Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman mengajak masyarakat senantiasa mencintai, menjaga dan merawat seni budaya tradisional. Menurutnya, seni dan tradisi tersebut bisa hilang jika tidak dijaga, terutama di era modern dan digital seperti saat ini.
"Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan anggaran yang cukup untuk melakukan pembinaan terhadap kesenian tersebut. Selain itu, melalui dinas pendidikan menggalakan di sekolah-sekolah ekstrakurikuler wajib untuk kesenian," tegas Sukirman dalam keterangan tertulis, Selasa (10/10/2023).
Hal itu Sukirman ungkapkan saat hadir sebagai narasumber dalam Dialog Nguri-uri Budaya Tradisional di Kabupaten Pemalang yang diselenggarakan oleh Sekretariat DPRD Jateng. Acara ini juga menghadirkan Tokoh Masyarakat Pemalang Iskandar dan Ketua Kelompok Seni Sudirman sebagai narasumber. Acara ini diawali dengan pertunjukan ratusan penari ebeg dan dilanjutkan dengan dialog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan tersebut, Sukirman mengungkapkan penyelenggaraan acara ini merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk menjaga dan melestarikan budaya dan seni yang dimiliki oleh beragam lapisan masyarakat. Ia juga menggarisbawahi, sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, bahasa, seni, dan tradisi, kekayaan budaya ini adalah sebuah kekayaan bangsa yang perlu terus dilestarikan.
"Kesenian serupa, antara Kecamatan Belik dan daerah lain mungkin namanya berbeda. Di daerah Kedu Magelang dan seterusnya, kesenian ini namanya jatilan, kuda lumping, kalau di sini ebeg dan laisan," ungkap Anggota Fraksi PKB DPRD Jateng itu.
Sukirman menegaskan, kesenian tradisional perlu ditampilkan dalam momentum apa pun. Bahkan jika generasi muda lebih tertarik pada musik yang mendayu-dayu, seni tradisional masih dapat dipadukan.
"Momentum apa pun, kesenian seperti ini harus ditampilkan. Jangan hanya menampilkan budaya modern tanpa menjawil kesenian tradisional. Dipadukan saja, karena saat ini anak muda sukanya musik yang mendayu-dayu. Akan tetapi tradisi-tradisi semacam ini dibutuhkan dan dijaga," tandasnya, dalam keterangan pers.
Sebagai wakil rakyat yang mewakili daerah pemilihan Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Pemalang, ia juga meminta pemerintah untuk memaksimalkan fungsi dewan kesenian. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap dewan kesenian, mengingat selama ini dewan kesenian hanya semacam lembaga ad hoc yang perannya tidak didukung penuh.
"Jadi ada, seolah-olah pemerintah peduli dengan kesenian tapi tidak diperankan secara maksimal. Sesungguhnya dewan kesenian ini seperti Pak Andi Luksono memiliki akar yang kuat, tradisi yang kuat, jaringan yang kuat kepada kelompok kesenian tradisional," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, tokoh masyarakat Pemalang, Iskandar mengungkapkan, nguri-uri kebudayaan adat daerah memang sangat perlu kita lakukan. Ia menyoroti pada tahun 1980-an, minat terhadap budaya lokal sangat besar. Hal ini terbukti saat dengan munculnya tradisi seperti kuda lumping, jatilan, wayang dan sejenisnya dalam setiap perayaan. Sementara saat ini pertunjukan-pertunjukan semacam itu sudah jarang dijumpai di masyarakat.
"Ini sebuah tantangan yang harus diperhatikan oleh para pegiat seni di daerah. Juga bagaimana pemerintah merespon hal ini bahwa seni budaya adat daerah ini adalah hal penting. Karena adat dan budaya ini sebagai pemersatu bangsa republik Indonesia," ungkapnya.
Iskandar berharap, pemerintah melalui Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman memberi daya dukung dan supporting yang kuat untuk mempertahankan adat budaya bangsa Indonesia yang asli ini supaya terus berkembang. Serta bersama-sama mengembalikan kejayaan adat budaya Indonesia di era milenial saat ini.
(ega/ega)