8 Khutbah Jumat tentang Memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus Singkat

8 Khutbah Jumat tentang Memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus Singkat

Nur Umar Akashi - detikJateng
Jumat, 15 Agu 2025 09:35 WIB
Ilustrasi khutbah atau ceramah
Ilustrasi khutbah Jumat. Foto: Freepik/storyset
Solo -

Tahun ini, peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bakal jatuh pada hari Minggu. Oleh karena itu, pada hari Jumat sebelumnya, para khatib dapat membawakan topik kemerdekaan saat mengisi khutbah.

Kemerdekaan Indonesia bukanlah hal yang didapat dengan serta merta, melainkan melalui perjuangan panjang tak kenal lelah. Bukan hanya harta yang dikorbankan, tetapi juga nyawa. Semua demi persatuan Indonesia yang merdeka.

Tentunya, ada banyak nilai dan sifat terpuji yang bisa diteladani dari pahlawan-pahlawan kemerdekaan Indonesia. Topik tersebut dapat dikaitkan dengan syariat Islam sesuai Al-Quran dan sunnah Nabi SAW untuk kemudian dibawakan saat khutbah Jumat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagi yang membutuhkan, di bawah ini detikJateng himpunkan beberapa referensi khutbah Jumat seputar tema kemerdekaan.

ADVERTISEMENT

Khutbah Jumat Kemerdekaan #1: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dengan Hikmah Pahlawan

(sumber: tulisan H Muhammad Faizin di situs NU Jawa Timur)

Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, pada hari ini, kita masih bisa terus merasakan nikmat yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita semua. Di antaranya adalah nikmat iman, kesehatan, dan kemerdekaan sehingga kita bisa dengan tenang melangkahkan kaki menuju majelis ini untuk menjalankan tugas utama kita hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah. Hal ini akan sulit untuk dilakukan jika kita berada dalam kondisi peperangan alias tidak merdeka serta masih berada dalam kungkungan penjajah.

Semua nikmat ini tidak boleh sedikitpun kita kufuri. Jika kita kufur nikmat, maka kita termasuk golongan orang-orang yang tak tahu bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih atas keangkuhan ini. Sungguh, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang pantas sombong dan membanggakan diri sehingga lupa bersyukur dan mendustakan nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah SWT.

Kita telah diingatkan oleh Allah melalui firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur'an surat Ar-rahman, dengan kalimat yang diulang-ulang sebanyak 31 kali. Sebuah kalimat introspektif dan mengingatkan manusia untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur yakni:

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Artinya: "Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?" (QS Arrahman: 13)

Untuk menguatkan rasa syukur ini, ketakwaan harus kita perkuat untuk menjadi rambu-rambu dalam mengarungi kehidupan. Dengan ketakwaan, berupa menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka kita akan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah untuk perjalanan kehidupan yang lebih terarah. Mari kita perkuat dan pertahankan ketakwaan serta keislaman kita sekaligus menguatkan komitmen untuk kembali kepada-Nya dalam kondisi takwa dan Islam.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS Al Imran: 102).

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Saat ini kita berada di bulan Agustus yang menjadi bulan istimewa bagi bangsa Indonesia. Di bulan inilah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian dijadikan sebagai momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita perlu menyadari bahwa generasi kita yang hidup saat ini sebagian besar merupakan generasi yang tidak merasakan secara langsung bagaimana pedihnya perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Kita adalah generasi yang tinggal meneruskan melalui karya-karya positif untuk mengisi kemerdekaan. Karunia kemerdekaan yang diperjuangkan dengan tetes darah dan nyawa para pejuang adalah sebuah warisan yang wajib kita pertahankan. Jangan sampai warisan agung kemerdekaan ini hilang karena ulah kita sendiri yang tak tahu bersyukur dan berterima kasih.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (QS Ibrahim: 7)

Oleh karena itu, di antara cara bersyukur atas anugerah kemerdekaan ini adalah dengan menghargai, mempelajari, dan mengambil hikmah sejarah perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk kemerdekaan yang sekarang kita nikmati ini. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca berbagai literatur-literatur sejarah dan juga bersilaturahim kepada orang-orang tua yang masih hidup, yang mengalami secara langsung masa perjuangan kemerdekaan. Selain itu, kita bisa meningkatkan rasa syukur dengan melakukan ziarah ke makam orang tua dan para pejuang yang telah wafat dan mendoakan agar segala amal ibadah dan perjuangannya diterima Allah SWT. Rasulullah bersabda:

مَنْ دَعَا لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Artinya: "Siapa saja yang mendoakan saudaranya secara ghaib, malaikat yang diutus untuknya mengaminkan doanya, 'Amin, untukmu pun demikian.'' (HR Muslim)

Selain dengan tidak melupakan sejarah kemerdekaan, untuk memotivasi kita lebih baik ke depan, kita bisa bersyukur atas karunia kemerdekaan ini melalui komitmen mengisinya dengan hal-hal yang positif sesuai dengan posisi dan profesi masing-masing. Mengisi kemerdekaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja. Kita sebagai warga negara yang baik juga berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki.

Para petani mengisi kemerdekaan dengan terus berjuang di bidang pertanian sehingga mampu memperkuat ketahanan pangan. Para guru dengan terus mendidik para pelajar untuk menjadi insan berbudi pekerti luhur yang mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Para pelajar dengan terus mencari ilmu sebagai bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan. Dan profesi-profesi lainnya harus mampu memberi sumbangsih positif untuk mengisi kemerdekaan sehingga Indonesia akan berubah ke arah yang lebih baik lagi.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka". (QS Ar-Ra'du: 11)

Perbedaan keragaman profesi dan status terlebih kebhinekaan dalam suku, bahasa, dan agama di Indonesia ini tidak boleh menjadi penghalang untuk mengisi kemerdekaan. Justru sebaliknya, perbedaan yang ada ini adalah karunia dari Allah dan sebuah potensi besar yang bisa menjadi sumbangsih dalam melanjutkan dan merawat kemerdekaan. Oleh karena itu kebersamaan, persatuan, dan kesatuan harus dikedepankan dan meninggalkan perpecahan. Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ

Artinya: "Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai," (QS Al-Imran: 103)

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Demikian beberapa wujud syukur yang bisa kita lakukan dalam mensyukuri kemerdekaan yang telah menghantarkan kita tenang dan aman dalam menjalankan misi utama kita hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah SWT. Dengan senantiasa ingat pada sejarah, mengisi kemerdekaan dengan hal positif, dan menjaga persatuan, mudah-mudahan kita mampu merawat kemerdekaan ini dan mampu terus kita wariskan kepada generasi selanjutnya sampai hari kiamat nanti. Amin.

Khutbah Jumat Kemerdekaan #2: Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam

(sumber: tulisan Muhammad Shodiq Ma'mun SSos dalam situs NU Banyumas)

Hadirin jamaah Jum'ah yang dirahmati Allah,

Pada hari Ahad, 17 Agustus 2025 mendatang, kita kembali dipertemukan Allah SWT untuk memperingati dan bersyukur atas kemerdekaan bangsa kita, Republik Indonesia, yang telah berusia 80 tahun. Momen ini bukan hanya tentang terbebasnya bangsa dari penjajahan fisik, tetapi juga saat yang tepat untuk merenungkan makna kemerdekaan sejati - kemerdekaan lahir dan batin.

Menurut Islam, kemerdekaan sejati adalah kebebasan hamba dari segala perbudakan kecuali penghambaan hanya kepada Allah SWT. Artinya, kemerdekaan bermuara pada kemampuan mengendalikan hawa nafsu, menjauhkan diri dari kesyirikan, dan beribadah dengan tulus. Seorang muslim yang merdeka adalah insan yang mampu menundukkan hawa nafsu buruk, sehingga jiwa dan pikirannya benar-benar bebas dan terjaga.

Nabi Muhammad SAW telah memulai perjuangan kemerdekaan ini dengan langkah monumental, seperti melarang penguburan bayi perempuan yang menjadi praktik jahiliah, dan menghapus perbudakan yang saat itu berlaku. Langkah-langkah ini mengangkat martabat manusia dan menegakkan keadilan. Namun, sebagaimana para ulama dan ahli tasawuf ajarkan, kemerdekaan fisik saja belumlah cukup untuk menjadi insan kamil-manusia sempurna dalam iman, akhlak, dan ketaatan kepada Allah SWT.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita renungkan tiga makna kemerdekaan yang diajarkan Al-Qur'an sebagai fondasi membangun bangsa yang kuat dan bersatu.

Pertama, kemerdekaan cara pandang dan pikiran. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti.

Ayat ini menegaskan bahwa kita semua sama di hadapan Allah, berbeda-beda agar saling mengenal. Maka, kita harus merdeka dari segala bentuk kebencian, provokasi, dan ideologi yang merusak persatuan.

Kedua, kemerdekaan spiritual, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS yang mencari kebenaran di tengah kepercayaan yang menyimpang. Hari ini, kita harus merdeka dari pemahaman agama yang menyesatkan dan memecah belah. Kemerdekaan batin berarti membebaskan hati dari dogma sesat dan menundukkan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR Tirmidzi).

Ketiga, kemerdekaan dari penindasan dan dominasi yang didasarkan agama, suku, ras, atau golongan, seperti perjuangan Nabi Musa AS membebaskan umatnya dari Fir'aun. Kita harus menolak diskriminasi dan intoleransi agar tidak ada yang tertindas atau terpinggirkan di negeri ini.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Di tengah tantangan zaman dan maraknya propaganda ideologis yang berusaha merobek persatuan kita, mari kita jadikan peringatan kemerdekaan ke-80 tahun ini sebagai momen refleksi untuk memperkuat persatuan, kebersamaan, dan saling merangkul. Memperkokoh semangat persaudaraan dan toleransi demi menjaga kemerdekaan bangsa ini agar tidak retak.

Kita wajib memproteksi kemerdekaan ini dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kebencian, intoleransi, dan ajaran sesat yang mengklaim diri benar namun merusak kerukunan. Kita harus menjadi insan yang merdeka lahir dan batin, insan yang mampu menjaga hati dan pikirannya agar tetap lurus di jalan Allah SWT.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk selalu memelihara kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan negeri ini dan menjadikan kita anak bangsa yang bertanggung jawab menjaga persatuan menuju Indonesia Emas 2045. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Khutbah Jumat Kemerdekaan #3: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan, Apa dan Bagaimana?

(sumber: tulisan Drs KH Amin Munawar MA dalam situs MUI Digital)

Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih senantiasa diberikan rahmat hidayah serta inayah oleh Allah SWT sehingga kita diberikan kemudahan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shlat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat walafiat. Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, minimal dengan jalan imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan Allah SWT dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apa pun yang dilarang-Nya dan semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Para hadirin sidang Jumat yang berbahagia,

Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita semua wajib bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia sehingga para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala pengorbanannya. Berjuang melawan penjajah merupakan keharusan karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-makhluk yang diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam surah QS Az-Zariyat Ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS Az-Zariyat 56).

Para hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata'ala,

Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah membuktikan kepada kita bahwa di saat beliau diutus menjadi nabi dan rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul terdahulu.

Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup dan berlaku bodoh dalam memenuhi tuntutan kerohanian sehingga menyembah patung dan berhala yang mereka buat sendiri.

Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga jaman itu dikenal dengan zaman jahiliyah.

Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk penjajahan baik secara jasmani maupun rohani. Perjuangannya bermula di Makkah dan direalisasikan sepenuhnya dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Sidang Jumat rahimakumullah...
Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak apa yang telah kita kerjakan dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan ini telah diabadikan dalam Alquran dalam surah At-Taubah, ayat 105, yang berbunyi:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: "Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan."

Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan beramal dan bekerja baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena Allah SWT telah memberi kita kemerdekaan.

Dengan kemerdekaan itu kita memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia ini tak ada lain adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-Nya.

Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah selama 24 jam sehari. Hal ini dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah membuka pintu-pintu kebaikan.

Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:

إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِّبُكُمْ اِلَى الْجَنَّةِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ , وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ اِلىَ النَّارِ إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ

Artinya: "Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga melainkan aku memerintahkannya kepada kalian. Dan tidak satupun amal yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah melarang kalian darinya."

Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita sebagai rahmat-Nya.

Dengan kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja, belajar, dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya hidup di sebuah negara yang dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antaretnis dan golongan, pasti sangat mengerikan.

Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka keamanan lebih bermakna dalam diri kita. Kita dapat menikmati berbagai kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga Allah SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya.

Semoga pula kita mampu menunjukkan rasa cinta kita yang terus bertambah kepada agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan di dalam Alquran, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: "Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku, dan sekiranya kamu kufur, sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih."

Sidang Jumat rahimakumullah,

Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan dan terima kasih kita kepada para pejuang dan pahlawan kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita menyia-nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka mengisi kemerdekaan.

QS. Asy-Syarh Ayat 7 :

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ

Artinya: "Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabb mu lah hendaknya kamu berharap,"

Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita harus mengisinya dengan disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai budaya bangsa sendiri.

Kemerdekaan sesungguhnya bukan tujuan tetapi merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur.

Bangsa Indonesia telah bercita-cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya sendiri yang memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita isi kemerdekaan ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun thayyibatun waraffun ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa memberikan ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya.

Sudah pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita peroleh selama kita bertauhid, yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT. Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-tauhidkan-Nya. Amin-aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin

Khutbah Jumat Kemerdekaan #4: Cermin Keteladanan Pahlawan

(sumber: situs Suara Muhammadiyah)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah segala pujian kita haturkan kepada Alah SWT, Rabb seluruh alam semesta, yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang begitu banyak, yang apabila langit menjadi lembarannya, ranting ranting pohon menjadi penanya, dan air laut menjadi tintanya tidaklah bisa untuk menuliskan karunianya Allah. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah kelak.

Tidak lupa khatib berwasiat pada diri khatib khususnya dan untuk jamaah semuanya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dimanapun dan kapanpun berada, sebab takwa adalah sebaik-baik bekal untuk kita kembali menghadap Allah di hari akhir nanti.

Jemaah Jumat yang semoga dirahmati Allah,

Bangsa kita adalah bangsa yang kaya dengan sejarah, sejak zaman Hindu-Buddha, kemudian berubah menjadi zaman kesultanan, kemudian berubah menjadi zaman kolonial, kemudian berubah menjadi bangsa yang merdeka seperti saat ini.

Tentu kemerdekaan yang dapat kita rasakan saat ini tidak lepas dari para usaha para pejuang, para pahlawan, mereka dengan gigih melawan kezaliman dari penguasa kolonial mengorbankan harta benda, jiwa raga untuk menjadikan bangsa kita ini menjadi bangsa yang merdeka.

Mereka adalah para pejuang yang lahir dari kesederhanaan, masa masa sulit, namun dari perjuangan mereka membuahkan amal jariyah yang sampai saat ini dapat kita rasakan. Sebagaimana pernyataan Ibnu Khaldun, "masa sulit menghasilkan orang orang hebat, orang orang hebat menghasilkan kemakmuran. Akan tetapi, kemakmuran menghasilkan orang orang lemah, orang orang lemah menghasilkan masa sulit, begitulah perputaran zaman."

Jemaah Jumat yang berbahagia,

Kita memang tidak hidup di masa sulit seperti penjajahan, kita adalah pewaris yang harus melanjutkan estafet perjuangan menjaga keutuhan bangsa untuk tidak berselisih. Sebab banyaknya perang di bumi adalah buah dari perselisihan.

Namun karena kita hidup di masa makmur, janganlah kita menjadi terlena sehingga kita meninggalkan kepada generasi sesudah kita berupa masa sulit, keluarlah dari zona nyaman malas malasan, belajarlah dan sumbangkan ilmu!

Apakah karena kita hidup di masa makmur, kita akan menghasilkan generasi yang lemah? Jawabannya ada pada diri kita, mungkin iya kita meninggalkan generasi yang lemah, namun apakah hal itu yang akan kita lakukan?

Dengan mudahnya akses informasi apapun dan untuk apapun, memudahkan kita untuk berkembang, kita harus mencetak menjadi generasi yang lebih baik daripada kita. Tentu perjuangan kita tidak mudah sebab masa damai membuat orang orang menjadi lengah dan terlena.

Allah berfirman dalam Q.S Ar Ra'd : 11

انَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ...

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka."

Jika kita hanya berdiam diri saja, tidak melakukan perubahan atau keluar dari zona nyaman, maka sama saja kita tidak berjuang untuk bangsa kita sendiri, kita dan pahlawan sama sama berjuang, para pahlawan berjuang untuk kemerdekaan kita berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.

Jemaah Jumat rahimakumullah,

Masa depan bangsa ada ditangan kita, Allah mengemban bangsa ini kepada kita, usaha para pendahulu kita harus kita teruskan sampai anak cucu kita. kita haturkan rasa terimakasih kepada para pahlawan dengan melanjutkan perjuangannya. Oleh karena itu marilah pada momentum kali ini kita kuatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan meneladani perjuangan mereka. Semoga Allah memberikan balasan terbaik bagi para pahlawan dan mengampuni dosa dosanya. Aamiin

Khutbah Jumat Kemerdekaan #5: Mengisi Kemerdekaan Menuju Bangsa yang Maju dan Diridhai

(sumber: tulisan Dr KH Ahmad Zayadi MPd dalam situs Masjid Istiqlal)

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Pada hari yang mulia ini, marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa adalah inti dari setiap ibadah, ruh dari setiap amal dan bekal terbaik menuju akhirat. Sebagaimana Firman Allah,

وَتَزَوَّدُوْ فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ

Artinya: "Berbekallah kalian, dan sebaik baik bekal adalah taqwa." (QS. Al-Baqarah: 197).

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muḥammad SAW., sosok mulia yang telah memerdekakan manusia dari penghambaan atas materi dan hawa nafsu kepada penghambaan kepada Ilāhī Rabbī.

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Kita saat ini telah memasuki bulan Agustus, bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Bulan ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah anugerah besar dari Allah SWT, hasil perjuangan panjang para pahlawan yang yang rela berkorban demi tegaknya kedaulatan dan martabat bangsa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 53:

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـئَرُوْنَۚ

"Segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Kemudian, apabila kamu ditimpa kemudaratan, kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl: 53)

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah,

Secara kebahasaan, kemerdekaan dalam bahasa Arab dikenal dengan kata al-istiqlāl (الاستقلال), yang bermakna negara-negara merdeka. Dalam konteks kebangsaan, istiqlāl mencerminkan kemerdekaan suatu bangsa dari segala bentuk dominasi, baik kolonialisme fisik maupun hegemoni budaya dan ekonomi.

Sementara itu, dalam terminologi Islam, istiqlal tidak berhenti pada kedaulatan semata, tetapi juga bermuara pada kesadaran kolektif untuk membangun peradaban yang merdeka dalam berpikir, berkarya, dan berakhlak. Inilah yang kemudian berkelindan dengan konsep al-ḥurriyyah (الحُرِّيَّة) atau kebebasan, yang lebih menekankan pada dimensi personal dan spiritual.

Hurriyyah dalam Islam bukanlah kebebasan tanpa batas, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab-bebas dari perbudakan hawa nafsu, tekanan struktural yang menindas, dan pemikiran yang membelenggu kebenaran. Dengan kata lain, istiqlāl adalah bentuk kebebasan kolektif dalam skala sosial dan kenegaraan, sementara hurriyyah adalah kebebasan internal yang membebaskan manusia untuk taat dan tunduk hanya kepada Allah SWT. Keduanya adalah fondasi utama dalam membangun bangsa yang tidak hanya maju secara lahiriah, tetapi juga diridhai oleh Allah secara batiniah.

Ibnu 'Āsyūr dalam kitab Maqāṣid al-Syarī'ah al-Islāmiyyah menjelaskan bahwa kebebasan memiliki dua sisi. Pertama, kebebasan dari perbudakan fisik, yaitu kemerdekaan dalam arti literal. Kedua, kebebasan dalam makna batiniah, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur hidupnya sendiri dengan sadar, tanpa tekanan dan paksaan.

Syariat Islam sangat menjunjung tinggi prinsip kebebasan dalam banyak aspek. Islam menjamin kebebasan berkeyakinan (ḥurriyyah al-i'tiqād), kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat (ḥurriyyah al-aqwāl), kebebasan dalam belajar, mengajar, dan berkarya (ḥurriyyah al-'ilmi wa at-ta'līm wa at-ta'līf), serta kebebasan dalam bekerja dan berwirausaha (ḥurriyyah al-a'māl). Semua bentuk kebebasan ini diarahkan bukan untuk membebaskan manusia dari nilai, tetapi justru untuk meneguhkan nilai-nilai luhur yang berlandaskan tauhid.

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah dalam kitab al-Umm menegaskan makna spiritual dari kebebasan dengan menyatakan:

إِنَّ ٱلْـحُرِّيَّةَ ٱلْـحَقِيقِيَّةَ هِيَ ٱلتَّـحَرُّرُ مِنْ عُبُودِيَّةِ ٱلنَّفْسِ وَٱلشَّهَوَاتِ، وَٱلتَّوَجُّهُ ٱلْـكَامِلُ إِلَى ٱللّٰهِ وَحْدَهُ

Artinya: "Sesungguhnya kemerdekaan yang hakiki adalah pembebasan diri dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat, serta mengarahkan diri sepenuhnya kepada Allah semata."

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Kemerdekaan yang diraih harus diisi dengan semangat membangun bangsa yang maju dan diridhai Allah. Ikhtiar pertama adalah membangun peradaban berbasis ilmu. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:

وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ

Artinya: "Berdirilah," (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ilmu adalah fondasi dari kemajuan. Tiada bangsa yang mampu melangkah ke depan tanpa menjadikan ilmu sebagai pilar utama. Sejak wahyu pertama turun dengan kata Iqra', Islam menempatkan ilmu pada posisi tertinggi dalam membentuk peradaban.

Ikhtiar kedua adalah menegakkan akhlak kolektif dan etos kerja. Ini merupakan syarat transformasi sosial sebagaimana difirmankan Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Perubahan besar dimulai dari perubahan kecil dalam diri dan lingkungan sekitar. Ini memerlukan kerja kolektif yang konsisten dan berkelanjutan. Allah juga berfirman:

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَٱلْمُؤْمِنُونَ

"Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu...." (QS. At-Taubah: 105)

Dari aspek moral, Rasulullah SAW bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Mari kita isi kemerdekaan ini bukan hanya dengan perayaan simbolik, tetapi dengan tindakan nyata untuk semua orang, yakni upgrade ilmu dan keterampilan, meningkatkan produktivitas dan kualitas serta etos kerja; sekaligus tindakan kolektif yakni memelihara persatuan dan menanamkan nilai-nilai akhlak mulia.

Pesan penting dari para pejuang kemerdekaan bangsa ini, ialah bahwa persatuan dan akhlak mulia ini harus di ikhtiarkan secara sungguh-sungguh. Persatuan, kemajuan bangsa, dan kemuliaan akhlak lahir dari kebersamaan, al-barokatu ma'al jamaah.

Kemerdekaan adalah tanggung jawab, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menjaga amanah itu. Kemerdekaan juga menjadi modal bagi Warga Negara Indonesia untuk terus melestarikan jejak kebaikan dari para pendiri bangsa dan para pendahulu untuk terus membangun kerukunan demi terwujudnya kebaikan bersama, mewujudkan al-maslahah al-ammah.

Semoga Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya unggul dalam teknologi dan ekonomi, tetapi juga menjadi بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ yakni negeri yang baik dalam tatanan nilai, sistem, dan arah peradabannya serta mendapatkan limpahan ampunan dan keridhaan dari Allah SWT.

Khutbah Jumat Kemerdekaan #6: Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan di Zaman Sekarang

(sumber: tulisan Ustadz Yudi Prayoga dalam situs NU Lampung)

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah melimpahkan nikmat-Nya dan keberkahan kepada kita semua, di antaranya nikmat iman, Islam, dan kemerdekaan di negeri yang kita cintai ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Kemerdekaan bagi suatu bangsa adalah anugerah besar dari Allah saw. Hal ini sebagaimana telah Allah tegaskan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 5:

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اَنْ اَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ وَذَكِّرْهُمْ بِاَيّٰىمِ اللّٰهِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ ۝٥

Artinya: Sungguh Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan (membawa) tanda-tanda (kekuasaan) Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), keluarkanlah kaummu dari berbagai kegelapan kepada cahaya (terang-benderang) dan ingatkanlah mereka tentang hari-hari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat penyabar lagi banyak bersyukur (QS Ibrahim: 5).

Hari kemerdekaan adalah salah satu nikmat Allah yang patut kita syukuri. Namun, kemerdekaan bukan hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga kebebasan untuk menjalankan agama, membangun negeri, dan menjaga martabat bangsa.

Dahulu, para pejuang mengorbankan jiwa, raga, dan harta untuk merebut kemerdekaan. Sekarang, tugas kita adalah mempertahankannya. Allah SWT mengingatkan kepada kita dalam surat Al-Anfal ayat 60:

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ ۝٦٠

Artinya: Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi (QS Al-Anfal: 60).

Ayat ini tidak hanya berlaku untuk perang fisik, tetapi juga perang di zaman modern: perang pemikiran, perang budaya, perang teknologi, dan perang melawan korupsi serta kemaksiatan.

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah, Penjajahan di era modern sering datang dalam bentuk yang halus, yakni penjajahan dalam bentuk budaya dan pemikiran. Nilai-nilai asing yang merusak moral generasi muda masuk melalui media, hiburan, dan teknologi tanpa filter. Banyak fitnah, hoaks dan adu domba. Jika kita tidak bijak, identitas bangsa dan akidah akan terkikis.

Selain itu, penjajahan dalam bidang ekonomi bisa berbentuk ketergantungan dengan hutang luar negeri, ketergantungan pada produk asing, dan lemahnya daya saing pasar.

Sedangkan penjajahan moral bisa dikendalikan melalui pergaulan bebas, narkoba, korupsi, dan gaya hidup hedonis, yang lama kelamaan akan menghancurkan bangsa dari dalam. Sesungguhnya Allah SWT telah mengingatkan kepada kita semua untuk bersatu:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Artinya: Berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai (QS Ali 'Imran: 103).

Hadirin Rahimakumullah, Kita semua harus mengingat, bahwa kemerdekaan akan hilang jika kita lalai, sombong, atau tidak bersyukur. Bersyukur berarti menjaga amanah kemerdekaan ini agar tetap memberi manfaat, memberi rasa aman kepada sesama manusia.

Memberikan rasa aman dan nyaman kepada manusia yang lainnya, adalah buah dari kemerdekaan, dan kemerdekaan hanya terjaga jika rakyatnya beriman, menjaga keamanan, bersatu, dan berbuat kemaslahatan.

Rasulullah saw mengingatkan:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Artinya: Barangsiapa di antara kalian yang pada pagi harinya merasa aman di tempat tinggalnya, sehat tubuhnya, dan memiliki makanan yang cukup untuk hari itu, maka seolah-olah dunia dan segala isinya telah diberikan kepadanya (HR Tirmidzi).

Hadirin Rahimakumullah, kemerdekaan yang telah diberikan oleh Allah SWT, harus kita jaga, rawat dan isi dengan kebaikan-kebaikan. Seperti menguatkan keimanan dan berakhlak yang baik, memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, bekerja dengan jujur dan profesional, menjaga persatuan dan kesatuan, serta memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemaslahatan umat.

Maka dari itu, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sebagaimana disebutkan di atas termasuk jihad di zaman sekarang. Jika dulu pejuang mengangkat senjata, kini kita berjihad dengan ilmu, kerja keras, kejujuran, dan kesalehan.

Mari kita perkuat ukhuwah, jaga moral, tingkatkan ilmu, dan bekerja keras membangun negeri ini. Jangan sampai darah para syuhada yang gugur di medan juang menjadi sia-sia karena kita lalai.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Demikianlah khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Dan semoga kita menjadi umat Islam yang selalu mensyukuri segala nikmat dari Allah SWT, salah satunya nikmat kemerdekaan ini.

Khutbah Jumat Kemerdekaan #7: Mensyukuri Kemerdekaan RI

(sumber: situs resmi Pondok Pesantren Lirboyo)

Jemaah Jumat Rohimakumullah
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Bulan ini adalah bulan yang sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesia, di mana bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari para penjajah. Hal tersebut mengingatkan kita untuk bermuhasabah, berintrospeksi diri.

Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang mengevaluasi dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Swt." (HR Tirmidzi)

Jika suatu bangsa ingin sukses, maka sudah seharusnyalah kita mengintrospeksi diri bagaimana perjuangan para ulama terdahulu beserta para santrinya dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Perlu diketahui bahwa para pahlawan tidak hanya raga yang mereka korbankan, akan tetapi jiwa, tenaga, fikiran, semua mereka kerahkan demi merdekanya bangsa kita.

Jemaah Jumat Rohimakumullah,
Kini Negara kita sudah aman sentosa, sudah sangat jauh lebih baik dari pada kondisi 78 tahun yang lalu, maka sudah seharusnyalah kita berterima kasih atas jasa-jasa para pahlawan kita terdahulu. Rasululloh SAW bersabda:

(مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللّهَ. (رواه أحمد والترمذي

Artinya: "Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Ahmad & Tirmidzi)

Sebagai wujud terima kasih kita kepada para pejuang terdahulu kita akan merawatnya, menjaga persatuan bangsa kita. Allah Swt berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ

Artinya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah berupa jama'ah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS. Ali 'Imron; 103)

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (46

Artinya: "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar."

Terkait ayat ini, al-Imam Abu Hayyan dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith menjelaskan, perpecahan dapat mengakibatkan kehancuran yang membuat para penjajah mudah menguasai sebuah negara.

Rasulullah SAW bersabda:

اَلجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: "Persatuan adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab." (HR. Al-Qadha'i).

Terjaganya persatuan bangsa kita, amannya negara, maka kita juga akan semakin mudah untuk menyebarkan ajaran Islam di Nusantara.

Khutbah Jumat Kemerdekaan #8: Memaknai Kemerdekaan dalam Bingkai Agama Islam

(sumber: tulisan KH Zaki Mubarok dalam situs MUI Digital)

Hadirin sidang Jumat rahimakumullah
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Karunia yang telah dilimpahkan kepada kita dengan nikmat yang tidak dapat kita hitung satu persatu. Terutama sekali nikmat iman dan islam sehingga sampai saat ini kita menjadi seorang muslim yang mudah-mudahan kita sandang terus hingga akhir hayat kita.

Maka atas segala nikmat tersebut marilah kita tasyakuri dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhkan diri kita dari semua yang dilarang oleh-Nya.

Sidang Jumat yang berbahagia,
Pada tanggal 17 Agustus 2024 yang lalu kita merayakan hari kemerdekaan bangsa kita yang ke 79. Usia yang tidak sebentar yang dilalui oleh bangsa kita namun tentu masih terlalu sebentar jika dibandingkan dengann lamanya bangsa kita dibelenggu oleh penjajahan.

Meskipun demikian patut kita syukuri nikmat kemerdekaan ini karena dengannya menjadi bekal utama bagi bangsa kita dalam membangun negara yang sama-sama kita cintai ini. Maka dalam mengisi kemerdekaan ini seyogyanya kita memaknai kemerdekaan ini dengan sebaik mungkin terutama jika kita lihat dari bingkai agama kita yaitu agama Islam.

Kemerdekaan memiliki makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Setelah ratusan tahun dijajah, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya kepada dunia pada 17 Agustus 1945.

Berbagai perjuangan yang terjadi dan ditempuh oleh bangsa kita dalam meraih kemerdekaan ini tidaklah mudah dan tidak semuanya dapat tertulis dalam lembaran-lembaran kertas meskipun lautan menjadi tintanya.

Pengorbanan harta, jiwa, dan raga para pendahulu sudah semestinya menjadi teladan bagi penerus bangsa.

Kemerdekaan Indonesia juga tidak lepas dengan perjuangan umat Islam. Banyak sekali tokoh Islam yang turut andil dalam upaya kemerdekaan Republik Indonesia, sebut saja seperti Bung Hatta, Jenderal Sudirman, Presiden Soekarno hingga tokoh wanita Cut Nyak Dien. Lantas, bagaimanakah sebenarnya hakikat dan makna kemerdekaan dalam Islam?

Kemerdekaan merupakan hak dasar yang disematkan kepada setiap makhluk terutama makhluk yang bernama manusia yang diberikan kelebihan dari makhluk lainnya sebagaimana tersirat dalam surah Al Isra ayat 70 :

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."

Dalam bahasa Arab kemerdekaan berasal dari kata "al-Istiqlal". Sementara dalam padanan kata bebas kemerdekaan juga disebut dengan istilah "al-Hurr" dan bentuk kata kerjanya adalah "al-Hurriyah".

Menurut Ibnu Asyur dalam bukunya "Maqasid al-Syariah al-Islamiyah", al-Hurriyah memiliki dua makna. Makna yang pertama adalah kemerdekaan lawan dari perbudakan, dan makna kedua kemerdekaan adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan urusannya sesuka hati tanpa ada tekanan pihak lain.

Kemerdekaan adalah anugerah yang sangat berharga, tidak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial seorang Muslim. Dalam Islam, kemerdekaan memiliki makna yang mendalam, mencakup aspek-aspek yang lebih luas dari sekadar terbebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan dalam pandangan Islam meliputi kebebasan jiwa, pemikiran, dan kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah SWT.

Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah SWT. Dalam hal ini, kemerdekaan bukan hanya soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhannya.

Hadirin jamaah yang berbahagia,
Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang terarah, dimana seorang muslim memahami batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dalam Alquran dan sunnah.

Maksudnya, kemerdekaan bukan berarti bebas melakukan apa saja tanpa batas, tetapi bebas dalam menjalankan syariat Islam tanpa paksaan dari pihak manapun. Seorang muslim yang merdeka adalah mereka yang tidak terikat oleh apapun selain aturan dan kehendak Allah SWT.

Dengan demikian, kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terjaga dan terlindungi, bukan kebebasan yang liar dan tanpa arah.

Selain itu, kemerdekaan dalam Islam juga meliputi kebebasan berfikir dan berpendapat, tetapi masih berada dalam koridor yang sesuai dengan ajaran Islam. Islam tidak melarang umatnya dari proses berpikir kritis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Justru, Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan memperdalam ilmunya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

طَلَبُ ألْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ ( رواه ابن ماجه )

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." ( HR Ibnu Majah )
Kebebasan berpikir ini adalah salah satu bentuk kemerdekaan yang dimuliakan dalam Islam, namun tetap harus berada dalam bingkai keimanan dan ketakwaan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam konteks sosial, kemerdekaan dalam Islam juga menuntut umatnya untuk membebaskan diri dari kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan hak asasi manusia, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan.

Islam memandang bahwa tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan, sehingga setiap bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.

Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang sejati, yang hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT tuhan semesta alam. Kemerdekaan bukan sekadar kebebasan fisik dari penjajahan, tetapi juga mencakup kebebasan spiritual, intelektual, dan sosial yang sesuai dengan tuntunan syariat.

Seorang Muslim yang merdeka adalah mereka yang mampu menjalankan hidupnya dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT, dan dengan itulah mereka mencapai kebahagiaan dan kemuliaan yang hakiki.

Maka dalam mensikapi kemerdekaan yang kita raih saat ini adalah mensyukurinya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati atas anugerah keamanan atas agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan. Sebab, nikmat agung setelah iman adalah aman ( a'dzamun ni'ami ba'dal îmân billâh ni'matul aman ).

Untuk mensyukuri kemerdekaan ini ada beberapa hal yang perlu kita lakukan :

Pertama , kita isi kemerdekaan yang kita peroleh selama ini dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Menjalankan syariat agama kita secara tenang adalah anugerah besar yang kita peroleh di tengah sebagian saudara-saudara kita di belahan dunia lain masih berjuang mencari kedamaian. Umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu berbuat baik kepada sesama. Dengan demikian mudah-mudahan kita termasuk kedalam golongan yangmendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS al-Hujurat [49]: 13).

Kedua , mencintai negeri ini dengan memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudharatannya. Segala upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas harus kita dukung, sementara yang merugikan masyarakat banyak kita tolak.

Dukungan terhadap kemaslahatan umat bisa dimulai dari diri sendiri yang ikut berperan serta dalam upaya-upaya kemajuan di masyarakat, bergotong royong, atau patuh terhadap peraturan yang berlaku. Sebaliknya, mencegah kemudharatan berarti menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas, dan lain sebagainya.

Inilah pelaksanaan dari sikap amar ma'ruf nahi munkar dalam pengertian yang luas. Ajakan kebaikan dan penolakan terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat. Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, makmur dan sejahtera.

Termasuk dalam praktik ini adalah mengapresiasi pemerintah bila kebijakan yang dijalankan bermanfaat seta berguna bagi masyarakat, dan mengkritiknya tanpa segan ketika kebijakan pemerintah melenceng dari kemaslahatan bersama.

Hadirin rahimakumullah,
Demikian khutbah Jumat yang singkat dalam memaknai kemerdekaan yang kita nikmati saat ini. Semoga bisa memberi manfaat dan keberkahan bagi kita semua. Semoga kita digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan semoga saudara-saudara kita yang berada di palestina dan di belahan bumi yang lainnya yang saat ini sedang berjuang dari belenggu penjajahan diberikan kekuatan oleh Allah SWT, dan segera memperoleh kemerdekaannya secara utuh. Amin ya rabbal alamin.

Nah, itulah delapan khutbah Jumat seputar tema kemerdekaan yang bisa dijadikan contoh. Semoga bermanfaat!




(par/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads