Bacaan Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya

Bacaan Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya

Nur Umar Akashi, Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Jumat, 12 Jan 2024 18:09 WIB
Ilustrasi Buka Puasa
Ilustrasi puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan. Foto ilustrasi: Shutterstock
Solo -

Wajib hukumnya bagi umat Islam mengganti puasa Ramadhan yang terlewat. Malam ini, kaum muslim memasuki bulan Rajab 1445 H dan dianjurkan untuk menunaikan puasa sunnah. Lantas, bagaimana bacaan niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan?

Mengutip dari laman Nahdlatul Ulama Online, penggabungan kedua jenis puasa ini hukumnya diperbolehkan. Mengapa bisa demikian? Pasalnya, puasa Rajab terhukum sunnah, sehingga dapat menggunakan bacaan mutlak. Hal yang sama tidak berlaku untuk puasa qadha Ramadhan. Seseorang yang ingin mengganti puasa Ramadhan, maka bacaan niatnya disyaratkan ta'yin (menentukan jenis puasa).

Bacaan Niat Puasa Rajab dan Qadha Ramadhan

Hukum menggabungkan puasa Rajab dan qadha Ramadhan didasarkan pada penjelasan dalam kitab Fathul Mu'in dan I'anatut Thalibin berikut ini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى

Artinya: "Dan dikecualikan dengan pensyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardhu, yaitu puasa sunnah, maka sah berpuasa sunnah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunnah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunnah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa' dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunnah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan. Dalam kitab al-I'ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila bertepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis."

ADVERTISEMENT

Berdasar ucapan tersebut, maka pahala puasa sunnah Rajab tetap bisa diperoleh seseorang meski niat yang ia baca hanya niat puasa qadha Ramadhan. Karenanya, untuk niat dua puasa ini, cukup dengan membaca niat puasa qadha Ramadhan. Berikut ini bacaan niatnya:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu ṣauma gadin 'an qaḍā'i farḍi syahri ramaḍāna lillāhi ta'ālā

Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah Swt.

Sebelum menunaikan puasa qadha Ramadhan, detikers wajib telah berniat sejak di malam sebelumnya. Apabila sampai terlewat, maka puasanya tidak akan dihitung. Hal ini didasarkan pada hadits di bawah ini yang disadur dari laman Rumaysho:

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya: "Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya." (H.R. Abu Daud no. 2454, Tirmidzi no. 730, An-Nasai no. 2333, dan Ibnu Majah no. 1700)

Bacaan Niat Puasa Rajab

Puasa Rajab yang dimaksud di sini adalah puasa sunnah yang dilakukan di bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah SWT. Artinya, puasa ini berbeda dengan puasa ayyamul bidh, Senin-Kamis, atau Daud.

Terdapat perbedaan pendapat terkait bahasan niat ini. Jika detikers mengikuti pendapat yang menyatakan wajib melafalkan, maka berikut bacaan niatnya dikutip dari laman NU Online:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ رَجَبَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu ṣauma gadin 'an adā'i sunnati rajaba lillāhi ta'ālā

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Rajab esok hari karena Allah SWT."

Jika kebetulan terlewat, maka detikers masih dapat menyusulkan niatnya hingga sebelum masuk waktu dzuhur. Hal ini dapat dilakukan karena puasa ini tergolong puasa sunnah sehingga tidak mewajibkan pembacaannya pada malam hari sebelumnya. Berikut doanya:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ رَجَبَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu ṣauma hażal-yaumi 'an adā'I sunnati rajaba lillāhi ta'ālā

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Rajab hari ini karena Allah SWT."

Demikian penjelasan terkait bacaan niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, ya!




(par/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads