Seniman Butet Kartaredjasa memberikan penjelasan soal puisi yang menyindir sejumlah pihak yang dibacakannya dalam puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pekan lalu. Dalam puisi itu dia menyinggung capres yang pandir hingga hobi culik.
Butet pada awalnya enggan memberikan penjelasan soal alasannya membaca puisi tersebut. Dia beralasan sudah banyak kalangan yang membicarakan soal puisi tersebut.
"Rasah diomongne, ra penting kuwi. Kuwi wis ramai, mosok aku nguyahi segara, wis cukup (Jangan diomongkan tidak penting. Itu sudah ramai, sudah cukup)," kata Butet saat ditemui di Alun-alun Kota Magelang, Minggu (2/7/2023).
Meski demikian, dia akhirnya memberikan penjelasan mengenai alasannya membacakan puisi tersebut.
"Sing penting aku ra kepengin (Yang penting aku tidak ingin) negara Indonesia dipimpin orang yang punya masa lalu yang kelam dan jahat," katanya.
Dia mengakui puisi yang dibacakan itu menuai banyak komentar, termasuk komentar miring di media sosial. Hanya saja dia tidak mempermasalahkannya.
"Wis ora masalah, buzzer nengke wae. Tidak ada mengubah kejujuran dan kemerdekaanku," tegasnya.
Butet berpesan, dalam Pemilu 2024 nanti masyarakat bisa mencari pemimpin yang baik.
"Ya mencari pemimpin yang baik, itu aja. Baik itu, tidak punya beban masa lalu yang kelam," pungkasnya.
Soal isi puisi Butet baca halaman berikutnya
(ahr/apl)