Selama perayaan Idul Fitri yang berlangsung setiap tahunnya, kaum muslim sangat dianjurkan untuk menunaikan ibadah sholat Idul Fitri, baik secara berjamaah maupun sendiri. Lantas, bagaimana bacaan niat dan tata cara sholat Idul Fitri sendiri di rumah?
Terkait dengan anjuran mengerjakan sholat di hari raya, terdapat sebuah riwayat hadits yang menerangkannya. Seperti dikutip dari buku 'Panduan Shalat Praktis & Lengkap' oleh Ust Syaifurrahman El-Fati, bahwa sholat hari raya, baik Idul Fitri atau Idul Adha, hukumnya adalah sunnah muakkad atau sangat dianjurkan. Pada pelaksanaan sholat Idul Fitri dapat dilakukan pada tanggal 1 Syawal.
Adapun tempat melaksanakannya bisa dilakukan di masjid atau lapangan, tepatnya sebelum khutbah disampaikan oleh imam. Melalui sebuah riwayat dari Ibnu Umar r.a. disampaikan bahwa:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ يُصَلُّونَ العِيدَيْنِ قَبْلَ الْخَطْبَةِ
"Kaana rasulullaahi shallal laahu 'alaihi wasallama wa abuu bakrin wa 'umaru yushalluunal 'iidaini qablal khuth-bah."
"Adalah Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar, mereka sholat dua hari raya sebelum diadakan khutbah," (HR. Jamaah).
Mengingat sholat Idul Fitri adalah sebuah ibadah yang sangat dianjurkan, hendaknya kaum muslim untuk mengerjakannya apabila mampu. Namun, bagaimana jadinya apabila sholat Idul Fitri dilakukan secara sendirian atau munfarid? Artikel ini akan menjelaskan hukumnya lengkap dengan bacaan niat dan tata caranya secara lengkap.
Hukum Sholat Idul Fitri Sendiri di Rumah
Terkait dengan hukum pengerjaan sholat Idul Fitri sendiri atau munfarid di rumah, terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama. Salah satu pendapat diungkap dalam buku 'Kitab Fikih Sehari-hari: 365 Pertanyaan Seputar Fikih untuk Semua Permasalahan dalam Keseharian' karya AR Shohibul Ulum, bahwa sholat hari raya atau sholat Id hukumnya sunnah muakkad atau sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah.
Hal tersebut didasarkan salah satunya pada pandangan Imam Syafi'i dalam kitabnya Al-Umm bahwa:
"Sholat sunnah terbagi dua, yakni yang dilaksanakan berjamaah dan yang sendiri-sendiri. Adapun sholat sunnah yang sangat dianjurkan berjamaah tidak diperkenankan untuk meninggalkannya bagi yang mampu melaksanakannya, yaitu sholat dua hari raya, gerhana matahari dan bulan, serta sholat istisqa."
Kemudian di dalam riwayat lainnya dijelaskan bahwa sholat dua hari raya boleh dikerjakan secara berjamaah atau sendiri-sendiri. Diriwayatkan dari Abu Hasan Ali al-Baghdadi dalam kitab al-Iqna' fil Fiqh asy-Syafi'i bahwa:
"Dan hendaklah melaksanakan sholat dua hari raya dalam keadaan hadir maupun bepergian, baik dengan berjamaah maupun sendiri-sendiri."
Selanjutnya, Ibnu Muslih Djuremi dalam bukunya 'Belajar Shalat Kepada Nabi Muhammad' memberikan informasi bahwa sholat hari raya, baik Idul Fitri atau Idul Adha, boleh dilakukan secara berjamaah atau dikerjakan sendiri. Namun demikian, berjamaah lebih utama dibandingkan sendirian atau munfarid. Bagi seseorang yang mengerjakan sholat hari raya sendirian, maka tidak perlu adanya khutbah.
Merujuk dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tidak ada larangan untuk mengerjakan sholat Idul Fitri sendirian atau munfarid. Akan tetapi, mengingat menunaikan sholat Idul Fitri berjamaah lebih diutamakan, maka tidak ada salahnya kaum muslim untuk mengerjakannya apabila tidak ada halangan tertentu. Wallahu a'lam.
Niat Sholat Idul Fitri Sendiri di Rumah
Lantas, bagaimana bacaan niat sholat Idul Fitri sendiri di rumah? Berbeda dengan pengerjaan secara berjamaah, terdapat bacaan niat tersendiri yang perlu dipahami oleh kaum muslim. Dikutip dari laman NU, berikut bacaan niat sholat Idul Fitri sendirian atau munfarid:
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
"Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an lillāhi ta'ālā."
Artinya: "Saya niat shalat Idul Fitri dua rakaat menghadap kiblat, tunai karena Allah Ta'ala."
Tata Cara Sholat Idul Fitri Sendiri di Rumah
Berbeda dengan sholat sunnah lainnya, ada tata cara tersendiri dalam pengerjaan sholat Idul Fitri. Perbedaan yang mendasar adalah jumlah takbir pada rakaat pertama sebanyak 7 kali dan rakaat kedua dilakukan 5 kali, lalu ada juga bacaan khusus yang bisa diamalkan di sela-sela takbir tersebut.
Namun demikian, keseluruhan bacaan sholat atau gerakannya serupa dengan sholat sunnah atau fardhu yang selama ini dikerjakan oleh kaum muslim. Masih merujuk dari sumber yang sama, berikut tata cara sholat Idul Fitri sendirian di rumah:
- Membaca niat sholat Idul Fitri dua rakaat
- Takbiratul ihram
- Membaca doa iftitah
- Takbir sebanyak tujuh kali
- Disela-sela takbir membaca salah satu dari dua bacaan berikut:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allahu akbar kabira, wal hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila.
"Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang."
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar.
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."
- Melantunkan Surat Al-Fatihah
- Melantunkan surat pendek maupun ayat-ayat Al-Quran
- Rukuk dengan melafalkan bacaan rukuk
- I'tidal dengan melafalkan bacaan doa i'tidal
- Sujud pertama dengan melafalkan bacaan doa sujud
- Duduk di antara dua sujud dengan melafalkan bacaan doa duduk di antara dua sujud
- Sujud kedua dengan melafalkan bacaan doa sujud
- Duduk istirahat sejenak sebelum bangun untuk rakaat kedua
- Bangun untuk rakaat kedua
- Takbir sebanyak lima kali
- Disela-sela takbir membaca salah satu dari dua bacaan doa yang tadi sudah disampai
- Kembali melantunkan Surat Al-Fatihah
- Kembali melantunkan surat pendek maupun ayat-ayat Al-Quran
- Kembali rukuk dengan melafalkan bacaan rukuk
- Kembali i'tidal dengan melafalkan bacaan doa i'tidal
- Kembali sujud pertama dengan melafalkan bacaan doa sujud
- Kembali duduk di antara dua sujud dengan melafalkan bacaan doa duduk di antara dua sujud
- Kembali sujud kedua dengan melafalkan bacaan doa sujud
- Duduk tahiyat akhir dengan membaca doa tahiyat akhir
- Salam
Bacaan Surat Sholat Idul Fitri yang Disunnahkan
Selanjutnya, ada bacaan surat di dalam Al-Quran yang lebih utama untuk diamalkan selama menunaikan sholat Idul Fitri. Dikutip dari buku 'Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq' karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dan 'Risalah Shalat Sah Muslimah' oleh Irma Mutiara Sholiha, SPdI dan A Muzani, SAg, bahwa terdapat dua bacaan surat di dalam Al-Quran yang lebih utama untuk dibaca pada rakaat pertama dan rakaat kedua sholat Idul Fitri.
Adapun bacaan yang dimaksud adalah Surat Qaf untuk rakaat pertama dan Surat Al-Ghasiyah di rakaat kedua. Meskipun begitu, tidak ada larangan untuk mengamalkan surat yang lain, sehingga kaum muslim dapat menyesuaikannya dengan kemampuan hafalan masing-masing. Sebagai panduan dalam mengamalkannya, berikut bunyi Surat Qaf dan Surat Al-Ghasiyah secara lengkap.
قۤۗ وَالْقُرْاٰنِ الْمَجِيْدِۖ ١ بَلْ عَجِبُوْٓا اَنْ جَاۤءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ فَقَالَ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا شَيْءٌ عَجِيْبٌۚ ٢ قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْاَرْضُ مِنْهُمْۚ وَعِنْدَنَا كِتٰبٌ حَفِيْظٌ ٤ بَلْ كَذَّبُوْا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهُمْ فَهُمْ فِيْٓ اَمْرٍ مَّرِيْجٍ ٥ اَفَلَمْ يَنْظُرُوْٓا اِلَى السَّمَاۤءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنٰهَا وَزَيَّنّٰهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوْجٍ ٦ وَالْاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ ۢ بَهِيْجٍۙ ٧ تَبْصِرَةً وَّذِكْرٰى لِكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيْبٍ ٨ وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً مُّبٰرَكًا فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ جَنّٰتٍ وَّحَبَّ الْحَصِيْدِۙ ٩ وَالنَّخْلَ بٰسِقٰتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيْدٌۙ ١٠ رِّزْقًا لِّلْعِبَادِۙ وَاَحْيَيْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًاۗ كَذٰلِكَ الْخُرُوْجُ ١١ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّاَصْحٰبُ الرَّسِّ وَثَمُوْدُ ١٢ وَعَادٌ وَّفِرْعَوْنُ وَاِخْوَانُ لُوْطٍۙ ١٣ وَّاَصْحٰبُ الْاَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍۗ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيْدِ ١٤ اَفَعَيِيْنَا بِالْخَلْقِ الْاَوَّلِۗ بَلْ هُمْ فِيْ لَبْسٍ مِّنْ خَلْقٍ جَدِيْدٍࣖ ١٥ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗۖ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ١٦ اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ ١٧ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨ وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّۗ ذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ ١٩ وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِۗ ذٰلِكَ يَوْمُ الْوَعِيْدِ ٢٠ وَجَاۤءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَاۤىِٕقٌ وَّشَهِيْدٌ ٢١ لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ ٢٢ وَقَالَ قَرِيْنُهٗ هٰذَا مَا لَدَيَّ عَتِيْدٌۗ ٢٣ اَلْقِيَا فِيْ جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيْدٍ ٢٤ مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُّرِيْبٍۙ ٢٥ ࣙالَّذِيْ جَعَلَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ فَاَلْقِيٰهُ فِى الْعَذَابِ الشَّدِيْدِ ٢٦ ۞ قَالَ قَرِيْنُهٗ رَبَّنَا مَآ اَطْغَيْتُهٗ وَلٰكِنْ كَانَ فِيْ ضَلٰلٍ ۢ بَعِيْدٍ ٢٧ قَالَ لَا تَخْتَصِمُوْا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ اِلَيْكُمْ بِالْوَعِيْدِ ٢٨ مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَآ اَنَا۠ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِࣖ ٢٩ يَوْمَ نَقُوْلُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَـْٔتِ وَتَقُوْلُ هَلْ مِنْ مَّزِيْدٍ ٣٠ وَاُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِيْنَ غَيْرَ بَعِيْدٍ ٣١ هٰذَا مَا تُوْعَدُوْنَ لِكُلِّ اَوَّابٍ حَفِيْظٍۚ ٣٢ مَنْ خَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاۤءَ بِقَلْبٍ مُّنِيْبٍۙ ٣٣ ࣙادْخُلُوْهَا بِسَلٰمٍۗ ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُوْدِ ٣٤
لَهُمْ مَّا يَشَاۤءُوْنَ فِيْهَا وَلَدَيْنَا مَزِيْدٌ ٣٥ وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَادِۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ ٣٦ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ ٣٧ وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍۖ وَّمَا مَسَّنَا مِنْ لُّغُوْبٍ ٣٨ فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوْبِ ٣٩ وَمِنَ الَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَاَدْبَارَ السُّجُوْدِ ٤٠ وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَّكَانٍ قَرِيْبٍ ٤١ يَوْمَ يَسْمَعُوْنَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّۗ ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُرُوْجِ ٤٢ اِنَّا نَحْنُ نُحْيٖ وَنُمِيْتُ وَاِلَيْنَا الْمَصِيْرُۙ ٤٣ يَوْمَ تَشَقَّقُ الْاَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًاۗ ذٰلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيْرٌ ٤٤ نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَقُوْلُوْنَ وَمَآ اَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍۗ فَذَكِّرْ بِالْقُرْاٰنِ مَنْ يَّخَافُ وَعِيْدِࣖ ٤٥
Qâf, wal-qur'ânil-majîd. Bal 'ajibû an jâ'ahum mundzirum min-hum fa qâlal-kâfirûna hâdzâ syai'un 'ajîb. A idzâ mitnâ wa kunnâ turâbâ, dzâlika raj'um ba'îd. Qad 'alimnâ mâ tangqushul-ardlu min-hum, wa 'indanâ kitâbun ḫafîdh. Bal kadzdzabû bil-ḫaqqi lammâ jâ'ahum fa hum fî amrim marîj. A fa lam yandhurû ilas-samâ'i fauqahum kaifa banainâhâ wa zayyannâhâ wa mâ lahâ min furûj. Wal-ardla madadnâhâ wa alqainâ fîhâ rawâsiya wa ambatnâ fîhâ ming kulli zaujim bahîj. Tabshirataw wa dzikrâ likulli 'abdim munîb. Wa nazzalnâ minas-samâ'i mâ'am mubârakan fa ambatnâ bihî jannâtiw wa ḫabbal-ḫashîd. Wan-nakhla bâsiqâtil lahâ thal'un nadlîd. Rizqal lil-'ibâdi wa aḫyainâ bihî baldatam maitâ, kadzâlikal-khurûj. Kadzdzabat qablahum qaumu nûḫiw wa ash-ḫâbur-rassi wa tsamûd. Wa 'âduw wa fir'aunu wa ikhwânu lûth. Wa ash-ḫâbul-aikati wa qaumu tubba', kullung kadzdzabar-rusula fa ḫaqqa wa'îd. Afa 'ayînâ bil-khalqil-awwal, bal hum fî labsim min khalqin jadîd. Wa laqad khalaqnal-insâna wa na'lamu mâ tuwaswisu bihî nafsuh, wa naḫnu aqrabu ilaihi min ḫablil-warîd. Idz yatalaqqal-mutalaqqiyâni 'anil-yamîni wa 'anisy-syimâli qa'îd. Mâ yalfidhu ming qaulin illâ ladaihi raqîbun 'atîd. Wa jâ'at sakratul-mauti bil-ḫaqq, dzâlika mâ kunta min-hu taḫîd. Wa nufikha fish-shûr, dzâlika yaumul-wa'îd. Wa jâ'at kullu nafsim ma'ahâ sâ'iquw wa syahîd. Laqad kunta fî ghaflatim min hâdzâ fa kasyafnâ 'angka ghithâ'aka fa basharukal-yauma ḫadîd. Wa qâla qarînuhû hâdzâ mâ ladayya 'atîd. Alqiyâ fî jahannama kulla kaffârin 'anîd. Mannâ'il lil-khairi mu'tadim murîb. Alladzî ja'ala ma'allâhi ilâhan âkhara fa alqiyâhu fil-'adzâbisy-syadîd. Qâla qarînuhû rabbanâ mâ athghaituhû wa lâking kâna fî dlalâlim ba'îd. Qâla lâ takhtashimû ladayya wa qad qaddamtu ilaikum bil-wa'îd. Mâ yubaddalul-qaulu ladayya wa mâ ana bidhallâmil lil-'abîd. Yauma naqûlu lijahannama halimtala'ti wa taqûlu hal mim mazîd. Wa uzlifatil-jannatu lil-muttaqîna ghaira ba'îd. Hâdzâ mâ tû'adûna likulli awwâbin ḫafîdh. Man khasyiyar-raḫmâna bil-ghaibi wa jâ'a biqalbim munîb. Udkhulûhâ bisalâm, dzâlika yaumul-khulûd. Lahum mâ yasyâ'ûna fîhâ wa ladainâ mazîd. Wa kam ahlaknâ qablahum ming qarnin hum asyaddu min-hum bathsyan fa naqqabû fil-bilâd, hal mim maḫîsh. Inna fî dzâlika ladzikrâ limang kâna lahû qalbun au alqas-sam'a wa huwa syahîd. Wa laqad khalaqnas-samâwâti wal-ardla wa mâ bainahumâ fî sittati ayyâmiw wa mâ massanâ mil lughûb. Fashbir 'alâ mâ yaqûlûna wa sabbiḫ biḫamdi rabbika qabla thulû'isy-syamsi wa qablal-ghurûb. Wa minal-laili fa sabbiḫ-hu wa adbâras-sujûd. Wastami' yauma yunâdil-munâdi mim makâning qarîb. Yauma yasma'ûnash-shaiḫata bil-ḫaqq, dzâlika yaumul-khurûj. Innâ naḫnu nuḫyî wa numîtu wa ilainal-mashîr. Yauma tasyaqqaqul-ardlu 'an-hum sirâ'â, dzâlika ḫasyrun 'alainâ yasîr. Naḫnu a'lamu bimâ yaqûlûna wa mâ anta 'alaihim bijabbâr, fadzakkir bil-qur'âni may yakhâfu wa'îd.
Artinya: "Qāf. Demi Al-Qur'an yang mulia. (Mereka menolaknya,) bahkan mereka heran karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri. Berkatalah orang-orang kafir, 'Ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan. Apakah setelah kami mati dan sudah menjadi tanah (akan dikembalikan)? Itu adalah pengembalian yang sangat jauh.' Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang dimakan bumi dari (tubuh) mereka karena pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. Bahkan, mereka mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya. Maka, mereka berada dalam keadaan kacau balau. Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya tanpa ada retak-retak padanya sedikit pun? (Demikian pula) bumi yang Kami hamparkan serta Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan di atasnya berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah untuk menjadi pelajaran dan pengingat bagi setiap hamba yang kembali (tunduk kepada Allah). Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen. Begitu pula pohon-pohon kurma yang tinggi yang mayangnya bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba (Kami). Kami hidupkan pula dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur). Sebelum mereka, kaum Nuh, penduduk Rass, dan (kaum) Samud telah mendustakan (rasul-rasul). (Demikian juga kaum) 'Ad, Fir'aun, kaum Lut, penduduk Aikah, dan kaum Tubba'. Semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka berlakulah ancaman-Ku (atas mereka). Apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? (Sama sekali tidak,) bahkan mereka dalam keadaan ragu tentang penciptaan yang baru. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Seketika itu) datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak engkau hindari. Ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan. Lalu, setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan saksi. Sungguh, kamu dahulu benar-benar lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan penutup matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. (Malaikat) yang menyertainya berkata, 'Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku.' (Allah berfirman,) 'Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam (neraka) Jahanam semua orang yang sangat ingkar, keras kepala, sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas, bersikap ragu-ragu, (dan) yang mempersekutukan Allah dengan tuhan lain. Maka, lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.' (Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh.' (Allah) berfirman, 'Janganlah bertengkar di hadapan-Ku dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu. Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku (sama sekali) tidak menzalimi hamba-hamba-Ku.' (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami bertanya kepada (neraka) Jahanam, 'Apakah kamu sudah penuh?' Ia menjawab, 'Adakah tambahan lagi?' Adapun surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Dikatakan kepada mereka,) 'Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang bertobat lagi patuh. (Dialah) orang yang takut kepada Zat Yang Maha Pengasih (sekalipun) dia tidak melihat-Nya dan dia datang (menghadap Allah) dengan hati yang bertobat. Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi.' Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki dan pada Kami masih ada lagi tambahan (nikmat). Betapa banyak umat sebelumnya (kaum kafir Quraisy) yang telah Kami binasakan! Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada (kaum kafir Quraisy) itu, sehingga mampu menjelajah (dan mengamati) beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (bagi mereka dari kebinasaan)? Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan. Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa dan Kami tidak merasa letih sedikit pun. Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah seraya bertahmid (memuji) Tuhanmu sebelum terbit dan terbenamnya matahari. Bertasbihlah pula kepada-Nya pada sebagian malam hari dan setiap selesai salat. Dengarkanlah (seruan) pada hari (ketika malaikat) penyeru memanggil dari tempat yang dekat! Pada hari itulah mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenar-benarnya. Itulah hari (ketika manusia) keluar (dari kubur). Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan kepada Kamilah kembalinya (seluruh makhluk). Pada hari itu bumi terbelah dengan mengeluarkan mereka, (kemudian mereka) bergegas (menuju Padang Mahsyar). Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami. Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan dan engkau (Nabi Muhammad) bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka, berilah peringatan dengan Al-Qur'an kepada siapa pun yang takut pada ancaman-Ku," (QS. Qaf: 1-45).
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ ١ وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌۙ ٢ عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌۙ ٣ تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةًۙ ٤ تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍۗ ٥ لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ ٦ لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ ٧ وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌۙ ٨ لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌۙ ٩ فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ ١٠ لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةًۗ ١١
فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌۘ ١٢ فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌۙ ١٣ وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌۙ ١٤ وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌۙ ١٥ وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌۗ ١٦ اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ١٧ وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ ١٨ وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ ١٩ وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ ٢٠ فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ٢١
لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ٢٢ اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ ٢٣ فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ ٢٤ اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ ٢٥ ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْࣖ ٢٦
Hal atâka ḫadîtsul-ghâsyiyah. Wujûhuy yauma'idzin khâsyi'ah. 'Amilatun nâshibah. Tashlâ nâran ḫâmiyah. Tusqâ min 'ainin âniyah. Laisa lahum tha'âmun illâ min dlarî'. Lâ yusminu wa lâ yughnî min jû'. Wujûhuy yauma'idzin nâ'imah. Lisa'yihâ râdliyah. Fî jannatin 'âliyah. Lâ tasma'u fîhâ lâghiyah. Fîhâ 'ainun jâriyah. Fîhâ sururum marfû'ah. Wa akwâbum maudlû'ah. Wa namâriqu mashfûfah. Wa zarâbiyyu mabtsûtsah. A fa lâ yandhurûna ilal-ibili kaifa khuliqat. Wa ilas-samâ'i kaifa rufi'at. Wa ilal-jibâli kaifa nushibat. Wa ilal-ardli kaifa suthiḫat. Fa dzakkir, innamâ anta mudzakkir. Wasta 'alaihim bimushaithir. Illâ man tawallâ wa kafar. Fa yu'adzdzibuhullâhul-'adzâbal-akbar. Inna ilainâ iyâbahum. Tsumma inna 'alainâ ḫisâbahum.
Artinya: "Sudahkah sampai kepadamu berita tentang al-Gāsyiyah (hari Kiamat yang menutupi kesadaran manusia dengan kedahsyatannya)? Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina (karena) berusaha keras (menghindari azab neraka) lagi kepayahan (karena dibelenggu). Mereka memasuki api (neraka) yang sangat panas. (Mereka) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa puas karena usahanya. (Mereka) dalam surga yang tinggi. Di sana kamu tidak mendengar (perkataan) yang tidak berguna. Di sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada (pula) dipan-dipan yang ditinggikan, gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar. Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Bagaimana langit ditinggikan? Bagaimana gunung-gunung ditegakkan? Bagaimana pula bumi dihamparkan? Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Akan tetapi, orang yang berpaling dan kufur, Allah akan mengazabnya dengan azab yang paling besar. Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali. Kemudian, sesungguhnya Kamilah yang berhak melakukan hisab (perhitungan) atas mereka," (QS. Al-Ghasyiyah: 1-26).
Itulah tadi rangkuman bacaan niat dan tata cara sholat Idul Fitri lengkap dengan hukum mengerjakannya dan bacaan surat yang disunnahkan. Semoga membantu.
(par/par)