Tradisi Merti Tirta, Syukur Masyarakat Ponggok Klaten Atas Berkah Air

Tradisi Merti Tirta, Syukur Masyarakat Ponggok Klaten Atas Berkah Air

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 17 Jul 2024 10:03 WIB
Gelaran tradisi Merti Tirta di Umbul Sigedhang
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Jakarta -

Ratusan masyarakat Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten merupakan cara Merti Tirta. Tradisi ini jadi bentuk rasa syukur masyarakat atas bersyukur dari air yang ada di Desa Ponggok.

Kepala Desa Ponggok Junaedhi Mulyono mengungkapkan, tradisi rutinan tiap tahun ini digelar dalam rangka memeringati Hari Air, Maret lalu. Akan tetapi, karena bertepatan dengan Ramadhan, tradisi diundur dan dilaksanakan Selasa (16/7/2024) bertepatan dengan tanggal 10 Suro.

"Kita laksanakan pada hari ini ini tanggal 10 Suro yang mana merupakan hari yang baik. Kita memperingati Merti Tirto, acara rutin Pemdes sebagai wujud rasa syukur kita terhadap anugerah alam, sumber daya alam yang ada di Ponggok ini, yang diberikan sangat berlimpah oleh Yang Maha Kuasa," kata Junaedhi di Umbul Sigedhang, Selasa (16/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan yang diikuti jajaran Pemdes Ponggok, pengurus dan anggota BUMDes, Lembaga Usaha Produktif Masyarakat Desa, pelaku UMKM, serta seluruh warga telah digelar sejak sore. Rombongan kirab telah mengambil air dari 7 sumber mata air di Desa Ponggok, dilanjutkan dengan kirab 7 gunungan berisi hasil bumi.

"Dimulai dari pengambilan air dari Umbul Ponggok, Umbul Besuki, Umbul Sigedhang, Umbul Kapilaler dan juga di Umbul Cabowo. Air-air ini kita jadikan satu dalam wujud kendi, kita satukan, kita tahlil dan juga berdoa bersama," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Supaya keberlangsungan dari sumber mata air ini bisa langgeng sudah sampai anak cucu, rezeki yang kita dapat dari pengeluaran air ini akan berkah untuk kesejahteraan masyarakat," imbuh dia.

Acara dilanjutkan lagi sekitar pukul 19.00 WIB, yaitu kirab dan pelepasan ikan di Umbul Sigedhang. Puluhan warga tampak antusias meramaikan kegiatan malam itu.

Para rombongan kirab berjalan, dipimpin tokoh masyarakat setempat yang berjalan di depan sambil menyapu jalan menggunakan sapu lidi, setiap sekali melangkah. Kemudian, mereka melepas dua ikan ke Umbul Sigedhang dan menanam pohon beringin sebagai upaya konservasi.

"Hari ini kita akan ada penebaran ikan, ada ikan betina dan ikan jantan namanya Nilam Sari dan Surorejo. Di sini ada orang sepuh yang jadi cikal bakal, namanya Surorejo. Kalau Nilam Sari itu ikan nila yang di Umbulsari," terangnya.

"Ada juga ada penanaman pohon secara simbolis. Sebenarnya kita sudah hampir menanam kurang lebih 2000 pohon, karena di Ponggok ini kalau ada orang nikah, cerai, skripsi mereka akan menanam bibit tanaman," sambungnya.

Ia menjelaskan, penanaman pohon itu jadi upaya konservasi untuk menjaga agar sumber air di Desa Ponggok selalu dalam keadaan baik. Sebab, air telah menjadi satu sumber mata pencaharian masyarakat setempat.

Lewat tradisi itu, ia mengajak seluruh masyarakat Desa Ponggok dan Kabupaten Klaten, untuk sama-sama menjaga sumber air di Kabupaten Klaten. Ke depan, ia berharap akan ada blue print atau master plan terkait manajemem tata kelola air di Kabupaten Klaten.

"Jadi mata airnya harus kita jaga kelestariannya, tidak cuma mengeksploitasi atau mengambil keuntungan. Nah, sebenarnya seremonial hari ini adalah bentuk itu, upaya konservasi," terangnya.

Selama ini, kata Junaedhi, obyek-obyek wisata mata air di Desa Ponggok telah berhasil memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Desa (PADes) hingga sekitar Rp 1 miliar. Adapun, di Desa Ponggok ada banyak wisata mata air, nulai dari Umbul Ponggok, Umbul Besuki, Umbul Sigedhang dan Kapilaler, dan masih banyak lagi.

"Kontribusi pariwisatanya Ponggok ke PADes dan itu populatif, karena kemarin kita memang banyak di pengembangan. Saat ini tiap RW ada tempat wisatanya, dan kunjungan Ponggok ini rata-rata sekitar 70.000 per bulan," terangnya.

Ia turut memastikan, lewat obyek-obyek wisata yang ada di Desa Ponggok, seluruh masyarakat diberdayakan dan dapat dipastikan memiliki pekerjaan. Mulai dari menjadi pengelola wisata, hingga menjadi pelaku UMKM di obyek wisata.

Oleh karena itu, para warga Desa Ponggok itu pun menghaturkan rasa syukur sambil berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa pada gelaran malam itu. Mereka berkumpul di Umbul Sigedhang sambil memanjatkan doa.

Usai berdoa dan tahlilan, mereka melaksanakan Kembul Bejana ditemani alunan gamelan dan tari tradisional. Mereka tampak akrab berbagi 14 tumpeng dan 7 ingkung ayam yang dikeluarkan para panitia.

Salah satunya Santi (43), warga Dukuh Umbulsari, Desa Ponggok. Ia mengaku telah berkali-kali mengikuti tradisi Merti Tirta itu.

"Dari awal itu ikut pelepasan ikan, tahlilan, zikir, terus makan bersama. Ini menunya nasi tumpeng, ada telur, ayam ingkung, krecek, urap," jelasnya.

Ia mendukung tradisi Merti Tirta untuk terus dilaksanakan masyarakat Desa Ponggok. Selain menjadi wadah untuk menghaturkan doa, tradisi itu juga bisa terus dilestarikan agar menjadi tradisi turun temurun yang bisa dirasakan generasi-generasi selanjutnya.

"Harapan dari warga setiap sumber air ini bisa dilancarkan semuanya, soalnya air ini kan jadi mata pencaharian warga setempat, sama tradisi seperti ini bisa terus dilestarikan," harapnya.




(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads