Beredar informasi agenda pertemuan aktivis LGBT se-ASEAN di Jakarta. Pihak kepolisian mengecek kebenaran kabar tersebut.
"Iya sampai saat ini belum ada yang mengajukan izin dan nggak ada pemberitahuan juga. Polda sedang mencari tahu juga, bener atau nggak, di Jakarta bener atau nggak," kata Direktur Intel dan Keamanan (Dirintelkam) Polda Metro Jaya Kombes Hirbak Wahyu Setiawan saat dihubungi wartawan, Selasa (11/7/2023), dilansir detikNews.
Informasi agenda pertemuan aktivis LGBT se-ASEAN itu sebelumnya terungkap di salah satu akun media sosial yang kini postingannya sudah dihapus. Disebutkan acara tersebut akan digelar pada 17-21 Juli 2023 di Jakarta. Namun belum diketahui lokasi pasti penyelenggaraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hirbak juga meminta masyarakat yang mengetahui informasi pertemuan LGBT se-ASEAN itu agar segera melapor ke kepolisian. Pihaknya sejauh ini telah mengecek ke sejumlah tempat.
"Iya sedang kita cari tahu benar atau nggak. Kita cek di hotel juga nggak ada, semua acara di hotel juga nggak ada di tempat lain nggak ada," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas angkat bicara terkait informasi pertemuan LGBT se-ASEAN di Jakarta tersebut. Anwar meminta pemerintah turun tangan.
"Mengingatkan dan mengimbau pihak pemerintah agar jangan memperkenankan dan memberi izin terhadap diselenggarakannya acara tersebut," kata Anwar dilansir detikNews.
"Kalau benar aktivis LGBT se-ASEAN akan melaksanakan pertemuan di Jakarta, lalu oleh pemerintah diperkenankan maka berarti pemerintah telah melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh konstitusi, terutama Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa," kata dia.
Anwar juga menilai pelaksanaan acara tersebut bertentangan dengan nilai agama.
"Sebagai konsekuensi logis dari pasal tersebut, pemerintah tidak boleh memberi izin terhadap suatu kegiatan yang dilakukan di negeri ini yang bertentangan dengan nilai-nilai dari ajaran agama, apalagi dari 6 agama yang diakui di negeri ini, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, tidak ada satu pun dari agama-agama tersebut yang mentolerir praktik LGBT," imbuhnya.
(rih/dil)