Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional. Peringatan ini jadi momen refleksi penting, terutama bagi insan pendidikan. Banyak yang mencari referensi kata sambutan Hardiknas 2025 untuk dibacakan dalam berbagai acara resmi, termasuk upacara.
Hardiknas ditetapkan melalui Keppres RI No. 316 Tahun 1959. Tahun ini, tema peringatan adalah "Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua". Logo resminya menggambarkan kolaborasi peserta didik, pendidik, dan masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas.
Pada kesempatan ini, detikJateng akan membagikan sejumlah contoh kata sambutan Hardiknas 2025 yang disadur dari buku Belajar Pidato & MC tulisan Aep Syaiful Hamidin serta Bunga Rampai Pentingnya Pendidikan tulisan Ismanto Didipu. Mari kita simak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Sambutan Hardiknas 2025 #1
Yang terhormat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang beserta jajaran,
Yang terhormat para Kepala Sekolah se-Kabupaten Semarang,
Yang kami hormati seluruh dewan guru yang hadir,
Adik-adik siswa yang kami cintai dan banggakan,
Serta hadirin sekalian yang berbahagia,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul bersama dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2025. Tak lupa, selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan umat manusia sepanjang zaman.
Hadirin yang saya hormati,
Setiap tanggal 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk penghargaan atas jasa Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah tokoh visioner yang telah menanamkan nilai-nilai luhur dalam dunia pendidikan bangsa kita.
Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan bukan semata soal kecerdasan otak, tetapi juga soal membentuk kepribadian dan kemanusiaan. Filosofi "Tut Wuri Handayani", "Ing Madya Mangun Karsa", dan "Ing Ngarsa Sung Tulada" telah menjadi fondasi pendidikan nasional kita. Tak hanya itu, gagasan beliau tentang "Tri-Nga" yakni ngerti, ngrasa, dan nglakoni yang mengajarkan kita bahwa pendidikan sejati mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara utuh.
Di tengah tantangan zaman yang makin kompleks dan serba digital, semangat beliau tetap relevan. Kita tidak hanya dituntut mencetak siswa yang cerdas, tetapi juga yang peduli, kreatif, dan berdaya saing global. Pendidikan harus mampu membentuk generasi yang mandiri, produktif, dan memiliki integritas. Generasi yang siap menghadapi dinamika dunia, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai anak bangsa.
Melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional ini, marilah kita jadikan momentum untuk memperkuat komitmen dalam memajukan pendidikan Indonesia. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, adaptif, dan inspiratif. Mari kita jadikan pendidikan sebagai jalan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita, bagi Semarang, dan bagi Indonesia.
Demikian yang dapat saya sampaikan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025.
Terima kasih atas perhatian Bapak, Ibu, dan seluruh hadirin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kata Sambutan Hardiknas 2025 #2
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati,
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang beserta jajaran,
Para Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru hebat se-Kabupaten Semarang,
Serta adik-adik siswa, calon pemimpin masa depan yang kami banggakan,
Hari ini saya berdiri bukan hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai murid. Murid dari semangat Ki Hajar Dewantara, murid dari perubahan zaman, dan murid dari anak-anak yang setiap hari saya temui di ruang kelas.
Ketika kita bicara tentang cerita pendidikan, kita tidak hanya bicara soal kurikulum atau teknologi. Kita sedang bicara tentang masa depan sebuah bangsa. Dan masa depan itu, percaya atau tidak, sedang duduk di bangku-bangku sekolah kita saat ini, menatap dunia dengan rasa ingin tahu, sekaligus harapan.
Sejak dulu Ki Hajar Dewantara telah menanamkan akar pendidikan yang begitu dalam. Prinsip "tut wuri handayani" bukan sekadar slogan di dinding sekolah. Ia adalah cara hidup kita sebagai pendidik. Menjadi teladan, menjadi penggerak, menjadi penyemangat.
Namun, zaman telah berubah. Tantangannya bukan lagi sekadar buta huruf, tetapi buta arah. Bukan lagi sekadar soal membaca dan berhitung, tetapi bagaimana membangun karakter, berpikir kritis, dan tetap peduli pada sekitar. Di sinilah pendidikan diuji.
Hari ini kita tidak hanya memperingati Hari Pendidikan Nasional. Kita sedang melakukan refleksi besar. Apakah pendidikan kita sudah cukup memanusiakan manusia? Apakah sistem kita memberi ruang bagi setiap anak untuk tumbuh sesuai potensinya? Dan, apakah kita sebagai pendidik masih setia berjalan bersama anak-anak, atau justru tertinggal oleh semangat mereka?
Saya percaya, harapan itu masih ada. Selama guru dan siswa masih bisa saling belajar. Selama kita masih percaya bahwa pendidikan bukan milik segelintir orang, tetapi hak setiap anak bangsa.
Mari kita rayakan Hari Pendidikan Nasional 2025 ini dengan semangat baru. Bukan dengan seremoni, tetapi dengan aksi nyata di kelas masing-masing, di sekolah masing-masing, di hati masing-masing.
Saya tutup dengan satu kalimat:
Pendidikan bukan tentang siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling peduli.
Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam hangat dari ruang belajar, untuk Indonesia yang lebih bijak.
Kata Sambutan Hardiknas 2025 #3
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati,
Bapak/Ibu Kepala Dinas Pendidikan,
Para Kepala Sekolah, Dewan Guru, tenaga kependidikan,
Serta adik-adik siswa dan mahasiswa yang saya banggakan.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat dan kesempatan sehingga hari ini kita bisa bersama-sama memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2025 dalam suasana yang penuh semangat dan harapan.
Hadirin yang saya muliakan,
Tanggal 2 Mei bukan sekadar momen tahunan yang kita rayakan secara seremonial, melainkan waktu yang sangat tepat untuk melakukan refleksi mendalam. Apa sebenarnya makna pendidikan bagi kita, umat Islam, dan bangsa Indonesia? Sudahkah kita menempatkan pendidikan sebagai poros utama dalam kehidupan kita, sebagaimana yang diajarkan oleh agama dan para pendiri bangsa?
Dalam perspektif Islam, menuntut ilmu bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga jalan kemuliaan. Rasulullah SAW bersabda bahwa menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim, laki-laki maupun perempuan. Bahkan, Allah SWT menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu, sebagaimana dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Namun sungguh ironis, banyak negara dengan mayoritas penduduk muslim justru masih tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan. Kita harus jujur mengakui, bahwa semangat menuntut ilmu yang pernah mengantarkan umat Islam menjadi pelopor peradaban dunia, kini seperti memudar. Padahal, para ulama terdahulu menempuh perjalanan panjang, meninggalkan duniawi demi ilmu, dan mewariskan karya besar yang masih menjadi rujukan hingga hari ini.
Imam Syafi'i pun pernah mengingatkan:
"Barang siapa yang tidak pernah merasakan lelahnya mencari ilmu, akan menanggung kehinaan kebodohan sepanjang hidupnya."
Maka, tugas kita hari ini bukan hanya memperingati, tapi juga membangkitkan kembali semangat itu.
Hadirin yang saya hormati,
Pendidikan yang kita bangun hari ini harus berorientasi pada ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang mendekatkan kita pada Allah, menumbuhkan akhlak, dan memberi solusi bagi umat dan dunia. Ilmu yang bukan hanya menjadikan manusia pintar, tetapi juga bijak dan bertanggung jawab.
Melalui pendidikan, kita sedang menyiapkan generasi yang bukan hanya cerdas, tapi juga beriman, mandiri, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Kita ingin melahirkan ilmuwan, guru, pemimpin, dan profesional yang tahu arah hidupnya, bahwa semua ilmu sejatinya adalah untuk beribadah dan memperbaiki kehidupan, bukan sekadar mengejar status dan materi.
Maka mari kita jadikan Hari Pendidikan Nasional 2025 ini sebagai momentum untuk memperbaharui niat kita dalam belajar dan mengajar. Mari kita jadikan ilmu sebagai jembatan menuju ridha Allah dan kemajuan bangsa. Jadikan pendidikan bukan sekadar formalitas, tapi sarana utama untuk membangun manusia yang utuh: lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025.
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keikhlasan kepada kita semua dalam menjalankan amanah ilmu.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kata Sambutan Hardiknas 2025 #4
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.
Yang saya hormati,
Bapak/Ibu Kepala Dinas Pendidikan,
Para Kepala Sekolah, Dewan Guru, serta seluruh tamu undangan,
Dan yang saya banggakan, para pelajar dan tenaga kependidikan di seluruh Indonesia.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025. Sebuah hari yang bukan sekadar peringatan rutin, tapi momentum penting untuk merefleksikan ulang arah dan tujuan pendidikan di negeri ini.
Bapak/Ibu dan hadirin sekalian,
Pendidikan adalah cahaya. Seperti kata Allan Bloom, seorang filsuf asal Amerika, "Pendidikan adalah perjalanan dari kegelapan menuju cahaya." Namun cahaya itu takkan pernah bersinar tanpa kehadiran para guru yang terus belajar dan mengajar.
Guru adalah jantung dari pendidikan. Kualitas guru menentukan arah dan hasil pendidikan kita. Oleh karena itu, pada Hari Pendidikan Nasional ini, saya mengajak kita semua merenungkan kembali: Sudahkah kita memberi ruang dan dukungan cukup bagi guru untuk belajar, berkembang, dan terus meningkatkan kompetensinya?
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru wajib memiliki empat kompetensi utama: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Namun realita di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru kita yang perlu ditingkatkan kualitasnya secara menyeluruh, baik dari segi penguasaan materi, metode mengajar, hingga pemanfaatan teknologi dalam kelas.
Berbagai pelatihan, diklat, dan program pengembangan terus digencarkan oleh pemerintah. Kegiatan seperti ini harus terus digalakkan karena terbukti memberi dampak positif, baik secara keilmuan maupun dalam membangun jaringan dan semangat antar guru.
Namun satu hal yang tak kalah penting, semangat belajar guru tidak boleh hanya berhenti di pelatihan. Seorang guru yang berkualitas bukan hanya yang menguasai materi, tetapi yang terus menanamkan kehausan akan ilmu dan komitmen untuk membagikannya.
Guru yang belajar dengan sungguh-sungguh akan mengajar dengan sepenuh hati. Guru yang terus mengembangkan diri akan mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna. Guru seperti inilah yang akan menjadi agen perubahan, bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga di masyarakat.
Bapak/Ibu dan hadirin yang saya banggakan,
Pendidikan bukanlah kerja satu hari atau satu orang. Ini adalah kerja bersama, kerja lintas waktu, dan kerja yang memerlukan ketulusan. Maka dari itu, mari kita bangun budaya belajar berkelanjutan di kalangan guru. Mari jadikan guru sebagai pembelajar sejati, agar peserta didik tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter dan siap membangun negeri.
Akhir kata,
Di momen Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, marilah kita kobarkan semangat untuk memperkuat kualitas pendidikan Indonesia, yang dimulai dari meningkatkan kualitas guru. Karena guru yang hebat akan melahirkan generasi hebat, dan generasi hebatlah yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat.
Salam pendidikan!
Jayalah pendidikan Indonesia!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kata Sambutan Hardiknas 2025 #5
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.
Yang saya hormati,
Bapak/Ibu Pimpinan Lembaga Pendidikan,
Para guru dan tenaga kependidikan,
Serta anak-anak didik yang saya banggakan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, hari ini kita dapat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 dalam keadaan sehat dan penuh semangat. Hari ini bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi momen reflektif untuk kita semua untuk merenungkan kembali perjalanan pendidikan bangsa dan tantangan besar yang dihadapi para guru dalam melaksanakan tugas mulianya.
Hadirin yang saya hormati,
Persoalan pendidikan adalah persoalan zaman. Pendidikan tidak boleh stagnan. Ia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus berjalan di tengah masyarakat. Dunia berubah cepat, teknologi melesat jauh, dan karakter generasi terus berkembang. Jika pendidikan tidak fleksibel dan adaptif, maka ia akan tertinggal dan kehilangan daya sentuhnya terhadap peserta didik.
Di sinilah letak pentingnya peran guru sebagai garda terdepan pelaksana pendidikan. Tantangan guru hari ini berbeda dengan tantangan di masa lalu. Dulu, persoalan utama adalah keterbatasan sarana dan akses pendidikan. Namun kini, tantangan itu telah bertransformasi menjadi persoalan karakter peserta didik, derasnya arus informasi, serta dominasi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Guru masa kini harus menghadapi generasi yang lahir dalam kelimpahan teknologi. Para peserta didik kita bukan hanya melek teknologi, tapi juga menjadikannya bagian dari keseharian mereka. Tantangan terbesar guru bukan hanya menguasai materi pelajaran, melainkan juga membentuk karakter, membina etika, dan menanamkan moralitas yang kuat pada siswa di tengah krisis nilai yang melanda.
Seperti yang dikatakan Buya Hamka, "Persoalan bangsa kita bukan lagi tentang nuklir, tapi tentang degradasi moral anak bangsa." Oleh karena itu, tugas utama guru hari ini adalah membentuk watak, bukan sekadar mengisi otak. Merubah potensi menjadi kompetensi, menumbuhkan kecerdasan intelektual, emosional, moral, bahkan spiritual anak didik.
Para hadirin yang saya muliakan,
Di era globalisasi ini, guru juga dihadapkan dengan kata kunci seperti kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Ini berarti guru harus terus meningkatkan profesionalismenya. Guru harus menjadi pembelajar sejati yang tak henti memperbarui diri, memperkaya wawasan, dan mengasah metode. Pembelajaran berbasis teknologi bukan lagi opsi, melainkan keharusan.
Namun di balik itu semua, ada hal yang lebih penting dari sekadar penguasaan teknologi: keteladanan. Karena ilmu yang disampaikan hanya akan benar-benar bermakna jika datang dari pribadi yang bisa dijadikan contoh.
Maka pada momentum Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, saya ingin mengajak kita semua, para pemangku kepentingan pendidikan, untuk kembali menempatkan guru pada posisi yang layak: sebagai agen perubahan, pembentuk peradaban, dan pengawal masa depan bangsa.
Mari kita dukung para guru, bukan hanya dengan pelatihan dan fasilitas, tetapi juga dengan penghormatan dan kepercayaan. Karena di tangan guru yang berintegritas dan berjiwa besar, akan lahir generasi yang tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga kuat akhlaknya.
Akhirnya,
Mari kita jadikan peringatan Hari Pendidikan Nasional ini sebagai titik tolak perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang adaptif terhadap zaman, namun tetap kokoh dalam nilai dan karakter. Pendidikan yang memberdayakan guru, karena hanya dengan guru yang berdaya, bangsa ini akan berjaya.
Salam pendidikan!
Jayalah pendidikan Indonesia, mulialah para pendidik bangsa!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikianlah tadi sejumlah contoh kata sambutan Hari Pendidikan Nasional 2025 yang dapat menjadi inspirasi. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)