Makna dan Filosofi Tradisi Syawalan di Indonesia

Makna dan Filosofi Tradisi Syawalan di Indonesia

Noris Roby Setiyawan - detikJateng
Jumat, 28 Apr 2023 11:21 WIB
Ilustrasi
Makna dan Filosofi Tradisi Syawalan di Indonesia. Foto Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja)
Solo -

Bulan Syawal menjadi momen perayaan umat Islam atas kemenangan dalam menahan dahaga dan rasa lapar selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Terdapat berbagai macam tradisi yang dilakukan oleh umat Islam, salah satunya yakni syawalan. Adapun nama lain syawalan adalah halal bihalal. Syawalan menjadi tradisi yang melekat di kalangan umat Islam di Indonesia.

Ternyata tradisi ini tidak semata kegiatan seremonial tahunan saja, namun memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Lantas seperti apa makna dan filosofi tradisi syawalan? Berikut ini penjelasan mengenai makna dan filosofi Syawalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Filosofi Syawalan

Ternyata terdapat beberapa macam filosofi dalam tradisi Syawalan. Berikut ini filosofi Syawalan, dikutip detikJateng dari Kalurahan Dengok dalam laman resminya desadengok.gunungkidulkab.go.id, Kamis (27/4/2023).

  1. Pertama, ajang saling memaafkan
    Momen Syawalan menjadi waktu yang tepat untuk saling memberi dan meminta maaf atas segala bentuk kesalahan yang telah dilakukan. Meski tidak harus di bulan Syawal kita masih tetap bisa untuk saling berjabat tangan dan meminta maaf secara tulus serta ikhlas, maka kesalahan kita terhadap sesama akan luntur dengan sendirinya.
  2. Kedua, media bersilaturahmi
    Ketika saling bermaaf-maafan, maka silaturahmi dengan sanak saudara, tetangga, maupun teman akan terbentuk dan semakin erat terjalin. Apalagi apabila momen tersebut dapat dikemas dengan cara yang menarik dan kreatif, peluang untuk berjumpa dengan kenalan baru atau mengakrabkan hubungan dengan tetangga akan semakin terbuka lebar. Tentu saja dengan harapan akan terbangun hubungan yang positif.
  3. Ketiga, berbagi rezeki
    Tidak sebatas untuk saling memberi dan meminta maaf saja, namun Syawalan menjadi waktu yang tepat untuk saling berbagi rizki dengan tetangga yang kurang mampu. Bahkan di sejumlah masjid di Jawa Timur mengadakan acara kupatan dengan mengundang warga masyarakat dari berbagai kalangan. Pada umumnya acara ini diselenggarakan pada hari ke-7 di bulan Syawal.
  4. Keempat, bertukar informasi dan koordinasi
    Tidak jarang momen Syawalan dijadikan media untuk saling bertukar informasi dengan anggota keluarga. Berbagai informasi dapat saling bertukar di momen ini, misalnya mengenai peluang kerja yang mungkin saja dibutuhkan oleh anggota keluarga yang sedang mencari pekerjaan.

Dalam lingkungan yang lebih luas di keluarga besar, Syawalan juga dimanfaatkan untuk berkoordinasi sesama anggota keluarga. Misalnya jadwal dalam merawat orang tua, acara berkumpul pada momen tertentu, maupun menentukan tugas anggota keluarga dalam menjaga warisan dari orang tua.

ADVERTISEMENT

Kapan Syawalan

Selaras dengan namanya tradisi syawalan dilaksanakan ketika bulan Syawal. Pada umumnya masyarakat Indonesia menyelenggarakan syawalan H+7 dari hari raya Idul Fitri. Tradisi ini juga akrab dikenal dengan istilah lebaran ketupat yang berarti bentuk menyucikan diri atau menghapus dosa-dosa yang berhubungan dengan sesama manusia. Dalam momen ini masyarakat Indonesia akan saling berkunjung ke rumah sanak saudara atau teman untuk saling meminta dan memberi maaf.

Makna Halal Bihalal

Terdapat sejumlah aspek dapat digunakan untuk memahami makna dari halal bihalal. Sebagaimana penjelasan Prof. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran, dikutip detikJateng dari laman resmi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

  1. Pertama, dari aspek hukum fikih
    Kata halal yang oleh para ulama dipertentangkan dengan kata haram, kemudian apabila diucapkan dalam konteks halal bihalal maka dapat diartikan sebagai terbebasnya dosa. Sehingga dalam hukum fikih menjadikan sikap yang sebelumnya haram atau berdosa menjadi tidak berdosa atau halal apabila persyaratannya dapat terpenuhi, yakni secara lapang dada saling memaafkan satu sama lain.
  2. Kedua, aspek bahasa atau linguistik
    Istilah halal bermula dari kata halla atau halala yang memiliki bentuk dan makna sesuai dengan rangkaian kalimatnya. Makna-makna tersebut antara lain, menyelesaikan masalah, kesulitan, problem, atau mencairkan dan melepaskan ikatan yang telah membelenggu. Alhasil, apabila memahami kata halal bihalal berdasarkan tinjauan kebahasaan, maka kita akan memahami bahwa tujuan menyambung apa-apa yang telah terputus menjadi terintegrasi kembali. Hal tersebut dapat terwujud apabila para pelaku menjadikan halal bihalal sebagai cara untuk kembali menjalin silaturahmi guna saling memaafkan, sehingga akan menemukan hakikat Idul Fitri.
  3. Ketiga, aspek Al-Quran
    Halal yang harus diwujudkan adalah halal yang baik atau tayyib, sehingga dapat menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Quran menuntut manusia untuk senantiasa melakukan aktivitas yang bermanfaat, baik, dan juga harus mampu untuk menyenangkan orang lain. Ini lah salah satu penyebab mengapa Al-Quran tidak sebatas memerintahkan untuk saling memaafkan, namun juga harus berbuat baik kepada orang yang telah berbuat kesalahan kepada kita.

Demikian penjelasan mengenai filosofi Syawalan. Semoga bermanfaat ya, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(rih/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads