Kembar mayang dalam pernikahan Denny Caknan dan Bella Bonita di The Sun Hotel, Madiun, menuai sorotan dari netizen. Banyak yang menyoroti soal posisi kembar mayang yang tidak diangkat dalam proses pernikahan karena diyakini menandakan mempelai perempuan sudah hamil duluan.
Dilansir detikJatim, Senin (10/7/2023), Wedding Organizer (WO) yang menggelar pernikahan Denny dan Bella, ASRA Event Planner angkat bicara. Sorotan netizen itu membuat pihak WO senang karena publik menjadi tahu soal adat Jawa.
"Dengan begini publik sedikit banyak menjadi tahu detail-detail adat Jawa," ujar Project Manager ASRA Event Planner, Androz Legho dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Minggu (9/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut kembar mayang di adat pernikahan di Jawa memiliki perbedaan pandangan di setiap daerah, tergantung dari kiblat tata cara pernikahan yang digunakan.
"Kembar mayang itu terdapat perbedaan pandangan adat. Ada yang dibawa ataupun diangkat dan juga ada pula yang diletakkan saja," ujar Androz.
"Kan, Kesultanan besar di Jawa tidak hanya satu yang dijadikan kiblat dari tata cara pernikahan," tambahnya.
Kemudian Androz menyebut dalam proses pernikahan Denny dan Bella itu juga ada hal lain yang bisa menjawab pertanyaan netizen. Dia lalu menyinggung soal filosofi injak telur.
"Kedua, itu sebenarnya jawaban atas kegalauan netizen ada di prosesi injak telur. Itu ada filosofinya atas ritual tersebut," kata dia tanpa memerinci makna dan filosofi injak telur yang dia maksud.
Androz menyebut Bella menikah dengan paes ala Solo. Dia menyebut setiap daerah mempunyai tradisi dan tata cara yang berbeda.
"Kami sudah bekerja sama dengan pemandu adat supaya prosesi adat tradisi bisa berjalan dengan baik dan lancar," terangnya.
Terpisah, pranata Jawa atau MC Jawa, Ipin Irfani yang paham seluk-beluk pernikahan adat Jawa menjelaskan tentang makna kembar mayang. Dia menyebut bahan dasar kembar mayang adalah janur yang kemudian diisi dedaunan.
"Singkatnya, kembar mayang itu, mayang dulu itu sebagai penanda peralihan masa atau suatu keadaan. Kalau kembar mayang itu untuk pernikahan gadis dan perjaka, itu selalu ada, itu ditandai dengan gagar mayang," papar Ipin kepada detikJatim, Minggu (9/7).
"Kemudian juga ada namanya mekar mayang. Kalau mekar mayang menandai masa peralihan anak-anak ke masa remaja, misalnya khitanan atau menstruasi pertama. Kalau orang meninggal, kalau status gadis atau perjaka," sambungnya.
Dia menyebut dalam pernikahan adat Jawa, kembar mayang diyakini sebagai simbol pohon keabadian. Ipin menyebut bagi masyarakat Jawa, ada dua pohon abadi yakni pohon dewandaru dan wijayandaru. Semuanya adalah satu jenis pohon.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Dia pun menerangkan makna kembar mayang yang diasosiasikan dengan lambang gadis dan perjaka. Kisah ini dimulai saat Arjuna hendak melamar putri dari suatu negara.
Kala itu, putri tersebut meminta Arjuna membawa pohon keabadian. Akhirnya Arjuna meminjam ke para dewa yakni pohon dewandaru dan wijayandaru sebagai syarat perlengkapan pernikahan dengan putri tersebut.
"Akhirnya diikuti masyarakat sampai sekarang. Kelengkapannya di kembar mayang ada beberapa daun-daunan yang mengiringi. Isi-isinya juga tidak sembarangan memiliki makna, misalnya ada daun alang-alang (yang artinya) semoga kedua mempelai dijauhkan dari segala rintangan," terang Ipin.
"Lalu ada daun beringin, semoga kedua mempelai dapat pengayoman, sampai kluwih semoga kedua mempelai senantiasa diberikan kelebihan. Itu adalah salah 3 dari makna yang terkandung di dalamnya," sambungnya.
Ipin menyebut kembar mayang sejatinya tak hanya melambangkan gadis atau perjaka. Tapi juga simbol doa dan harapan untuk mempelai. Juga gambaran cinta yang abadi.
"Bentuk kembar mayang ini juga macam-macam. Ada keris-kerisan, ular-ularan, burung-burungan, belalang-belalangan, semuanya punya makna," beber pria yang juga memiliki garis keturunan Keraton Jogja ini.
Terkait makna kembar mayang, Ipin menyebut hal itu tergantung dengan kelokalan masing-masing. Tradisi di tiap daerah tentu berbeda. Termasuk banyak yang percaya ketika kembar mayang tidak diangkat di atas kepala.
"Itu menggambarkan si mempelai wanitanya itu sudah hamil duluan, bisa jadi berlaku seperti itu. Tapi kan itu berlaku pada beberapa daerah, tidak semua daerah memberlakukan seperti itu. Karena, kalau kita mengacu pada dasar keraton, kembar mayang itu tidak ada maknanya," sebut Ipin
"Karena sejatinya kembar mayang itu ada hanya menandai pernikahan gadis dan perjaka, cuma kita kan tahu kalau daerah itu semakin jauh dari istana maka kebiasaan adat istiadat yang dalam istana pun juga turut berubah dan disesuaikan dengan muatan lokal di daerah tersebut," pungkas dia.