Badan intelijen Pentagon, Defense Intelligence Agency, menilai serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir Iran tidak menghancurkan komponen inti program nuklir negara tersebut.
Dilansir detikINET, serangan AS kemungkinan hanya menundanya program nuklir Iran. Meski demikian, analisis kerusakan dan dampak serangan masih berlangsung dan dapat berubah seiring dengan lebih banyaknya informasi intelijen.
Temuan awal ini berlawanan dengan klaim Presiden Donald Trump bahwa serangan tersebut sepenuhnya melenyapkan fasilitas pengayaan nuklir Iran. Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga mengklaim ambisi nuklir Iran telah hilang.
Dikutip detikINET dari CNN, sumber menyebut persediaan uranium yang diperkaya Iran tak hancur dan sentrifus sebagian besar utuh. Sumber lain mengatakan, intelijen menilai uranium yang diperkaya telah dipindah sebelum serangan AS.
Meski mengakui ada penilaian itu, namun Gedung Putih tak setuju. Sedangkan militer AS menyatakan operasi berjalan sesuai rencana dengan keberhasilan luar biasa, kendati masih terlalu dini untuk memiliki gambaran komprehensif tentang dampak serangan.
Diketahui, Israel menyerang fasilitas nuklir Iran berhari-hari tapi butuh bom penghancur bunker milik AS. Jet pembom B-2 AS lalu menjatuhkan lebih dari selusin bom di dua fasilitas nuklir yaitu pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow dan Kompleks Pengayaan Natanz. Tapi, menurut sumber, bom itu tak sepenuhnya menghancurkan sentrifus dan uranium di sana.
Dampak pada ketiga lokasi itu (Fordow, Natanz, dan Isfahan) sebagian besar terbatas pada bangunan di atas tanah yang rusak parah. Itu termasuk infrastruktur listrik dan beberapa fasilitas yang digunakan untuk mengubah uranium jadi logam untuk pembuatan bom.
Penilaian Israel terhadap dampak serangan AS juga menemukan kerusakan lebih sedikit di Fordow daripada yang diperkirakan. Tapi pejabat Israel yakin kombinasi aksi militer AS dan Israel di beberapa lokasi telah menunda program nuklir Iran selama dua tahun.
Hegseth mengklaim pengeboman AS melenyapkan kemampuan Iran membuat senjata nuklir.
"Bom besar kami mengenai tempat yang tepat di setiap target dan bekerja sempurna. Dampak bom itu terkubur di bawah tumpukan puing di Iran, jadi siapa pun yang mengatakan bom tidak menghancurkan hanya mencoba melemahkan Presiden dan misi yang berhasil," cetusnya.
Ahli senjata dan profesor di Middlebury Institute of International Studies yang meninjau citra satelit komersial dari lokasi serangan, Jeffrey Lewis, setuju dengan penilaian bahwa serangan tersebut tampaknya tidak mengakhiri program nuklir Iran.
"Gencatan senjata sudah terjadi tanpa Israel atau Amerika Serikat mampu menghancurkan beberapa fasilitas nuklir bawah tanah utama, termasuk di dekat Natanz, Isfahan, dan Parchin (kompleks nuklir terpisah di dekat Teheran)," kata Lewis.
"Fasilitas-fasilitas ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk penyusunan kembali program nuklir Iran secara cepat," tambahnya.
Memang ada pertanyaan apakah bom penghancur bunker AS, Massive Ordnance Penetrators, akan mampu menghancurkan sepenuhnya situs nuklir Iran yang dijaga ketat dan terkubur jauh di bawah tanah, khususnya di Fordow dan Isfahan, kompleks penelitian nuklir terbesar Iran.
AS menyerang Isfahan dengan rudal Tomahawk dari kapal selam, bukan bom penghancur bunker. Itu karena diduga bom itu kemungkinan takkan berhasil menembus Isfahan, yang terkubur lebih dalam dari Fordow. Pejabat AS yakin Iran juga punya fasilitas nuklir rahasia yang tidak diserang dan tetap beroperasi.
Simak Video "Video: Serangan AS Bukan Hal Baru Bagi Iran, Akan Dibalas"
(dil/apl)