Sebuah kompleks permakaman kecil tersembunyi di balik kompleks pertokoan di Jalan Ikhlas, Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang. Dari jenis nisannya, terlihat makam tersebut merupakan kuburan tua warga golongan Eropa.
Hari ini, Senin (1/7), sekelompok orang membersihkan makam di lokasi tersebut. Kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh kemanusiaan yang dimakamkan di kompleks itu, Johannes Van der Steur.
Berdasarkan pantauan detikJateng, permakaman itu cukup terawat. Batu nisannya berukuran cukup besar dengan gaya khas Eropa.
Selain makam van der Steur, ada pula makam istrinya dan beberapa anak asuhnya. Van der Steur merupakan penyebar agama Kristen Protestan.
Kiprah Kemanusiaan Pusara Johannes Van der Steur
Pusara Johannes Van der Steur merupakan pria yang berasal dari Belanda. Dia datang ke Magelang pada masa era kolonial.
Pria yang menjadi penginjil itu tertarik datang ke Hindia Belanda saat mendengar kabar nasib tentara Belanda di Hindia Belanda. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, banyak tentara yang mengalami gangguan jiwa.
"Dia datang ke Magelang saat itu karena ada tangsi besar yang berisi ribuan tentara Belanda. Rupanya banyak tentara Belanda di Magelang (saat itu) mengalami depresi sebab adanya perang di Lombok dan Aceh," kata Bagus Priyana, Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang saat ditemui di makam van der Steur, Senin (1/7/2024).
Di tengah kesibukannya merawat para tentara, Johannes juga menemukan banyak anak-anak pribumi yang telantar.
Awalnya, dia hanya mengasuh 4 anak saja. Namun lambat laun jumlah anak telantar yang diasuhnya semakin membengkak.
"Setelah itu, dari 4 anak berkembang menjadi puluhan hingga ribuan anak-anak telantar. Anak-anak telantar yang diasuh berasal dari berbagai suku bangsa," ujar Bagus.
Johannes pada awalnya mengasuh anak-anak terlantar itu di kawasan Menowo. Namun, pada 1892 dia membuka panti asuhan Oranje Nassau di Meteseh karena jumlah anak asuhnya semakin bertambah.
Di lokasi itu Johannes Van der Steur tak sekadar menghidupi ribuan anak. Dia juga memberikan berbagai keterampilan agar anak-anak itu mampu mandiri saat telah dewasa.
"Harapan van der Steur anak-anak yang kurang beruntung ini dinaikkan derajatnya, mendapatkan pendidikan layak, dan bisa menjadi anak-anak mandiri," kata Bagus.
Sayang, lembaga sosial yang dirintisnya itu berantakan di era penjajahan Jepang. Tanpa alasan yang jelas, Johannes dan beberapa orang kepercayaannya ditahan.
Kisah Johannes van der Steur selanjutnya ada di halaman berikutnya
(ahr/dil)