25 Puisi tentang Guru Tercinta Singkat, Panjang, dan Terbaik untuk HGN 2024

25 Puisi tentang Guru Tercinta Singkat, Panjang, dan Terbaik untuk HGN 2024

Anindya Milagsita - detikJateng
Minggu, 24 Nov 2024 11:24 WIB
Ilustrasi puisi
Ilustrasi puisi tentang guru. Foto: Getty Images/iStockphoto/mizar_21984
Solo -

Menyambut datangnya Hari Guru Nasional (HGN) pada 25 November 2024, terdapat kumpulan puisi tema guru yang dapat dibaca untuk memaknai jasa para guru dalam memberi ilmu. Berikut akan dipaparkan 25 puisi untuk guru yang cocok dibaca pada HGN 2024.

Mengacu dari Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, HGN 2024 mengusung tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat". Ditetapkannya tema tersebut diharapkan dapat memberikan dukungan dan apresiasi kepada para guru hebat yang ada di Indonesia.

Biasanya Hari Guru Nasional atau HGN akan diisi dengan penyelenggaraan upacara bendera. Namun demikian, pada Hari Guru Nasional 25 November juga dapat dimaknai dengan membaca puisi-puisi bertemakan guru. Oleh sebab itu, melalui artikel ini akan dipaparkan kumpulan puisi untuk guru yang penuh kata-kata menyentuh untuk dibaca oleh detikers. Mari temukan pilihannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

25 Puisi tentang Guru Tercinta untuk HGN 2024

Tidak hanya puisi bertema guru berbahasa Indonesia, beberapa puisi yang akan dipaparkan di bawah ini juga ditulis dalam bahasa Jawa. Dirangkum dari buku 'Guru Sejati' karya Dr Suwardi Endraswara, M Hum, 'Geguritan Kagem Guru Bangsa' oleh Agus Ilmi Samudin, dkk., 'Guruku Kasih Tak Berbalas' oleh Auliya Dwi Febrianti, dkk., dan 'Selamat Hari Guru' karya Vania Kharizma Satriawan, dkk., berikut rangkuman 25 puisi tentang guru yang bisa dibaca pada HGN 2024 maupun momentum lainnya.

Puisi tentang Guru #1: Guruku yang Hebat

Guru
Sosok insan yang begitu mulia
Ia rela menghabiskan waktunya
Demi anak bangsa, tak mengenal lelah
Hanya semangat, asa dan doa yang keluar dari bibirnya
Demi mencerdaskan anak dan bangsa

ADVERTISEMENT

Oh.. guruku
Engkau membimbingku di jalan yang lurus
Engkau selalu sayang kepadaku
Meski aku membuatmu marah
Engkau memilihku membuatku sukses hingga
Guruku terima kasih
Atas semua pengorbananmu untukku
Maafkan salahku jika kau pernah terluka
Dengan kata-kataku, kau tak kan pernah
Terlupakan dalam hidupku

(Auliya Dwi Febrianti)

Puisi tentang Guru #2: Guru adalah Puisi

Guru adalah puisi
yang menabur fonem di taman edukasi pada muridnya
dan membiarkan mereka merangkainya jadi kata
Guru adalah puisi
yang menabur diksi di ruang-ruang literasi
dan membiarkan mereka bermain makna dari kamus, ensiklopedi
sampai mereka menemukan arti jati diri.

Guru adalah puisi
yang tak bisa diganti dengan genre teknologi
Karena dalam hidup ada cipta
maka bebaskan mereka melukiskan mimpinya.
Karena dalam hidup ada rasa
maka etikabilitas mesti dibangun setinggi Burj Khalifa.
Karena dalam hidup ada karsa
maka biarkan kehendak mereka mengangkasa merajut kodrat diri
tanpa anomali.

Guru adalah puisi
yang bisa melukis gerimis di sela pancaroba.
Melembabkan tanah, menabur benih
merebakkan tunas ke taman-taman kota.

Guru adalah puisi
Yang pada masanya akan selalu dibaca
bagi murid-muridnya.
Guru adalah puisi
Yang ikut melukis kanvas dengan kata
pada seribu kusuma bangsa.

(Herman Supratikto)

Puisi tentang Guru #3: Guruku Pahlawanku

Guruku...
Engkau adalah bimbinganku sosok insan yang begitu mulia
Engkau adalah sosok yang tak pernah mengenal kata lelah
Guruku...
Setiap hari engkau membimbingku dengan nasihat yang penuh makna
Kau yang tak pernah mengeluh dalam hal mengajariku dan membimbingku
Guruku...
Engkau adalah pahlawan tanpa jasa
Engkau tak pernah bosan menghadapiku
Guruku...
Terima kasih atas semua jasa-jasamu
Engkau pahlawan terbaikku

(Jeni Angelita)

Puisi tentang Guru #4: Guru Sejati

Guru Sejati
Amung sawuju
Kinanti ana ati
Gemandhul ana lathi

Guru sejati
Nora ana ngendi-endi
Nanging ing njeron ati
Mula kudu dimangerti

Guru sejati
Ora bisa keri
Sebab ora bakal mati
Jumeneng hingga sepriki

Guru sejati
Tansah dipepuji
Hayu-hayu rahayu
Tumeka titi

(Wieranta)

Puisi tentang Guru #5: Guruku Pahlawanku

Guruku...
Kau sinari kami dengan ilmu yang kau berikan
Kau semangati kami dengan ikhlas
Kau berikan kami kasih sayang yang begitu lembut sutra

Guruku...
Engkau pahlawan yang tak pernah mengharapkan balasan
Di saat kami tak pernah mendengarkanmu
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah untuk mendidik kami

Guruku...
Tanpamu aku tak tahu bagaimana cara menulis, membaca
Tanpamu tak akan mengerti arti sekolah
Terima kasih guruku, kau pahlawan tanpa tanda jasa

(Susan Dwi Oktapiyanti)

Puisi tentang Guru #6: Lelahmu Lillah

Saat mentari menyembul secercah rasa
Kau ayun seluruh jiwa raga
Rela tinggalkan sanak keluarga
Hingga lembayung senja menjelma

Segenggam asa kau kumpulkan
Meniti jalanan terjal bebatuan
Demi kami yang selalu merindukan
Duduk bersama mengisi kekosongan

Gubahan syair indah nan merdu
Tertulis rapi dalam partitur lagu
Ucapan rasa terima kasih guru
Tak sanggup mengganti semangat juangmu

Ungkapan syukur yang tak terukur
Bangga dan cinta semakin tercampur
Merakit rasa hingga rindu melebur
Untukmu wahai guru sang pelipur

(Bunda Azki)

Puisi tentang Guru #7: Tanpa Tanda Jasa

Guruku...
Tanpa lelah engkau mengajariku
Membimbing tanpa batas waktu
Tak pernah sedikit pun engkau mengeluh

Guruku...
Hadirmu bagai rembulan di malam hari
Menerangiku dengan segudang ilmu
Tanpamu dunia tak akan bersinar

Guruku...
Jasamu akan selalu dikenang
Engkau teladan untuk semua insan
Terima kasih guru
Untuk semua yang telah engkau berikan

(Ruasha Moulie)

Puisi tentang Guru #8: Dialah Guru...

Laras-laras panjang membidik manis
Generasi miris penyangga tonggak bangsa
Melesatkan peluru ilmu mengoyak kebatilan
Hancurkan kebodohan kian merajalela

Tak semudah menepis dedaunan kering
Tak seringan menenteng segumpal kapas
Betapa berat memikul garda kebenaran
Di tengah konsep kehidupan yang anarkis

Jika ada sajian terlezat itulah ajarannya
Jika ada kisah termulia itulah nasihatnya
Jika ada putih hati itulah keikhlasannya
Jika ada lentera tak kunjung padam itulah kasihnya

Dialah guru...
Tak pernah berkeluh apalagi berkesah
Menggiring si anak negeri meraih kesuksesan
Meski terkadang harus memendam antologi rasa
Meliuk melankolis bak ujung ilalang di desir angin

Dialah guru...
Tak pernah pamrih apalagi meminta
Tak pernah lelah apalagi mengalah
Pada putaran waktu yang terus bergumul
Pada kilasan masa yang terus menyergap

Manik hitamnya memandang kejayaan tanda jasanya
Tersungkur dalam simpuh kesyukuran teramat khusyuk
Tebaran-tebaran ilmunya tiada gaplah tanpa makna
Engkaulah insan termulia di dunia ini, wahai guru!

(Agus Nurjaman, SPd)

Puisi tentang Guru #9: Goresan Tinta Waktu

Dibandingkan yang lainnya
Kesan pertamamu terlalu biasa
Bahkan mungkin tidak ada artinya
Tapi ternyata aku salah
Belakangan ini aku menyadari
Nilaimu lebih daripada itu

Aku teringat kembali masa-masa itu
Kau mengajarkanku banyak hal
Terlalu banyak
Sampai aku pun tak bisa menghitungnya

Pemahaman yang kau berikan
Aku sudah mengerti itu goresan tinta
Yang kau ajarkan aku sudah ahli dalam hal itu
Benih-benih ilmu yang kau tanamkan padamu
Perlahan tumbuh menjadi bunga yang indah

Ternyata tanpamu
Aku tak akan mengerti huruf-huruf itu
Terlalu buta melihat warna-warni indah
Takkah paham dengan angka-angka itu

Kerjap mata sayumu sudah terlihat sangat lelah
Aku menyadari itu
Tenang saja aku akan belajar lagi
Tenang saja aku takkan mengecewakanmu
Aku akan terus mempelajarinya
Karena habitatku bukanlah jiwa tanpa ilmu

(Torico Cindo)

Puisi tentang Guru #10: Guruku

Wayah esuk sliramu teka
Panjenengan tansah ditengga
Kaleh kula lan kanca-kana

Dhuh guruku
Panjenengan digugu lan ditiru
Digugu amergi pituturmu
Ingkang migunani kagem kula lan rencang-rencang kula

Dhuh guruku
Sak umpami kula lepat
Panjenengan tansah sabar lan kiat
Ngadepi aku sing sok telat lan kadang mboten niat

Dhuh guruku
Panjenengan saget ngrumat
Dateng kula sing kadang ngelampahi maksiat

Dhuh guruku
Matur nuwun ingkan kathah
Bilih panjenengan maringi pitedah kanti istiqomah
Lan kula suwunaken mugi panjenengan
Keparingan rizki ingkang kathah barokah
Lan istri ingkang solihah

Ana mangga nyemplung dawet
Aku mung bisa donga
Mugi panjenengan diparingi slamet

(Agus Ilmi Samudin)

Puisi tentang Guru #11: Terima Kasih Guruku

Terima kasih guru...
Karenamu semua murid tahu sejarah
Karenamu semua murid paham logika
Karenamu semua murid mengetahui
Budi pekerti dan tata krama

Terima kasih guru..
Berkat kerja kerasmu
Berkat usaha dan doa tulusmu
Semua murid menjadi pintar

Terima kasih guru...
Guruku tersayang terima kasih untuk jasamu
Untuk semua yang telah kau ajarkan kepada kami
Semoga Tuhan membalas semua
Budi baikmu dan jasamu
Terima kasih guruku

(Ryan Cahya Saputra)

Puisi tentang Guru #12: Menghajar Andragogi

Di batas yang mengenal andragogi
Meski penuh gerogi menggerogoti
Katanya, dulu abjad di papan berkapur itu hanya cekokan
Tanpa dibilas langsung untuk apa selanjutnya?
Demikian suara-suara masih terekam jelas
Sayup begitu nahas dan papa meski nilai rapor pada masa nyentrik
Sebagai trik agar anak didik bergelar ijazah
Tapi, tahukah kau?
Pelajaran paling diminati oleh putra bangsa kali ini?
Ialah berita perebutan kasta
Demi menguar cuan-cuan berlogika
Memasung pikiran sendiri
Mengingat harmoni caci orang lain
Berupa tindak kekejaman
Tiada usai
Seakan-akan melupakan peran orang tua-pengganti
Di bangku pendidikan

(Shofiyah)

Puisi tentang Guru #13: Guruku

Pahlawan yang tak pernah
Mengharapkan balasan
Sabarmu tak tertandingi
Di saat kami tak mendengar penjelasanmu

Kau tak pernah mengeluh
Kau berikan kami ilmu dengan ikhlas
Kau berikan kami kasih sayang yang tulus
Didikan yang kau berikan
Kepedulianmu dan kasih sayangmu
Kepada kami takkan terlupakan

Guruku...
Jasamu akan kami ingat selalu
Tak ada kata yang bisa terucap selain kata terima kasih

Guruku...
Jasamu akan kami kenang abadi
Sepandang hidup kami

(Putri Claudi Chinti Bella)

Puisi tentang Guru #14: Terimakasih Guru

Guru orang tua keduaku
Di sekolah dia mengajarkan sopan santun kepadaku
Menasihati baik dan buruk suatu hal

Aku pergi mencari ilmu
Dia memberiku cinta dan ilmu
Dia adalah pelita hidupku
Tak pernah lelah di hadapanku

Kau sembunyikan wajah lelah sedihmu
Seolah kau bahagia selalu
Kata-katamu penuh candu
Kuresapi dan kan kuingat selalu

Terima kasih atas semua pengorbananmu
Terima kasih atas semua jasamu
Jasamu tak terukur
Kan selalu kukenang seumur hidupku

(Masrifa)

Puisi tentang Guru #15: Matur Nuwun

Srengenge wis ngetokake rupane
Miwiti caire embun kena angete srengenge
Manuk wis pada mabur anggone nggolek pakan gawe anake
Sumilir lan anyese angin nambahi sejuke hawa esuk
Kayata semangatmu anggone mbagi ngelmu
Gawe masa depane bangsa

Yen srengenge iku nerangi awane donya
Wulan nerangi bengine donya
Ananging sliramu ibarat srengenge lan wulan kang dadi siji
Nerangi awan lan wengi ing uripku
Kanthi sabar anggonmu ndidik muridmu
Ora peduli yen muridmu ora gelem gatekke
Ora peduli yen muridmu ora nduweni sopan marang sliramu

Ananging sliramu tetep sabar berjuang ndidik
Supaya muridmu dadi bocah kang nduweni unggah ungguh
Berjuang supaya muridmu dadi pinter
Menggalih guna keberhasilan lan kejayaan Indonesia
Matur nuwun ingkang saged kula aturaken
Kagem pahlawan datanpa tanda jasa
Ingkang sampun maring ngelmu ingkang bermanfaat kagem kula
Tanpa sliramu aku ora bakal dadi apa-apa
Mbien, sakniki, ngenjang sliramu tetep dadi
Pahlawan tanpa tanda jasaku

(Amanda Fathin Furroyda)

Puisi tentang Guru #16: Mengabdi Tanpa Henti

Dalam sunyi kuriuhkan pinta sepenuh hati
Agar beban mengabdi tak lagi menjadi perih
Dalam sepi kuteriakkan cinta segenap rasa
Bukan karena ingin mengais nama
Tapi, demi putra-putri bangsa nan berharga

Mencoba damai dengan gemuruh isi kepala
Kebijakan silih berganti seiring pergantian purnama
Sedikit cela saja kami menjadi tersangka
Namun kami tidak goyah
Tawa mereka memberi napas panjang di setiap dahaga

Sejenak menginstirahatkan raga
Duduk bersama ilalang dan bebatuan
Meskipun mata ini terpejam
Dalam benak berkata
"Apa kabar mereka?"

(Mudmainah, SPd, SD)

Puisi tentang Guru #17: ASMAmu GURU

GURU
Itulah asmamu

Profesi yang mulia, katanya. Iya, katanya,
Sejatinya memang sungguh adhikari mulia
Karena mengemban tugas sarat bermakna

Anak manusia kau gladhi, kau tempa
Dengan jurus pamungkas nan sakti
Semangat bagaikan nyala api membara
Tak padam tak surut, hanya berharap anak manusia menjadi berbudi

Tak cukup hanya untuk di bocah, tapi juga tuk sekolah
Emosi, waktu, tenaga tentu banyak tercurah
Penuh peluh, buah dari berpayah-payah
Sayah, pasti sayah, namun,
Semua tetap diniatkan ibadah, dengan mengucap
Bismillah

Negeri ini selalu butuh engkau untuk mengabdi
Jangan engkau risau akan tersisih tergerus oleh teknologi
Buka hati kembangkan diri untuk terus berinovasi
Agar pamormu terus menyala tak akan pernah mati
Demi masa depan generasi negeri ini
Generasi berakhlak mulia, berbudi pekerti, mandiri, dan mampu berdemokrasi
Guru, teruskan perjuanganmu, kobarkan selalu api semangatmu

(Aning Pratiwi)

Puisi tentang Guru #18: Motivator

Terlihat biasan cahaya yang cerah bersinar
Secercah senyuman yang selalu terpancar
Senyuman penuh makna dari sosok guru yang tegar
Penuh dedikasi pengabdian yang begitu besar

Engkau menjadi motivator belajar bagi anak didik
Engkau perlu mengajar, memberi panutan dan mendidik
Engkau penyemangat saat asa murid sedang tidak baik
Engkau selalu menuntun murid ke arah yang lebih baik

Engkau laksana lentera dalam pelita
Mendidik penuh kasih dan asa
Engkau mengubah gelap gulita menjadi terang seketika
Mengayuh jutaan asa dan mengukir jiwa anak bangsa

Tampak tergambar goresan pengorbanan dan keikhlasannya
Terlihat jelas penuh harapan pada tatapan matanya
Berharap anak bangsa tumbuh sesuai kodratnya
Berharap anak bangsa mulia akhlaknya

Selamat Hari Guru Nasional
Tetap semangat dalam mendidik generasi milenial
Tangguh, kuat di era gempuran global
Jasamu akan selalu terkenang dan kekal

(Novi Widyan Ningtyas, SPd)

Puisi tentang Guru #19: Untukmu, Guru

Semburat mentari pagi menyeruak dari ufuk timur
Namun kau masih sibuk dengan pekerjaanmu
Menumbuk padi untuk makan hari ini
Istri dan anakmu mengolah makanan untuk dijajakan di pasar
Yang tak jauh dari rumahmu

Beras bulog dari pemerintah saat itu
Tak mampu mencukupi kebutuhan perut keluarga besarmu
Gaji dari pemerintah tak sanggup membuat hidupmu tenang
Tujuh anak, satu istri, satu ibu mertua, dan kau
Sementara anak-anakmu sudah antre bayaran sekolah
Di ujung sana, undangan pernikahan silih berganti menunggu didangati

Hari semakin siang kau pun bergegas menuju sekolah
Dengan baju safari yang semakin usang warnanya
Sepatu hitam yang sudah tidak hitam lagi
Dan dengan sepeda kumbang yang kau miliki
Kau kayuh pedal dengan penuh semangat
Sepenuh keyakinanmu untuk mendidik dan
Membimbing murid-muridmu

Suaramu menggelegar dan menggetarkan ruangan kelas
Membuat murid-murid lebih semangat belajar
Lebih serius dalam menimba ilmu
Karena jika tidak memperhatikan dan tidak bisa menjawab pertanyaanmu
Bersiap merangkum materi pelajaran hari itu

Itulah guruku
Selalu membuat kami harus rajin belajar
Disiplin, kerja keras, dan beretika
Tidak hanya masalah akademik yang kau ajarkan pada kami
Tapi kisah hidupmu telah memberikan banyak pelajaran pada kami
Bahwa kami itu perlu berjuang
Hidup itu harus punya cita-cita untuk meraih masa depan gemilang

Untuk guruku yang kini telah pensiun secara kedinasan
Untuk guruku yang berusia 82 tahun
Selamat hari guru wahai guruku juga bapakku
Engkaulah guru sejatiku
Maafkanku belum bisa membahagiakanmu
Teriring doa di usia senjamu
Semoga keberkahan selalu menyelimutimu
Dari anakmu yang selalu merepotkanmu

(Septi Nitaria Puspitarini)

Puisi tentang Guru #20: Guru dalam Bingkai Zaman

Guruku
Lirih doamu samar di heningnya malam
Engkau pasrahkan dirimu pada pemilik alam
Langkahmu terayun dengan lantunan zikir mendalam
Sakit dan laramie engkau simpan dalam diam
Semangat juangmu membius deretan ruang-ruang kelam
Engkau telusuri jalanan yang masih temaram

Guruku
Petuah bak sebuah azimat
Kebaikanmu bak malaikat
Gerakanmu selalu elok dan memikat
Jasamu akan selalu dikenang sepanjang hayat
Jariyahmu terus mengalir hingga ke akhirat
Di palung rinduku namamu kan kusemat

Guruku
Hatimu putih selembut kapas
Maafmu bak samudera luas
Demi laksanakan mulianya tugas
Engkau tak pernah letih dan memelas
Walau seluruh tenagamu terkuras
Pengabdianmu tanpa batas

(Siti Irmani Kasan, SPd I)

Puisi tentang Guru #21: Pakaian Lusuh Milik Kami

Telaah wahai durjana yang lalai
Langkah demi langkahmu teriring kisah ironi yang tak berkesudahan
Lapannya tanah yang dulu kosong
Sekarang telah tinggi menjulang
Puing demi puing telah berhasil diuntai dengan sangat apik
Neracanya telah sesuai dengan harap
Banyak pasang mata menyapu hitam putihnya pakaian lusuh milik kami
Berteman sekotak bingkisan yang selalu berisikan tumpukan macam pintah
Jangan lupakan perangkat pembelajaran
Persiapkan CP ATP milikmu
Segerakan supervise
Apa itu?
Wahai para pemangku kebijakan negeri ini
Jalan ini terasa sesak
Lamunan kami tak pernah tercekal
Tebal saku dompetmu tak akan engkau dapat
Tanpa diri kami yang telah meluangkan jariyah ilmu tanpa batas
Kasat mata semuanya tak pernah tampak
Pelukan hangat dari kami
Para pemilik tabungan akhirat

(Rizky Syaumi Kusuma)

Puisi tentang Guru #22: Pahlawan Ilmu

Bu, aku tahu banyak hal tentang dunia karena kemampuanmu
Meramuku pagi hingga petang tanpa ragu
Meski lelah senyummu tidak pernah absen di wajah itu
Sabar membimbingku menjadi manusia unggul harapan keluargaku

Pak, canda guraumu membuatku bahagia
Menabung ilmu denganmu membuatku menumbuhkan rasa
Bahwa belajar bukan tentang suntuk dan putus asa
Tapi bisa, jika memaksimalkan usaha

Kemahiran, kecakapan, hingga keahlianku
Tertular karena pahlawan ilmuku

Menjajaki langkah menjadi manusia yang kaya ilmu pengetahuan
Sosok yang akan bertarung dengan ide-ide brilian

Meskipun nantinya aku tumbuh dewasa
Jasamu tak akan terlupa
Ilmu yang kau berikan tak akan sia-sia
Pak, bu izinkan aku melanjutkan asa

(Alfin Nihayatul Islamiyah)

Puisi tentang Guru #23: Doa Tulus Suci

Guruku, pembuka cakrawala dunia
Engkau amat mulia
Kau ajarkanku tentang banyak hal
Engkau panutanku wahai guruku

Hadirmu bak tetes air hujan di keringnya raga
Hadirmu bak pelita gelapnya relung jiwa
Hadirmu bak pelangi indah berseri

Guru
Tiada hari tanpa asupan nutirisi ilmu darimu
Walau kini kutahu
Kau tengah berjuang dengan harapan pasti
Berkali-kali tusukan cinta kau terima dengan senang hati
Kau terjang panasnya radiasi
Dahaga sudahlah jangan ditanya lagi
Sakit tiada lagi kau rasa demi mewarnai hari kami

Guru
Jasamu terpatri dalam sanubari
Terngiang dalam ingatan pasti
Derap langkahmu panutan arah ini
Teruslah terbang menyinari dunia kami
Doa kami selalu mengiringi
Semoga sang Ilahi senantiasa memberkahi

(Rizqi 'Ainunhayati)

Puisi tentang Guru #24: Jejak Pelita Amat Maslahat

Serumpun nasihat menghindarkan jiwa-jiwa bertumbuh dari acapnya galat
Dari mereka: yang baktinya tak kenal tanda jasa
Mengawal insan-insan awam, biar beroleh esok yang tak terlalu kelam
Lencana apa yang pantas? Bagi para gerangan yang baktinya tiada batas

Mengawang nasib tanpa sang pelita penghidup ruang-ruang kelas
Buta akan ilmu; mungkin tak jelas sisi mana dituju
Tak ada habisnya bila citrakan kehebatan pelita
- yang bahkan tak kalah disambut petang

Serupa indung dan bapak di lain cerita
Mendidik apik tanpa sedarah pun terikat batin
Senandung azmat lahirkan manusia-manusia hebat
Walau kelak tak bisa satu per satu dijawat

Pelita ini selalu punya takhta di tiap sanubari dan tiap pasang mata
Menyalakan pendarnya berpenuh cinta
Menghimpun selaksa jiwa memerangi kebutaan yang mencari-cari peserta
Tinta emas pun mungkin tak sepadan mengagung jasanya dalam cerita

(Devi Aviana Putri)

Puisi tentang Guru #25: Guru

Guruku...
Panjenengan tuladha kula
Panjenengan panutan kula
Guruku...
Njenengan gapura donya
Pahlawan tanpa asma

Mangkane perjuangan kanggo nangkat senjata wis rampung
Mangkane uga dentuman meriam wis ilang
Nanging njenengan iseh berjuang
Njenengan perang kanggo mangsaku
Njenengan perang kanggo prestasiku

Panjenengan ngajari aku maca
Panjenengan uga ngajari aku nulis
Nganti geguritan iki digawe

(Arzuqni Fahmiyatul Ilmi)

Nah, itulah contoh puisi yang bisa diberikan untuk guru tersayang pada saat peringatan Hari Guru Nasional 2024.




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads