Umumnya, penyebaran virus ini terjadi melalui hidung yang menghirup udara terkontaminasi.

Tikus yang membawa hantavirus bisa 'meracuni' udara lewat urin, feses, maupun air liurnya. Oleh karenanya, bukan hal yang ganjil jika ada pasien tiba-tiba divonis kena hantavirus padahal tak berkontak sama sekali.

Meski biasanya menyebar lewat udara, hantavirus juga mungkin tertular ke manusia lewat gigitan tikus yang terinfeksi. Efeknya bagi tubuh adalah bocornya pembuluh darah kecil di paru-paru sehingga menyulitkan pernapasan. Apabila yang terinfeksi adalah jantung, kemampuan organ ini untuk memompa darah jadi berkurang sehingga risiko kematian meningkat.

Perlu dicatat, tidak semua gigitan tikus berakibat serius. Namun, jika tikus yang menggigit sudah terinfeksi, masalah-masalah kesehatan mungkin timbul. Bila tubuh merasakan gejala aneh, segera periksa ke penyedia layanan kesehatan terdekat.

Apakah Tikus Menyebabkan Rabies?

Kebanyakan orang masih percaya bahwa rabies lazimnya disebabkan tikus. Wisconsin Department of Health Services membantah hal ini melalui situs resminya. Dijelaskan bahwa hewan pengerat kecil, seperti tikus, bukanlah penyebab umumnya.

"Hewan pengerat kecil (misalnya tupai, hamster, marmut, gerbil, bajing tanah, tikus, dan mencit) dan lagomorf (kelinci dan terwelu), baik yang liar atau dipelihara sebagai hewan peliharaan, jarang ditemukan terinfeksi rabies dan belum diketahui menularkan rabies ke manusia," dikutip detikJateng pada Selasa (23/9/2025).

Hal ini juga diperkuat laporan CDC yang menyebut lebih dari 90% kasus rabies di Amerika Serikat disebabkan satwa liar, seperti kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Dari empat hewan itu, yang berada di urutan 1 sebagai penginfeksi adalah kelelawar.

Pertolongan Pertama Gigitan Tikus

Berdasar keterangan dari Healthline, gigitan tikus normalnya tampak seperti luka tusuk kecil. Luka tersebut akan berdarah dan bengkak. Apabila tikus yang menggigit terinfeksi, detikers mungkin juga akan melihat nanah di bekasnya.

Jika detikers tiba-tiba terbangun pada malam hari karena gigitan makhluk ini, berikut beberapa pertolongan pertamanya, dilansir Verywell Health:

  1. Tekan kuat luka dengan menggunakan kain kasa atau handuk kertas bersih.
  2. Bersihkan luka dengan sabun dan air hangat. Pastikan lukanya benar-benar bersih.
  3. Bilas sabun sampai tak tersisa agar tidak menyebabkan iritasi.
  4. Tutup luka dengan perban bersih dan kering.
  5. Jika punya, oleskan salep antibiotik pada luka sebelum menutup.
  6. Bila gigitan terjadi di jari, lepaskan cincin untuk berjaga-jaga jika bengkak.
  7. Sebisa mungkin, jebak tikus yang menggigitmu. Dengan demikian, tenaga medis dapat memeriksanya untuk mengetahui apakah makhluk itu terinfeksi atau tidak.

Demikian pembahasan mengenai efek gigitan tikus lengkap dengan metode pertolongan pertamanya. Semoga bermanfaat!




(sto/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads