Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Pengapon, Kota Semarang, akan kembali dikaji terkait Buffer Zone karena lokasinya yang dekat rumah warga. Hal itu sempat disebut oleh Menteri BUMN Erick Thohir usai tragedi TBBM Plumpang beberapa waktu lalu.
Integrated Terminal Semarang atau TBBM Pertamina berada di Jalan Pengapon dan bersebelahan dengan kampung warga di RW 2 Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur. Pembatasnya pagar kawat. Ada jarak beberapa meter dari tangki ke pagar dan sekitar 7-10 meter antara pagar ke rumah warga yang di sela jalan umum.
Dari rumah warga terlihat jelas deretan tangki di dalam TBBM Pengapon. Meski demikian warga sudah terbiasa dengan suasana dan kondisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sempat ada kekhawatiran ketika TBBM Plumpang terbakar dan mengenai rumah warga di sekitarnya beberapa waktu lalu.
"Kalau perasaan khawatir itu ada. Karena kejadian ada di wilayah lain, rasa khawatir itu tidak berlebihan. Kami tetap meminta masyarakat lebih waspada dan menjaga wilayahnya," kata ketua RW setempat, Supriyantoko di rumahnya, Selasa (14/3/2023) malam.
Puluhan tahun tinggal di sana, Supriyantoko mengatakan rumah warga sudah berstatus SHM dan warga menyadari risiko tinggal di dekat Depo Pertamina. Beberapa larangan ada di kampung tersebut, termasuk menyalakan kembang api.
![]() |
"Kalau larangan ada, untuk jaga keamanan. Salah satunya jelang lebaran dilarang menyalakan petasan atau kembang api. Kami juga siap membantu mengimbau masyarakat. Kalau masih ada yang menyalakan bakal ada petugas keamanan yang datang memberi tahu," jelasnya.
Ia juga menjelaskan sebenarnya sudah pernah ada upaya relokasi lebih dari 10 tahun lalu. Pengukuran dilakukan dengan jarak 50 meter dari pagar kawat pembatas. Warga juga sudah membentuk tim untuk mengurusi hal itu.
"Kalau sebelumnya pernah ada (upaya relokasi), mungkin 10 tahun lalu. Katanya akan ada pelebaran dari Pertamina, jaraknya 50 meter dari pagar, sudah pernah diukur. Kami juga sudah membentuk tim perwakilan masyarakat. Kalau ada pertanyaan tentang relokasi sudah ada satu pintu. Tapi tidak ada kelanjutannya, hilang begitu saja, tidak ada informasi juga dari Pertamina," jelas Supriyantoko.
"Kalau memang direlokasi, ya kita dimanusiakan, kalau istilah presiden yang sekarang kan ganti untung," imbuhnya.
Seingat Supriyantoko, dulu jarak tangki dengan rumah warga sudah cukup jauh. Namun jumlah tangki bertambah dan ukurannya membesar.
"Mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ya, jadinya bertambah dan makin besar tangkinya," katanya.
Supriyantoko menyebut pernah terjadi kebakaran di TBBM Pengapon sekitar tahun 70-an, namun saat itu dia masih kecil.
![]() |
Ketua RT 2 RW 2 Kelurahan Kemijen, Sukamto (70) juga mengatakan hal serupa. Saat itu TBBM di Pengapon memang belum seketat sekarang keamanannya. Namun peristiwa kebakaran itu tidak sampai ke rumah warga.
"Tahun 70-an seingat saya itu pernah terjadi kebakaran. Tapi tidak besar seperti di Jakarta. Dulu deponya tidak sebesar ini. Saya masih ingat waktu kecil masih bisa numpang mandi di sana," ujar Sukamto.
Sementara itu salah satu warga yang rumahnya menghadap TBBM Pertamina Semarang, Siti mengatakan ada rasa khawatir setelah kejadian di Plumpang. Namun dia berusaha tetap nyaman karena sudah puluhan tahun hidup bersama suaminya di sana.
"Ada kekhawatiran tapi sudah terbiasa. Kalau memang mau ada relokasi ya kalau semua mau tidak apa-apa," ujar Siti.
Halaman selanjutnya, penjelasan Pertamina.
Sementara itu Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengatakan kajian terkait buffer zone sedang dilakukan. Meski demikian belum ada bahasan soal relokasi karena menunggu hasil kajian tersebut.
"Saat ini Pertamina lakukan kajian terkait buffer zone. Harapannya kajian tersebut jadi acuan. Kita tunggu kajian Pertamina pusat," jelas Brasto.
Ia menjelaskan kajian dilakukan untuk seluruh TBBM di wilayahnya baik di Pengapon, Tegal, Rewulu Bantul, Boyolali, Cepu, dan Cilacap. Brasto menyebut standar keamanan di TBBM sudah sangat ketat dengan adanya pemadam kebakaran, Apar, kolam dan lainnya.
"Kalau aturan buffer zone standarnya 25-40 meter dari jarak tangki. Di sini sekitar 41 meter," jelasnya.
![]() |
Diberitakan sebelumnya, dikutip dari detikNews, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, akan dipindah ke tanah milik Pelindo pascatragedi yang menyebabkan banyak korban jiwa.
"Kilang akan pindah ke tanah Pelindo. Kita sudah koordinasi dengan Pelindo itu lahannya akan siap dibangun akhir 2024. Pembangunan memerlukan waktu 2-2,5 tahun, artinya masih ada waktu kurang lebih 3,5 tahun," kata Erick dalam keterangan video, Senin (6/2).
Selain itu Pertamina juga akan membuat Buffer Zone atau zona aman kurang lebih 50 meter di sekitar TBBM. Tidak hanya yang berlokasi di Plumpang, melainkan juga di lokasi lainnya.
"Tidak hanya tentu di Plumpang, tapi ada di Balongan ataupun Semarang. Khususnya yang di Plumpang kurang lebih jaraknya 50 meter dari pagar. Tentu ini menjadi solusi bersama yang kita harap dukungan pemerintah daerah dan juga tentu masyarakat karena keamanan menjadi prioritas kita semua," tuturnya.