Teks Passio Jumat Agung Menurut Yohanes, Kisah Sengsara Yesus Kristus

Teks Passio Jumat Agung Menurut Yohanes, Kisah Sengsara Yesus Kristus

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 17 Apr 2025 19:00 WIB
ilustrasi gereja Katolik
Ilustrasi Jumat Agung. (Foto: Unsplash/Mateus Campos Felipe)
Solo -

Tradisi pembacaan atau pelantunan teks passio Jumat Agung merupakan bagian dari peringatan akan sengsara Kristus. Selain saat Jumat Agung, teks passio juga dibacakan dalam liturgi Minggu Palma.

Dikutip dari buku Warna-Warni Wajah Gereja tulisan RF Bhanu Viktorahadi Pr, istilah passio berasal dari bahasa Latin yang berarti 'sengsara'. Kata ini diambil dari kalimat awal dalam nyanyian liturgis 'Passio Domini Nostri Iesu Christi', yang artinya 'Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus'.

Seperti apakah teks Passio Jumat Agung? Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, detikers!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teks Passio Jumat Agung Menurut Yohanes

Dikutip dari Media Inspirasi & Pewartaan St Thomas Rasul yang berada di bawah naungan Paroki Bojong Indah, kisah sengsara Yesus atau Passio terdapat di dalam Injil Yohanes 18:28-19:16a. Berikut ini teks passio Jumat Agung menurut Yohanes selengkapnya.

Mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. Maka Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata:

ADVERTISEMENT

"Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"

Jawab mereka kepadanya:
"Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"

Kata Pilatus kepada mereka:
"Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu."

Kata orang-orang Yahudi itu:
"Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."

Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya:
"Engkau inikah raja orang Yahudi?"

Jawab Yesus:
"Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"

Kata Pilatus:
"Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"

Jawab Yesus:
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Jadi Engkau adalah raja?"

Jawab Yesus:
"Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

Kata Pilatus kepada-Nya:
"Apakah kebenaran itu?"

Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka:
"Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?"

Mereka berteriak pula:
"Jangan Dia, melainkan Barabas!"
Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata:
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Lalu mereka menampar muka-Nya.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka:
"Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka:
"Lihatlah manusia itu!"

Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka:
"Salibkan Dia! Salibkan Dia!"

Kata Pilatus kepada mereka:
"Ambil Dia dan salibkan Dia, sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."

Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya:
"Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, bertambah takutlah ia. Lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus:
"Dari manakah asal-Mu?"

Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.

Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"

Yesus menjawab:
"Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia yang menyerahkan Aku kepadamu lebih besar dosanya."

Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak:
"Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani: Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.

Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu:
"Inilah rajamu!"

Maka berteriaklah mereka:
"Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"

Kata Pilatus kepada mereka:
"Haruskah aku menyalibkan rajamu?"

Jawab imam-imam kepala:
"Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"

Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.

Sejarah Perkembangan Passio

Kembali dikutip dari buku Warna-Warni Wajah Gereja tulisan RF Bhanu Viktorahadi Pr, awalnya passio dibawakan dalam bentuk nyanyian resitatif yang sangat sederhana. Teksnya tidak lengkap dicatat dengan notasi musik, dan dinyanyikan dengan satu nada utama per kalimat, sesuai aturan yang baku. Dalam pelaksanaannya, peran narator (pembawa kisah) dinyanyikan oleh seorang diakon, kata-kata Yesus oleh imam, dan bagian-bagian dari rakyat atau tokoh lain seperti Pilatus dan imam-imam kepala dibawakan oleh subdiakon.

Meskipun sederhana, pada awal dan akhir kalimat sering digunakan pola nada tertentu yang khas untuk tiap tokoh. Misalnya, bagian narator diakhiri dengan nada la, do, sol, la, fa; bagian Yudas dengan do, re, mi, fa; sedangkan bagian Petrus dengan fa, mi, re, do.

Memasuki abad ke-10, passio mulai dipentaskan secara dramatis. Para penyanyi mengenakan kostum khusus dan adegan-adegan dalam kisah sengsara mulai diperankan, membuat passio tampak lebih hidup dan menyentuh.

Perkembangan berlanjut hingga akhir abad ke-15, ketika muncul bentuk Passio Motet, yakni kisah sengsara yang digubah dalam bentuk musik polifoni (empat suara: Sopran, Alto, Tenor, Bas). Komponis seperti Orlando di Lasso mulai menggubah passio dengan musik paduan suara, terutama pada bagian turbae atau koor rakyat. Heinrich SchΓΌtz kemudian mengembangkan gaya ini lebih lanjut, menyisipkan lagu pembuka dan penutup dalam bentuk motet dan memperluas penggunaan polifoni, bahkan pada bagian narator.

Pada masa berikutnya, muncul bentuk musik baru seperti opera dan oratorium. Komponis seperti Claudio Monteverdi dan Giacomo Carissimi membawa gaya ini dari Italia ke seluruh Eropa.

Dalam bentuk passio-oratorium, kisah sengsara tidak lagi dinyanyikan secara harfiah, tetapi diceritakan kembali secara bebas, diperkaya dengan aria, lagu koor, dan musik orkestra. Tokoh besar dalam tradisi ini adalah Johann Sebastian Bach yang menggubah MatthΓ€us-Passion (1727) untuk perayaan Jumat Agung di gereja Thomaskirche, Leipzig.

Semua perkembangan ini menunjukkan adanya upaya untuk menghayati sengsara Kristus secara lebih dalam dan menyentuh hati. Namun, penting diingat bahwa apapun bentuk atau gaya penyajiannya, tujuan utama dari passio tetap harus dijaga, yaitu mengarahkan umat pada permenungan yang sungguh terhadap kasih dan pengorbanan Yesus.

Maka, antara penyajian yang terlalu dramatis atau terlalu seadanya, dibutuhkan kebijaksanaan agar makna sebenarnya tidak hilang. Inilah yang disebut intentio recta passio, niat lurus untuk merenungkan sengsara Kristus secara benar dan menyeluruh.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai teks Passio Jumat Agung menurut Yohanes. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads