- Kumpulan Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #1: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #2: Peran dan Kontribusi Pesantren dalam Kemerdekaan dan Pembangunan Bangsa Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #3: Berdakwahlah dengan Bijak dan Keteladanan Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #4: Hidup Cerdas Tanpa Miras Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #5: Judi dan Bahayanya bagi Kehidupan Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #6: Pentingnya Ilmu Tauhid Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #7: Menumbuhkan Kesalehan Sosial pada Setiap Individu di Tengah Masyarakat Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #8: Akhlak Persaingan Islami Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #9: Siapakah Nabi dan Rasul yang Paling Tinggi Derajatnya? Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #10: Berkah Istiqamah dalam Ibadah dan Muamalah
Khutbah termasuk salah satu rangkaian ibadah sholat Jumat yang berlangsung setiap pekan. Bagi detikers yang membutuhkan, di bawah ini 10 teks khutbah Jumat terbaru 2024 dengan berbagai tema kehidupan.
Khutbah Jumat bisa membahas berbagai macam tema. Mulai dari permasalahan tauhid dan fikih Islam sampai permasalahan terkini yang relevan dengan syariat agama. Dengan pembahasan-pembahasan ini, khatib bisa memanfaatkan momen khutbah untuk sekaligus berdakwah.
Alhasil, umat Islam juga mendapatkan solusi dari permasalahan sehari-harinya tatkala mendengarkan khutbah Jumat. Langsung saja, dalam artikel ini, detikJateng telah menyiapkan 10 teks khutbah Jumat terbaru 2024 dengan berbagai tema sebagai referensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #1: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
(sumber: tulisan Ustadz Abdul Karim Malik dalam situs NU Online)
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Takwa merupakan prinsip kehidupan, takwa adalah aturan Allah yang akan menuntun kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati, dan takwa diraih dengan cara menjalankan perintah Allah, dan juga menjauhi segala larangan-NYA.
Ketakwaan ini harus kita jaga dan tingkatkan. Bukan hanya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, tetapi juga untuk meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dan, meninggalkan larangan ini terasa lebih berat, karena di sinilah kita diuji untuk melawan kesenangan hawa nafsu. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menyatakan:
اعْلَمْ أنَّ لِلدِّيْنِ شَطْرَيْنِ، أحَدَهُمَا: تَرْكُ المَنَاهِي، والآخَرُ: فِعْلُ الطَاعَاتِ.. وتَرْكُ المَنَاهِي هُوَ الأَشَدُّ؛ فَإِنَّ الطَّاعَاتِ يَقْدِرُ عَلَيْهَا كُلُّ وَاحِدِِ، وتَرْكُ الشَّهَوَاتِ لاَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلاَّ الصِّدِّيْقُوْنَ
Artinya, "Ketahuilah bahwa agama memiliki dua unsur penting: yang pertama adalah meninggalkan segala bentuk larangan, dan yang kedua adalah menjalankan ketaatan. Dan meninggalkan larangan adalah yang paling berat. Sebab, menjalankan perintah mampu dilakukan oleh siapa saja, tetapi meninggalkan syahwat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mencari ridha Allah."
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Sekarang ini, kita hidup di zaman di mana larangan sering dilanggar, maksiat begitu terlihat, bahkan kadang-kadang dilindungi oleh beberapa oknum. Oleh karena itu, mari kita jaga diri kita, keluarga kita, dan seluruh masyarakat dari perbuatan yang dilarang oleh syariat. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya, "Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya."
Dari ayat tersebut, sangat jelas bahwa kita tidak hanya diperintahkan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, tetapi juga dilarang keras untuk membantu atau mendukung perbuatan dosa dan pelanggaran terhadap perintah Allah.
Konsekuensi dari saling tolong-menolong dalam kemaksiatan itu sangat berat. Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang membantu kemaksiatan akan mendapatkan dosa yang sama dengan pelakunya. Beliau bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَىٰ هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَىٰ ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Artinya: "Siapa pun yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, siapa pun yang mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR Imam Muslim)
Saudara-saudara sekalian, coba kita lihat kondisi masyarakat kita saat ini. Banyak sekali hal-hal yang sebenarnya dilarang dalam agama, tetapi justru dianggap biasa, bahkan dilestarikan. Salah satu contoh yang sering kita temui adalah kemaksiatan yang berkaitan dengan harta dan hiburan.
Sebagai umat Islam, kita harus sadar bahwa setiap larangan yang ditetapkan Allah bukan tanpa alasan. Larangan itu bertujuan untuk menjaga kita dari kehancuran, baik secara pribadi maupun sebagai masyarakat. Salah satu larangan yang sering diabaikan adalah meminum khamr dan berjudi. Padahal, Allah sudah dengan tegas menyebutkan larangan tersebut dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung."
Saudara-saudara sekalian, mari kita lihat realitas yang ada di sekitar kita saat ini. Praktek meminum khamr dan perjudian semakin marak terjadi di mana-mana. Lebih parah lagi, judi online kini menjadi tren di tengah masyarakat. Judi online ini telah menjadi candu baru, merusak generasi kita, dan yang menyedihkan, terkadang dilindungi oleh oknum-oknum tertentu.
Sebagai umat Islam, kita punya tanggung jawab untuk berperan aktif, sesuai kemampuan kita masing-masing, dalam menekan dan bahkan memberantas praktek-praktik semacam ini. Jangan sampai kita justru terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga terkena laknat dari Rasulullah SAW karena melindungi atau memfasilitasi kemaksiatan.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah Dalam hal memfasilitasi kemaksiatan, Rasulullah SAW pernah bersabda:
لَعَنَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ آكِلَ الرِّبَا، وَمُؤْكِلَهُ، وَكَاتِبَهُ، وَشَاهِدَيْهِ، وَقالَ: هُمْ سَوَاءٌ
Artinya: "Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang memberi riba, penulisnya dan kedua saksinya," dan beliau bersabda, "Mereka semua sama!" (HR Muslim)
Jemaah sekalian, dalam hadits tersebut, jelas sekali bahwa yang diperingatkan oleh Nabi bukan hanya pemakan harta riba, tetapi juga semua orang yang terlibat di dalamnya. Misalnya, sekretaris yang menulis transaksi ribawi dan para saksi yang hadir dalam proses tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kesepakatan di antara mereka untuk mendukung transaksi yang diharamkan oleh syariat. Karena itulah, Nabi menyebut mereka semua sama, yakni sama-sama terlibat dalam dosa kemaksiatan. Terkait hadits ini, Imam Zakariya Al-Anshori menyatakan:
وَجْهُ الدِّلاَلَةِ أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى النَّهْيِ عَنِ التَّسَبُّبِ إِلَى الحَرَامِ
Artinya: "Makna utama dari pernyataan ini adalah bahwa hadits tersebut menunjukkan larangan terhadap segala perbuatan yang menjadi sebab timbulnya sesuatu yang haram."
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Perlu kita pahami bersama, maksiat itu bukan hanya bentuk pengingkaran atas nikmat Allah SWT, tetapi juga sebuah pengkhianatan terhadap amanah yang diberikan-Nya. Lebih dari itu, maksiat membawa dampak buruk, tidak hanya bagi pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Salah satu akibat paling buruk dari membiarkan kemaksiatan adalah berkurangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Artinya, "Sesungguhnya seorang hamba itu terhalang rezekinya karena dosa yang diperbuatnya." (HR. Ahmad Dalam Musnadnya)
Berkurangnya rezeki ini tidak hanya dalam bentuk materi seperti uang atau jabatan, tetapi juga dalam bentuk keberkahan. Harta hasil dari maksiat, meskipun terlihat banyak, tidak akan diberkahi Allah. Pelaku maksiat biasanya hidup tidak tenang, hatinya selalu gelisah, penuh keraguan, dan bahkan tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih parahnya lagi, orang yang terus-menerus bermaksiat atau membiarkan kemaksiatan di sekitarnya, lama-kelamaan hatinya akan terbiasa dengan maksiat. Dia akan menganggap maksiat itu sebagai hal yang wajar. Ketika ini terjadi, tanpa sadar dia pun bisa terjerumus lebih dalam ke dalam dosa-dosa lainnya.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Semoga penjelasan ini menjadi pengingat bagi kita semua. Mari kita bersungguh-sungguh menjalankan ketakwaan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan. Dan semoga kita senantiasa dilindungi dari keterlibatan dalam kemaksiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aamiin.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #2: Peran dan Kontribusi Pesantren dalam Kemerdekaan dan Pembangunan Bangsa
(sumber: tulisan KH Anang Rikza Masyhadi dalam situs resmi Masjid Istiqlal)
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Santri dan pesantren merupakan bagian penting dari masyarakat Indonesia. Peran dan kontribusinya kepada bangsa dan negara tak dapat dinafikan begitu saja. Mari kita simak bagaimana santri dan pesantren mengambil peran-peran strategis dan kontribusi besar kepada nusa dan bangsa ini.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT.
Pada masa penjajahan, pesantren menjadi salah satu pusat pergerakan yang melawan kolonialisme. Para ulama dan santri seringkali memimpin perlawanan di berbagai daerah. Salah satu momen paling bersejarah adalah ketika KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, yang kemudian memicu lahirnya pertempuran 10 November di Surabaya pada 1945. Itulah hari yang kita peringati hingga sekarang sebagai Hari Pahlawan Nasional. Sedangkan keluarnya Resolusi Jihad pada 22 Oktober itu kemudian ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional.
Jelas, bahwa resolusi jihad lahir dari fatwa kiai pesantren. Diserukannya Resolusi Jihad bertujuan untuk membangkitkan semangat rakyat Indonesia, terutama di kalangan kiai dan santri, dalam mempertahankan kemerdekaan yang hendak direbut kembali oleh para penjajah. Para ulama pesantren memahami betul firman Allah subhanahu wataa'la:
انفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ )
Artinya: "Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Qs. At-Taubah [9]: 41).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ، ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar" (Qs. Al-Hujurat (49): 15).
Sidang Jumat yang berbahagia.
Jadi, secara historis peran ulama dan santri tidak bisa dinafikan atau sekadar dipandang sebelah mata. Perannya tercatat dengan tinta emas sejak zaman pergerakan kemerdekaan melawan penjajah. Peran itu terus berlanjut dalam mempersiapkan kemerdekaan melalui keterlibatan aktif di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam menjaga kemerdekaan republik, membangun fondasi negara Indonesia merdeka, hingga peran-peran mengisi kemerdekaan melalui keterlibatan langsung di pemerintahan dan parlemen.
Kaum santri ini lahir dan dididik dalam dunia pesantren yang merupakan sistem dan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren muncul dari satu kearifan lokal (local wisdom) di seluruh wilayah Indonesia yang telah eksis selama berabad-abad. Di antara peran penting pesantren adalah penjagaannya terhadap karakter moral bangsa serta dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia bangsa sejak zaman pra kemerdekaan (Wardiman Djojonegoro, 1994).
Banyak tokoh besar pejuang dan peletak dasar kemerdekaan (the founding fathers/mothers) lahir dari dunia pesantren, sebut saja KH Hasyim Asy'ari, KH. Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Muhammad Natsir, dan Buya Hamka. Mereka semua adalah para ulama dari dunia pesantren.
Pada periode perjuangan fisik dapat disebut pejuang republik yang berasal dari kalangan santri, seperti Jenderal Soedirman, Bung Tomo, KH Wahab Hasballoh, KH Zainal Mustofa, dan KH As'as Syamsul Arifin. Jauh sebelumnya, kita kenal pahlawan masyhur Raden Mas Antawirya yang lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro, Tjut Nyak Dien, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Tuanku Imam Bonjol, Tjut Meutia, dan lainnya. Bahkan, Presiden pertama RI Soekarno juga pernah mengenyam pendidikan pesantren pada masa mudanya.
Jauh sebelum kemerdekaan (abad 17 hingga awal abad 19), kita juga menemukan banyak pujangga dan sastrawan sekaligus ulama besar yang dikenal dunia dan lahir dari rahim pesantren sebagai kaum santri. Tercatat nama-nama sekaliber Hamzah Fansuri, Nuruddin Raniri, Abdul Rauf Singkili, Yussuf Makassari, Abdul Samad Palimbani, Khatib Minangkabawi, Nawawi Bantani, Arsyad Banjari, dan lainlain. Mereka adalah founding father pembaruan Islam di Nusantara. Karya-karya besar di bidang fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf, serta hasil kreasi intelektual mereka bukan hanya dalam skala domestik Nusantara, tapi juga sampai diakui di dunia internasional.
Bagaimana peran santri pasca kemerdekaan? Meskipun perjuangan fisik melawan penjajah telah berakhir, peran santri dan pesantren tidak lantas meredup. Justru, mereka terus berkontribusi signifikan dalam pembangunan bangsa pasca kemerdekaan.
Berikut beberapa peran penting mereka:
Pertama, di bidang pendidikan, pesantren terus menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Kurikulum pesantren pun terus berkembang, menyesuaikan dengan tuntutan zaman.
Kedua, di bidang dakwah dan pembinaan masyarakat, santri dan ulama pesantren aktif menyebarkan nilai-nilai agama dan moral, membina masyarakat agar menjadi lebih baik. Mereka juga sering menjadi rujukan dalam berbagai persoalan kehidupan.
Ketiga, di bidang politik, banyak santri dan alumni pesantren yang terjun ke dunia politik. Mereka berperan dalam merumuskan kebijakan publik yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Keempat, di bidang ekonomi, santri dan pesantren turut berkontribusi dalam pengembangan ekonomi. Banyak pesantren yang memiliki usaha produktif, seperti pertanian, peternakan, dan kerajinan tangan. Dalam banyak riset empiris dibuktikan bahwa lingkungan dimana pesantren tumbuh kembang, maka perekonomian masyarakat ikut tertopang.
Kelima, di bidang sosial dan budaya, santri dan pesantren berperan penting dalam melestarikan budaya bangsa. Mereka aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pengajian, taklim, dan kegiatan kemanusiaan lainnya
Dan peran-peran lainnya yang masih terus dilakukan dunia pesantren hingga kini. Salah satu landasan para kiai dalam mendidik para santri di pesantren adalah firman Allah subhanahu wata'ala:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya" (Qs. At- Taubah [9]: 122).
Sidang Jumat yang berbahagia.
Namun demikian, pesantren terus melakukan transformasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Antara lain adalah dengan modernisasi sistem pendidikan dan pengajarannya yang memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum sekaligus.
Selain itu, para santri dibekali dengan kemampuan berbahasa asing, setidaknya bahasa Arab dan Inggris. Kedua bahasa itu di pesantren tidak saja digunakan untuk tujuan akademik dan keilmuan, namun juga untuk tujuan dakwah dan diplomasi global.
Dengan kemampuan bahasa Arab dan Inggris para santri memiliki kompetensi internasional, sehingga ia tidak lagi canggung menjadi bagian dari global citizen (masyarakat global). Selanjutnya, peran dan kontribusi santri dan pesantren tidak lagi bersifat lokal atau nasional, namun juga dapat bersifat global.
Pesantren juga menjadi tulang punggung bagi bangsa dan negara dalam menangkal isu dan bahaya radikalisme ataupun terorisme, karena ajaran Islam yang dididikkan di pesantren adalah ajaran Islam yang washaty (moderat), berkemajuan dan menebar rahmat bagi semesta.
Bangsa ini banyak berhutang budi pada dunia pesantren atas jasa, peran dan kontribusinya dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Pada saat yang sama bangsa ini berharap besar pada dunia pesantren yang masih akan terus mendidik generasi muda bangsa dan mencetak calon-calon pemimpin masa depan.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #3: Berdakwahlah dengan Bijak dan Keteladanan
(sumber: tulisan Lulus Bektiono dalam situs Suara Muhammadiyah)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama merenungkan sebuah tema penting dalam Islam, yaitu dakwah bil ihsan wal mauidhah hasanah, atau dakwah dengan cara yang baik, bijaksana, dan penuh keteladanan. Dakwah adalah tugas mulia yang diemban oleh seluruh umat Islam, tidak hanya oleh ulama atau para dai, tetapi juga oleh setiap muslim sesuai dengan kapasitasnya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, dalam surah An-Nahl ayat 125:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan pelajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125).
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita berdakwah. Ada tiga prinsip utama dalam dakwah yang terkandung dalam ayat tersebut: hikmah (kebijaksanaan), mauidhah hasanah (nasihat yang baik), dan jadilhum billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang lebih baik).
Pertama, dakwah dengan Hikmah (Bijaksana). Hikmah berarti kebijaksanaan. Dalam berdakwah, kita dituntut untuk bersikap bijaksana. Hal ini berarti kita harus mampu menyesuaikan pesan dakwah dengan kondisi, situasi, dan kemampuan orang yang kita dakwahi. Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama. Sebagian orang mungkin memerlukan pendekatan yang lembut, sebagian lagi memerlukan bukti-bukti yang rasional. Seorang dai yang bijaksana adalah yang mampu memahami siapa yang dihadapi dan bagaimana cara terbaik menyampaikan kebenaran kepada mereka.
Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam berdakwah dengan hikmah. Beliau selalu mempertimbangkan situasi dan kondisi orang yang dihadapinya. Ketika berhadapan dengan seorang badui yang datang ke masjid dan buang air kecil di dalamnya, Nabi tidak memarahinya dengan keras. Beliau menegur dengan lemah lembut dan memberikan pemahaman bahwa masjid adalah tempat yang suci. Sikap lembut Nabi ini membuat si badui merasa dihormati, sehingga ia menerima nasihat Nabi dengan hati terbuka.
"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan." (QS. Al-Ahzab: 45).
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Ini menunjukkan bahwa dalam berdakwah, kita perlu menyeimbangkan antara memberi motivasi dan peringatan. Kita harus bisa memberi kabar gembira tentang rahmat Allah, namun juga tidak melupakan untuk mengingatkan tentang ancaman bagi mereka yang melanggar perintah-Nya. Inilah bentuk dakwah yang bijak, menyeimbangkan antara motivasi dan peringatan.
Kedua, dakwah dengan Mauidhah Hasanah (Nasihat yang Baik). Dalam berdakwah, kita diperintahkan untuk memberikan mauidhah hasanah, yaitu nasihat yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang disampaikan dengan penuh kasih sayang, tanpa ada unsur merendahkan atau menyakiti hati orang yang kita dakwahi. Allah SwT sendiri mengajarkan kepada kita dalam Al-Qur'an bahwa nasihat yang baik harus disampaikan dengan bahasa yang lembut dan sopan.
Lihatlah bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS ketika mereka diutus untuk mendakwahi Fir'aun. Allah berfirman:
فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS. Thaha: 44).
Bayangkan, kepada Fir'aun yang zalim dan sombong pun, Allah memerintahkan agar Nabi Musa dan Harun menggunakan kata-kata yang lemah lembut dalam menyampaikan dakwah. Ini adalah pelajaran besar bagi kita bahwa kelembutan dalam menyampaikan pesan kebenaran adalah cara yang efektif dalam berdakwah.
Jamaah yang dirahmati Allah
Ketiga, dakwah dengan Keteladanan. Keteladanan merupakan bagian penting dalam dakwah bil ihsan wal mauidhah hasanah. Seorang dai bukan hanya dituntut untuk pandai berbicara, tetapi juga harus mampu menampilkan akhlak yang baik sebagai contoh nyata bagi orang lain. Inilah yang disebut dengan dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan. Rasulullah saw sendiri adalah contoh sempurna dari seorang dai yang berdakwah dengan keteladanan. Akhlak beliau yang mulia menjadi daya tarik yang kuat bagi banyak orang untuk menerima Islam.
Allah SWT berfirman:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).
Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan Islam dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. Ketika beliau mengajarkan tentang kejujuran, beliau adalah orang yang paling jujur. Ketika beliau mengajarkan tentang kesabaran, beliau adalah orang yang paling sabar. Inilah yang membuat dakwah beliau begitu efektif dan mampu mengubah masyarakat Arab yang sebelumnya keras dan jahil menjadi umat yang mulia.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #4: Hidup Cerdas Tanpa Miras
(sumber: tulisan Cristoffer Veron P dalam situs Suara Muhammadiyah)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Alhamdulillah, pertama-tama marilah kita senantiasa memancarkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kasih lagi Pengasih, Sang Pencipta Pemberi anugerah hidup ini. Dialah yang telah memberikan kesempatan kita hidup untuk kesekian kalinya dengan merasakan nikmat sehat, sehingga dapat menjalani aktivitas dalam kondisi sehat tanpa adanya kekurangan suatu apapun.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Nabi akhir zaman yang dihadirkan Allah SWT untuk menyampaikan risalah Islamiyah sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Sosok manusia agung yang memberikan secercah nur keteladanan laik dijadikan pengajaran bagi kita. Dengan demikian, hidup ini makin bermakna dan berwarna kini dan di masa mendatang.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Geger genjik. Yogyakarta sekonyong-konyong menjadi trending topic di jagat media sosial. Bermula dari polah orang berpikir kerdil yang jiwanya kering dari percikan spiritualitas melakukan tindakan bengis. Kebengisan ini dilumatkan kepada manusia tak berdosa, tepatnya para manusia pengembara mencari ilmu sebagai bekal utama menjalani kehidupan. Tindakan bengis seperti iblis ini membuat masyarakat gusar dan masygul. Beragam komentar negatif diberondongkan di ruang media sosial dalam beberapa tempo terakhir.
Kebengisan itu dilakukan dengan melukai sesama manusia, makhluk mulia (fi ahsan at-taqwim). Manusia naif dan inferior ini ditengarai terperdaya oleh minuman keras (miras). Tak pelak berani melakukan kebrutalan semacam itu sebagaimana santer diperbincangkan. Korbannya pun harus merasakan ratapan kesakitan luar biasa akibat tindakan tersebut. Kini, berkat kerja keras dari pihak polisi, akhirnya para pelaku yang bersembunyi dibalik selimut tebal bisa tersibak dan tertangkap. Kabarnya, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini sampai ke akar-akarnya hingga tuntas.
Ini potret buruk bangsa kita. Biang keroknya karena miras. Lagi-lagi miras, barang busuk tak berkesudahan masih saja menjadi incaran empuk manusia. Mengonsumsi hanya akan merasakan kesenangan sementara, setelahnya merasakan penderitaan selamanya. Masalah muncul kemudian, sering kali miras menjadi angin bertebangan semata di ruang publik. Tetapi, dengan terjadinya insiden ini, menjadikan perhatian serius dan saksama bagi seluruh masyarakat, khususnya para pihak yang terkait agar bersinergi menyapu bersih persoalan panjang tersebut dari radar kehidupan.
Memang persoalan miras tidak ada ujungnya. Tiap saat selalu datang silih berganti dengan orang berlainan, tapi secara universal, paradigmanya serupa. Kalau pun toh berbeda, mungkin hanya kecil, selebihnya amat serupa tidak dapat dinafikan. Miras memang menjamur di kehidupan abad modern. Cara memperolehnya sangat mudah, walhasil generasi muda (Gen-Z) sangat tergiur untuk mencobanya. Miras bukan barang baru, barang lama tapi membuat kisruh berkepanjangan.
Kegilaan manusia dengan miras menjadi kewajaran. Pertama, miras benda cair dengan banyak aneka rasa. Kenikmatan rasanya itu membuat manusia kecanduan untuk mengulanginya. Tua dan muda sama-sama melakukannya. Dominasi belakangan ini, kalangan muda yang semakin parah dan berlebihan mengonsumsi barang busuk itu. Kedua. Liberal. Miras secara liberal beredar secara luas. Mudahnya mendapatkan di mana-mana, meniscayakan kesempatan untuk menikmatinya. Ini yang menimbulkan tanda tanya, mengapa miras begitu mudahnya didapatkan? Pertanyaan tersebut laik diajukan mengingat makin hari makin menggila saja peredaran miras di ruang publik. Kiranya dua hal ini menjadi momen kontemplasi mendalam dan utuh tentang sesuatu yang fundamental hal ihwal fenomena belakangan menyeruak dalam kehidupan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Memang harus diakui, memberantas miras tidaklah mudah. Apalagi kalangan generasi muda saat ini sudah banyak terninabobokan. Tampak kentara pada jam malam, gerombolan pemuda keluar dari rumah. Berbohong kepada orang tua demi memenuhi hasrat sesaat. Berpesta pora menikmati seteguk miras bersama kawan-kawan kerdil seraya ditemani sebatang isapan rokok. Menyembul asap berwarna putih ke langit membuat sensasi menikmati makin dirasakan. Ini potret nyata, generasi muda sekarang terperosok ke dalam tubir kegelapan wajar kebengisan semacam di atas tadi berani dilakukan secara terang-terangan.
Dengan kata lain, miras telah merusak kewarasan generasi muda. Mereka menjadi keblinger sesat jalan. Hatta penyimpangan tidak dapat dihindarkan. Alam pikirannya telah konslet dikoyak oleh miras. Saluran otaknya cepol (rusak), wajar melakukan brutalitas tanpa dapat dikendalikan. Demikian musababnya agama sangat tegas melarang manusia mengonsumsi miras. Pelarangan ini bukan tanpa sebab, tetapi karena mudaratnya menjadi dalihnya.
إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji," tegas Allah Maha Rahman di Qs al-Maidah [5]: 90.
Kalau kita mencoba menengok dari sudut kesehatan, miras mengandung bahan berbahaya. Koran Jawa Pos Sabtu (26/10/2024) melaporkan dampak miras (alkohol) terhadap kesehatan tubuh itu mengakibatkan masalah pada jantung, ginjal, hati, pankreas, reproduksi, metabolisme, kenaikan berat badan, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, gangguan fungsi mata, kerusakan tulang, diabetes, dan gangguan kehamilan. Setumpuk masalah ini hendaknya menjadi perhatian saksama dan serius oleh masyarakat. Jauhilah miras sekarang juga. Buat apa berpesta pora miras jika hanya bisa menikmati sesaat tetapi menderita selamanya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Maka tidak berlebihan bilamana agama melarang manusia mengonsumsi miras. Hal ini kongruen dengan masalah yang ditimbulkan sebagaimana yang dibentangkan di atas tadi. Agama menyebut miras dengan term khamar. Muhammad Ridha Basri dalam Opini Koran Kedaulatan Rakyat Sabtu (25/10/2024) menyebut khamar telah membawa nestapa kelam terhadap akal, moral, dan tatanan sosial. Khamar menghilangkan kendali seseorang atas pikirannya, yang kemudian mengarah pada perilaku kelam yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Hal ini diperkuat dengan argumentasi rasional Nabi Muhammad SAW. "Setiap yang memabukan adalah khamar. Dan setiap khamar adalah haram," tegasnya dalam riwayat Muslim. Nabi akhir zaman telah menyadarkan kita penegasan pengharaman khamar. Jika Nabi saja sudah memberikan sinyal demikian, semestinyalah kita sebagai umat beriman autentik harus menghindarinya. Semua baru terkejut ketika sudah merasakan dampaknya, tetapi sudah terlambat. Silakan nikmati sendiri kesengsaraannya.
Betapa malunya kita sebagai umat manusia yang dimuliakan Allah. Seketika dirobek dengan berbuat destruktif seperti itu. Manusia mulia, tetapi kemuliaan itu terkadang hanya sebatas emblem semata, tidak melekat dalam sukma. Mulia dalam kata, tetapi tidak teraktualisasi dalam tindakan nyata. Orang kalau sudah tercekoki oleh hal-hal subal, maka ia akan rabun pada jalan kebenaran. Sudah pasti, tidak mau menerima wejangan dan masukan dari orang lain. Merasa diri paling benar sendiri (semuci), akan tetapi pada kenyataannya justru malah keblinger.
Hendaknya perlu dicoba agar menahan diri agar tidak kelayu berburu miras. Ini harus diakui berat nian. Hasrat yang terlampau tinggi meniscayakan manusia tersedot oleh pusaran kesenangan duniawi yang sesungguhnya hanya sekadar fatamorgana semata. Duniawi itu tampak nikmat. Semuanya dibabat. Tetapi, ada batasannya yang ini kemudian diterabas begitu saja oleh manusia. Pada titik ini manusia hanya ingin menikmati kesenangannya tanpa melihat dampaknya hatta atas hal yang dilakukannya tersebut.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Terlalu mahal biaya rumah sakit. Plus menyusahkan diri sendiri dan keluarga. Adakah yang sadar nikmat sehat itu sangat mahal yang tidak bisa tergantikan oleh apa pun di dunia ini. Sehat sebagai anugerah Allah yang itu perlu dijaga bersama. Jika sudah sakit akut akibat kekonyolan diri sendiri melakukan tindakan destruktif, itu artinya diri kita sendiri yang telah menghancurkan kehidupan di masa depan. Hanya saja pemikiran ini tidak dapat dipahami dengan pendekatan parsial, perlu pendekatan komprehensif agar bisa memahami betapa relevansinya nikmat sehat itu.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia terperdaya, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang," ucap Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Bukhari.
Kita perlu merefleksikan diri. Miras amat berbahaya dan tidak ada sama sekali manfaatnya. Sarat mudaratnya adalah hal niscaya. Maka selain menahan diri, miras bisa dicegah dengan memaksakan diri. Ini strategi jitu, akan tetapi perlu ditopang niat dan ketulusan. Di sinilah peran orang tua untuk mengedukasi anak-anaknya ihwal bahaya miras. Orang tua jangan membiarkan mereka berteman dengan orang yang tidak jelas orientasi hidupnya. Tanggung jawab mengawasi menjadi kewajiban, karena anak-anak sebagai pewaris masa depan kehidupan.
Selain itu, miras hanya bisa dicegah kalau ada tindakan tegas dari aparat. Kita bersyukur Polresta Yogyakarta melaksanakan pemusnahan minuman keras hasil Giat Operasi miras dan minuman keras oplosan. Hasil razia mulai 4-18 Oktober 2024 telah memusnahkan sebanyak 2.031 botol terdiri miras pabrikan 972 botol, miras oplosan 1.058 botol, dan ada 4 dirigen berisi miras oplosan dan 21 plastik miras oplosan. Lalu petugas juga membongkar home industry miras oplosan (Tajuk Rencana Koran Kedaulatan Rakyat, Jumat (25/10/2024).
Ini menunjukkan langkah serius dari aparat untuk menyelamatkan kehancuran kehidupan bangsa. Apalagi PWM DIY, PWNU DIY, dan MUI DIY bersatu menyatakan kekompakan untuk berperang semesta melawan miras. Hal ini dikarenakan beredar masif kehadiran toko miras. Kemudahan ini yang menjadi dasar kekompakan tersebut. Karena hanya akan timbul masalah baru, buktinya sudah ada sebagaimana terjadi di Kota Yogyakarta baru-baru ini. Kenyataan hal ini paradoks dengan citra Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pelajar.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Untuk mengembalikan citra Yogyakarta, penting kiranya kita mendekonstruksi kehidupan yang dijalani. Hidup hanya sekali, jangan sampai merugi melakukan tindakan destruksi. Perbaiki hidup bila ditemukan kesalahan dan kekeliruan. Hindari saling menjustifikasi, tetapi hendaknya urus diri sendiri apakah sudah benar hidup dijalani sesuai ketetapan Ilahi? Sudah banyak orang hidup dalam kerugian, lantas apakah diri kita ingin bernasib seperti kelompok mereka?
Tentu kita tidak menginginkannya. Kita ingin kehidupan dijalani penuh dengan kebahagiaan, bukan kesengsaraan. Hidupnya bernapaskan nilai-nilai agama. Haedar Nashir (2019) menegaskan nilai-nilai agama dapat menumbuhkan kesadaran akan masa depan yang lebih baik. Maka, tarik kesimpulannya hanya orang dalam hidupnya berlapis nilai-nilai agama yang dapat terhindari dari miras. Mereka mafhum bahwa miras merupakan barang haram pembawa derita selamanya. Maka, jalani hidup cerdas tanpa bersinggungan dengan miras agar hidup makin bernas dan berkualitas.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #5: Judi dan Bahayanya bagi Kehidupan
(sumber: tulisan Amar Fitrah dari situs Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng)
Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, di antaranya nikmat sehat dan sempat, terutama nikmat iman, Islam. Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kehidupan Dunia yang Sementara
Saudara-saudara seiman yang dimuliakan Allah, kita harus sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Setiap orang pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini. Sayangnya, masih banyak di antara kita yang terlalu sibuk dengan urusan dunia, seolah-olah lupa bahwa kehidupan ini tidaklah abadi. Kadang kita berharap mendapatkan sesuatu, tetapi harapan itu tidak selalu terwujud seperti yang kita bayangkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali 'Imran: 185)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir dari hidup kita. Setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia ini, namun masih banyak di antara kita yang terlalu sibuk dengan urusan duniawi, seolah-olah lupa akan kehidupan yang kekal di akhirat.
Ujian dan Cobaan dalam Kehidupan
Kehidupan di dunia penuh dengan ujian dan cobaan, Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 155)
Allah SWT tidak menurunkan suatu ujian melainkan sebagai bentuk kasih sayang-Nya agar kita semakin dekat kepada-Nya. Kita dituntut untuk lebih bijak menyikapi dunia, tidak terjerumus dalam arus yang melalaikan kita dari akhirat. Dunia hanyalah sementara, Adapun kehidupan akhirat adalah kekal abadi. Oleh karena itu, setiap amal yang kita lakukan hendaknya selalu mengarah pada ridha-Nya, bukan pada kesenangan dunia yang menipu. Janganlah sampai kita menjadi orang yang rugi karena telah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita.
Bahaya Judi dan Perbuatan Terlarang
Adapun harapan manusia untuk menikmati kehidupan duniawi memang wajar. Namun, dunia ini juga penuh jebakan. Banyak orang yang ingin cepat kaya, tetapi sayangnya, keinginan itu seringkali diikuti oleh tindakan yang salah, seperti judi. Judi, baik online maupun konvensional, adalah perbuatan yang sangat merugikan. Banyak orang yang terjebak dalam perjudian karena ingin mendapatkan keuntungan dengan cara yang mudah, tetapi pada akhirnya mereka justru kehilangan lebih banyak. Allah SWT telah memperingatkan kita dalam Al-Qur'an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah: 90)
Judi, baik online maupun konvensional, adalah perbuatan yang sangat merugikan. Meskipun mungkin ada manfaat kecil, namun kerugian yang dihasilkannya jauh lebih besar. Judi hanya akan menghancurkan kehidupan, menghilangkan keberkahan, dan menjauhkan kita dari rahmat Allah.
Peran Mubaligh dan Penegakan Hukum
Sebagai umat Islam, kita harus saling mengingatkan kepada orang terdekat kita, keluarga, tetangga dll, tentang bahaya judi. Maka peran para mubaligh (pendakwah) sangat penting dalam memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat. Selain itu, penting bagi kita untuk mendukung upaya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku judi demi mewujudkan masyarakat yang aman dan sejahtera.
Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah,
Marilah kita kembali kepada ajaran Islam yang murni dan lurus. Mari kita tata kehidupan ini sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan yang hanya akan membawa kita pada kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah SWT. senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus dan menjauhkan kita dari segala bentuk kemaksiatan. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #6: Pentingnya Ilmu Tauhid
(sumber: tulisan Yudi Prayoga dalam situs NU Lampung)
Hadirin Rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, di atas mimbar, khatib mengajak kepada jamaah Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, yakni dengan sungguh-sungguh menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS Al-Hujurat: 13).
Hadirin Rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan kita dengan sempurna dan memberikan nikmat Islam serta iman. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Pada siang ini, khatib ingin mengajak menelaah betapa pentingnya ilmu tauhid dalam kehidupan seorang Muslim. Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu, yang berarti mengesakan. Tauhid dalam konteks agama adalah meyakini keesaan Allah SWT. Tauhid adalah inti dari ajaran Islam, landasan pertama dan utama dari seluruh amalan kita.
Diriwayatkan dari penghulu para sufi di masanya, Imam al Junaid al Baghdadi bahwa suatu ketika ia ditanya tentang tauhid, maka ia menjawab:
إِنَّهُ لَا مُكَوِّنَ لِشَيْءٍ مِنَ الْأَشْيَاءِ مِنَ الْأَعْيَانِ وَالْأَعْمَالِ خَالِقٌ لَهَا إِلَّا اللهُ تَعَالَى
Artinya: Tauhid adalah meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada yang menjadikan apapun, benda dan perbuatan-perbuatannya, tidak ada yang menciptakannya kecuali Allah ta'ala.
Bahkan Rasulullah SAW menjanjikan bahwa setiap manusia yang mengetahui tentang Allah SWT dan meyakini keesaan-Nya, maka ia akan masuk surga. Rasul bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Artinya: Barang siapa meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka dia masuk surga (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu tauhid dalam menentukan nasib kita di akhirat kelak.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Mengapa ilmu tauhid begitu penting untuk dipelajari bagi kita umat Muslim? Pertama, Tauhid adalah dasar agama. Tauhid adalah fondasi utama agama Islam. Seluruh rukun Islam dan iman berpijak pada tauhid. Jika tauhid seseorang rusak, maka seluruh amalnya tidak diterima oleh Allah. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 65:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (para nabi) sebelummu, Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi (QS Az-Zumar: 65).
Kedua, Tauhid menentukan keselamatan di akhirat. Orang yang mati dalam keadaan bertauhid akan mendapatkan keselamatan di akhirat. Sebaliknya, orang yang berbuat syirik besar, selama ia tidak bertaubat, akan kekal di neraka. Allah SWT berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar (QS An-Nisa: 48).
Ketiga, Tauhid memberikan ketenangan hidup. Orang yang bertauhid akan merasa tenang karena hanya bergantung kepada Allah. Tidak ada rasa takut yang berlebihan terhadap makhluk atau kekuatan selain Allah. Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk (QS Al-An'am: 82).
Jamaah yang dirahmati Allah, Kebodohan terhadap tauhid membawa berbagai akibat buruk, di antaranya:
1. Jatuh ke dalam syirik. Banyak orang yang terjerumus ke dalam syirik karena tidak memahami tauhid. Mereka menyembah selain Allah, mempercayai jimat, atau meminta perlindungan kepada dukun dan benda-benda keramat.
2. Amal tidak diterima. Amal ibadah yang tidak didasari tauhid tidak akan diterima oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dan ditujukan hanya kepada-Nya (HR An-Nasa'i).
3. Hidup dalam kesesatan. Orang yang tidak memahami tauhid akan mudah terjerumus ke dalam berbagai bentuk kesesatan, seperti takhayul, bid'ah, dan khurafat, yang merusak akidahnya.
Jamaah yang dirahmati Allah, Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling penting untuk dipelajari. Tanpa tauhid yang benar, kehidupan kita akan kehilangan arah dan tujuan. Oleh karena itu, mari kita luangkan waktu untuk mempelajari tauhid, memahami hakikat keimanan, dan membersihkan diri dari segala bentuk syirik.
Semoga Allah SWT memberikan kita pemahaman yang benar tentang tauhid, menerima amal ibadah kita, dan meneguhkan kita di atas jalan yang lurus hingga akhir hayat.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #7: Menumbuhkan Kesalehan Sosial pada Setiap Individu di Tengah Masyarakat
(sumber: tulisan Muhammad Rizky Fadillah dalam situs NU Jombang)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Risalah Nabi Muhammad SAW dapat disimpulkan dalam tiga prinsip utama: Pertama, hubungan dengan Allah, yakni menyempurnakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, yang dikenal sebagai hablum minallah.
Kedua, hubungan dengan sesama, yaitu menyempurnakan interaksi manusia dengan orang lain, atau hablum minannas. Ketiga, menciptakan keseimbangan antara kedua hubungan tersebut, sehingga keduanya berjalan seiring dan saling mendukung.
Menjalani kehidupan beragama bagi seorang Muslim bukan hanya percaya kepada Allah SWT dan melakukan ibadah wajib. Bukti nyata dari keimanan adalah tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa seorang Muslim harus menunjukkan keimanannya melalui perbuatan baik. Seorang Muslim yang baik adalah yang hatinya terbuka untuk segala kebaikan. Islam mengajarkan bahwa hidup bukanlah ajang perebutan rezeki, penindasan, ataupun konflik antara kaya dan miskin, kuat dan lemah. Dalam kehidupan ini, kita harus menanam amal saleh yang akan membawa kita pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Berlomba-lomba dalam kebajikan harus menjadi landasan setiap langkah yang kita ambil. Hidup adalah iman dan amal saleh, hablum minallah dan hablum minannas, yang harus dijalankan dengan seimbang dan saling menguatkan.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita renungkan kembali hakikat dari kehidupan kita sebagai umat Islam. Islam mengajarkan bahwa derajat manusia tidak diukur dari status sosial, kekayaan, atau keturunan, melainkan dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13:
يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat ini mengingatkan kita bahwa perbedaan suku, bangsa, dan status tidak seharusnya menjadi alasan untuk perpecahan atau kesombongan. Sebaliknya, perbedaan ini adalah tanda kebesaran Allah dan peluang untuk kita saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya, "Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk fisik dan hartamu, tetapi memandang hati dan perbuatanmu."
Ini menunjukkan bahwa nilai seseorang di sisi Allah tidak terletak pada dimensi fisik atau harta sekalipun, melainkan Allah melihat pada keikhlasan niat dan amal perbuatan hamba-hamba-Nya.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Setelah menunaikan hak-hak Allah, yaitu tidak mempersekutukan-Nya dan menunaikan ibadah mahdhah yang telah disyariatkan, seorang Muslim wajib menunaikan hak kepada sesama makhluk. Kewajiban ini dapat berupa fardu 'ain, yang harus dilakukan oleh setiap individu, dan fardu kifayah, yang cukup dilakukan sebagian dari kita.
Rasulullah SAW bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya, "Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, belum beriman seseorang kamu, sampai ia mencintai saudaranya (sesama Muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari-Muslim).
لَيْسَ مِنَّا مَنْ بَاتَ شِبَاعًا وَجَارُهُ جَائِعٌ وَهُوَ يَعْلَمُ
Artinya, "Tidak termasuk umat kami, siapa saja yang tidur karena kekenyangan, sementara tetangganya tidak dapat tidur karena kelaparan, sedangkan dia mengetahuinya". (HR. Thabrani).
Hadits ini mengajarkan kita untuk memiliki empati dan kasih sayang terhadap sesama. Sikap inilah yang menjadi pondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan saling mendukung.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Islam mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab dalam masyarakat. Ikatan masyarakat adalah ikatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Masyarakat bukan sekadar kumpulan individu tanpa aturan atau norma. Yang mana bila ikatan ini putus, masyarakat akan mengalami kerusakan karena individu-individu menjadi liar dan bertindak semaunya.
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Artinya, "Seseorang disebut Muslim (yang baik) adalah tatkala orang-orang Islam lainnya selamat dari (gangguan) lidah dan tangannya (perbuatannya)." (HR. Bukhari-Muslim).
Ini mengingatkan kita untuk menjaga lisan dan perbuatan agar tidak merugikan atau menyakiti orang lain. Kita harus menjadi pribadi yang membawa kedamaian dan keselamatan bagi sekitar kita.
Prinsip sosial dalam Islam menekankan beberapa hal penting dalam membangun masyarakat berakhlak mulia, seperti menghormati sesama, berbaik sangka, memenuhi amanah dan janji, juga berlaku adil menjadi pilar penting dalam ibadah sosial kita sebagai umat Islam.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Akhirnya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita dengan memperkuat hubungan sosial kita. Jadilah umat yang saling menghormati, menyayangi, dan menolong satu sama lain. Teguhkan tali silaturahim, berbuat baik kepada tetangga, dan terus mencari ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi insan yang bertakwa kepada Allah, tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta alam.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #8: Akhlak Persaingan Islami
(sumber: situs resmi Muhammadiyah)
Amma ba'du, jama'ah shalat Jum'at yang semoga dirahmati Allah,
Tiada pujian terbaik yang pantas dilantunkan kecuali kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- Dzat Yang Berkuasa atas segala hal di bumi dan di langit. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlantun indah kepada Rasulullah Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- Sang Pencerah semesta yang telah mengajarkan umat manusia tentang semua kebaikan untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib secara khusus dan kepada para jama'ah semuanya. Untuk senantiasa memperkuat keimanan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah -azza wa jalla-. Karena dengan iman dan takwa itulah sebaik-baik bekal untuk kembali menghadap kepada Allah di hari akhir nanti.
Jamaah shalat Jum'at yang semoga dirahmati Allah,
Pada awal khutbah tadi telah khatib bacakan Surat Al-Baqarah ayat 148 yaitu,
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Yang diartikan secara keseluruhan berarti, "bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Ayat ini berbicara secara umum tentang kiblat, bahwa setiap umat memiliki arah kiblat yang berbeda-beda, dan bagi setiap Muslim untuk bersegera dalam melakukan kebaikan, yang secara pokok adalah melakukan shalat menghadap kiblat. Karena setiap orang akan dibangkitkan dan dikumpulkan di hari akhir nanti dimanapun mereka berada.
Maka hendaknya setiap orang berusaha untuk beramal kebaikan dimanapun berada, kapanpun dan semampu kondisi masing-masing. Setiap diri tidak akan mengetahui dimana dan dalam kondisi apa mereka dipanggil kembali kepada Allah. Semoga setiap diri kita kembali kepada Allah di tempat yang baik dan dalam kondisi terbaik.
Jamaah shalat Jum'at yang semoga dirahmati Allah,
Dalam ayat itu pula, Allah memberikan satu perintah yang penting untuk dicermati dengan baik untuk kemudian dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Yaitu pada bagian ayat 'fastabiqul khairat' yang berada di tengah-tengah ayat ini, dan dipahami dalam arti teks-nya sebagai 'berlomba-lomba' atau 'bersegera' dan 'bersaing' dalam kebaikan.
Kebaikan memang banyak jumlahnya dan banyak jenisnya. Setiap orang Islam berhak untuk bersaing dalam kebaikan-kebaikan yang ada. Bersaing dalam jumlah sedekah harian, bersaing untuk datang ke masjid untuk shalat berjamaah, dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, ayat ini juga ditafsirkan oleh al-Hasan al-Bashri dengan makna "berlomba-lomba dalam kebaikan dan dengan cara-cara yang baik".
Sehingga tidak hanya bersaing untuk tujuan yang baik, melainkan juga dengan cara-cara yang baik, tidak dengan merugikan orang lain, dengan akhlak yang baik dan luhur. Dimana kemuliaan dan keluhuran akhlak merupakan ciri khas kemuliaan diri seorang muslim sebagai pelaku dan penggerak kebaikan di tengah umat.
Jamaah shalat Jum'at yang semoga dirahmati Allah
Ajaran Islam sangatlah mulia, ajaran Islam selalu bertujuan untuk kebaikan, bukan hanya bagi diri seorang muslim saja, melainkan juga kepada seluruh masyarakat, bahkan seluruh makhluk, seperti hewan dan tumbuhan. Ajaran Islam yang benar selalu tampak anggun dan mulia, bahkan menurut pemeluk agama lain, karena itulah ciri khas agama Islam yang juga menjadi ciri khas seorang Muslim yang menganutnya.
Sebagian orang mungkin akan mengalami persaingan dalam kehidupannya. Baik yang dilakukan oleh dirinya secara personal atau kelompok. Baik yang dilakukan dengan sengaja atau tidak. Baik yang dilakukan dengan suka cita maupun tidak. Sekalipun tujuannya baik dan untuk mewujudkan kebaikan, maka perlulah dilakukan dengan cara-cara yang baik. Karena itulah ciri khas sifat seorang Muslim yang mulia.
Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah.
Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan kelembutan pada seluruh makhluk. Baik mereka adalah sesama Muslim, berbeda agama dan keyakinan, berbeda latar belakang sosial, derajat ekonomi, bahkan kepada selain manusia.
Anggun dan mulianya Islam ini juga tampak pada akhlak yang mulia yang menjadi perhiasan terbaik dan terindah yang paling pantas disandang oleh setiap Muslim. Bahkan dalam perang sekalipun, Islam tetap mengajarkan kebaikan, terlebih lagi dalam kondisi aman dan tentram.
Begitu juga dalam kompetisi dan persaingan yang biasa ditemui dalam keseharian, di berbagai bidang, dalam cakupan besar maupun kecil, setiap diri selalu dihadapkan pada persaingan yang disadari atau tidak.
Persaingan terbaik adalah bersaing dengan diri sendiri yang ada di masa lalu. Untuk berpacu dan berusaha untuk mengalahkan kualitas diri di hari-hari sebelumnya dan memperbaiki dengan taubat, memperbaiki kesalahan diri, dan berusaha menjadikan diri sebagai sosok Muslim yang lebih baik dan bermanfaat bagi seluruh umat dan makhluk.
Di akhir khutbah ini, marilah kita melantunkan do'a yang tulus kepada Allah -'azza wa jalla- semoga menjadikan kehidupan setiap dari kita menjadi lebih baik dan bermanfaat. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat dan barakah-Nya kepada negeri ini dan semua yang berada di dalamnya.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #9: Siapakah Nabi dan Rasul yang Paling Tinggi Derajatnya?
(sumber: situs resmi Muhammadiyah)
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, atas limpahan nikmat, karunia, serta kesempatan yang diberikan-Nya kepada kita semua hingga kita dapat berkumpul di masjid ini dalam keadaan sehat.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, teladan umat dan pembawa risalah kebenaran bagi seluruh alam.
Pada kesempatan ini, saya selaku khatib mengajak diri saya pribadi dan seluruh jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, semoga kita semua senantiasa berada dalam ridha-Nya.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan ini, mari kita renungkan bersama mengenai perbedaan derajat di antara para nabi dan rasul Allah. Di dalam Al-Qur'an, Allah telah menjelaskan bahwa Dia mengutamakan sebagian nabi di atas sebagian yang lain. Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-Baqarah ayat 253, Allah berfirman:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۘ مِنْهُمْ مَّنْ كَلَّمَ اللّٰهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجٰتٍۗ
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat.:
Begitu pula dalam QS. Al-Isra ayat 55, Allah menyatakan bahwa sebagian nabi memiliki kelebihan dibandingkan nabi yang lain.
وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِمَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيّٖنَ عَلٰى بَعْضٍ وَّاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًا
"Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud."
Namun, sebagai hamba, muncul pertanyaan: apakah kita sebagai umat diperbolehkan untuk membandingkan derajat atau keutamaan antara satu nabi dengan nabi lainnya?
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Meskipun Allah mengutamakan sebagian nabi, kita diingatkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 136 agar tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul. Allah berfirman:
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
"Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya."
Senada dengan ayat tersebut, QS. Ali Imran ayat 84 juga mengingatkan kita untuk tidak membedakan para nabi dan rasul Allah.
قُلْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۖ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
"Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri."
Bahkan dalam sebuah hadis shahih, ketika ada seorang Yahudi menyebut Nabi Musa sebagai yang paling mulia di antara manusia, Nabi Muhammad SAW segera menegaskan kepada sahabatnya untuk tidak melebihkan beliau di atas para nabi lainnya.
Jamaah salat jumat yang dimuliakan Allah,
Pesan dari Nabi Saw ini membawa makna mendalam. Perbedaan derajat antar nabi adalah hak Allah semata. Hanya Allah yang boleh memberikan penilaian terhadap manusia pilihan-Nya. Kita sebagai umat bukanlah penentu derajat atau keutamaan mereka, tetapi tugas kita adalah untuk beriman kepada seluruh nabi dan mengakui risalah mereka.
Hal ini pun diperkuat oleh penjelasan Ibnu Katsir yang menyatakan bahwa umat tidak perlu mengistimewakan satu nabi di atas nabi lainnya, melainkan cukup dengan meyakini dan mengikuti mereka. Kita tidak perlu mencari-cari siapa yang paling utama di antara mereka.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita pun wajib meneladani beliau, karena Allah SWT telah menyebutnya sebagai teladan terbaik dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
Maka, mari kita teguhkan keyakinan kita kepada seluruh nabi dan rasul Allah. Janganlah kita terjebak dalam perdebatan mengenai siapa yang lebih utama di antara mereka, sebab Allah telah memberikan tugas dan keistimewaan bagi setiap nabi sesuai dengan hikmah-Nya.
Marilah kita menjalani hidup dengan meneladani akhlak Rasulullah Saw, sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan yang diridhai Allah.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk memahami ajaran-Nya dengan benar, serta menjadikan kita sebagai umat yang mencintai seluruh nabi dan rasul Allah tanpa membeda-bedakan. Aamiin, ya Rabbal 'alamin.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Sebagai penutup, marilah kita meneladani Nabi Muhammad Saw sebagai utusan terakhir Allah yang membawa risalah kebenaran dan menjadi contoh sempurna bagi umat manusia. Beliau adalah suri teladan yang harus kita ikuti dalam segala aspek kehidupan, agar kita senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah. Semoga dengan meneladani akhlak dan ajaran beliau, kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Teks Khutbah Jumat Terbaru 2024 #10: Berkah Istiqamah dalam Ibadah dan Muamalah
(sumber: laman resmi NU Jateng)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Menjadi kewajiban bagi khatib untuk menyampaikan wasiat taqwa dalam setiap khutbahnya. Oleh karena itu mengawali khutbah Jumat ini, mari kita kuatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan harus kita lakukan secara konsisten dan berkesinambungan sehingga bukan hanya berdampak pada kuantitas takwa namun juga kualitasnya.
Konsisten dan berkesinambungan yang dalam bahasa Arab disebut sebagai istiqamah. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dalam ibadah dan muamalah kita sehari-hari. Dengan istiqamah, kita akan senantiasa meraih keberkahan dalam setiap aktivitas kehidupan dan akan mendapatkan ganjaran dari Allah swt. Firman Allah dalam Surat Fussilat ayat 30 menyebutkan.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), "Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." Allah juga menjanjikan bagi umat Islam yang bisa menjaga keistiqomahannya dengan menganugerahkan rezeki yang banyak dan mampu mencukupinya.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Jin ayat 16:
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
Artinya: "Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup)."
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Dalam kehidupan ini, kita sering menghadapi berbagai dinamika yang berdampak pada naik turunnya semangat menjalankan berbagai aktivitas termasuk dalam hal ibadah dan muamalah. Kondisi ini tentu perlu kita sikapi dengan bijak. Di kala kita berada pada puncak semangat untuk beribadah dan bermuamalah, kita harus sekuat tenaga mempertahankannya. Namun ketika memang kita sedang berada dalam kondisi terpuruk dan kurang motivasi dalam beribadah dan bermuamalah, kita juga harus mencari cara bagaimana meningkatkannya.
Terkait dengan hal ini, istiqamah menjadi solusinya. Istiqamah bisa kita artikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsisten dalam melakukan sesuatu. Ada peribahasa yang berbunyi: "Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit". Peribahasa ini menggambarkan bagaimana konsistensi menjadi hal yang penting untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas yang baik. Dalam hal ini Rasulullah saw juga pernah bersabda dalam Hadits Riwayat Imam Muslim:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَل
Artinya: "Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit."
Dengan senantiasa menguatkan keistiqomahan dalam kondisi senang maupun susah, maka kita akan mampu merasakan manisnya amal walaupun hal itu dilakukan sedikit demi sedikit. Terkadang kita berusaha menambah amalan shalat, dzikir dan doa karena kita sedang menghadapi masalah.
Karena hal ini bukan karena sebuah keistiqomahan, maka terkadang sulit untuk menikmatinya dan tidak berdampak signifikan terhadap kondisi spiritual kita. Ulama sufi menyebut bahwa istiqamah memiliki banyak keistimewaan seperti karomah atau kemuliaan bagi pelakunya. "Al-Istiqomatu khoirun min alfi karamah" (Istiqamah lebih baik dari seribu karomah).
Ketika sikap istiqamah mampu dilakukan dan didasari dengan niatan tulus dan ikhlas, maka semangat dalam beribadah dan bermuamalah pun akan terus tertanam dalam jiwa. Apapun aktivitas yang didasari oleh semangat, rasa senang, cinta, dan tak ada beban, maka pasti akan menghasilkan kualitas yang baik.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Untuk menumbuhkan istiqomah, perlu kiranya kita mengikis harapan-harapan besar dari apa yang kita lakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga diri dari pengharapan yang tidak kesampaian yang mengakibatkan kekecewaan. Maka dalam istiqomah, ada keikhlasan di dalamnya sehingga ketika kita shalat misalnya, kita harus menjadikannya sebagai kebutuhan bukan sekadar menginginkan surga sebagai imbalan. Jika kita meminta kepada Allah, menjadikan doa kita lebih utama daripada terkabulnya doa kita.
Orang yang istiqamah menyadari bahwa doa adalah bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Intinya bukan sekadar permohonan agar Allah mengabulkan keinginan kita, tetapi justru kedekatan dengan-Nya saat berdoa yang menjadi tujuan utama. Kebahagiaan sejati terletak pada proses berdoa, bukan pada terkabulnya doa tersebut.
Begitu juga saat kita memohon ampun kepada Allah, jadikan tobat lebih utama daripada ampunan. Orang yang istiqamah akan lebih berfokus pada pentingnya proses tobat sebagai bentuk kesadaran dan penyesalan atas kesalahan, dibandingkan dengan sekadar mendapatkan ampunan. Kesungguhan dalam bertaubat, merasakan perubahan hati, dan berkomitmen untuk memperbaiki diri adalah esensi yang lebih diutamakan.
Semua yang dilakukan oleh orang-orang yang istiqamah adalah untuk menggapai berkah dan ridha Allah, mengokohkan iman, dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Istiqamah akan menjaga seseorang tetap di jalan kebenaran, memperkuat hubungannya dengan Allah, dan menggapai keselamatan abadi.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT
Menutup khutbah ini, mari kita bermohon kepada Allah swt agar senantiasa menganugerahkan istiqomah kepada kita semua dalam hal ibadah dan muamalah. Mari kita berdoa seperti doa yang dipanjatkan Imam al-Hasan al-Bashri:
اللهم أَنْتَ رَبُّنَا فَارْزُقْنَا الْاِسْتِقَامَةَ
Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, maka karuniakanlah kepada kami istiqomah di jalan-Mu."
Nah, itulah 10 teks khutbah Jumat terbaru 2024 mengenai berbagai tema dalam kehidupan yang tentunya sangat relevan. Semoga bermanfaat!
(par/apu)