Perkumpulan pendeta gereja di Maluku menemui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Puri Gedeh, Semarang, Minggu (11/9) sore. Pertemuan tersebut merupakan rangkaian studi banding yang perkumpulan pendeta Maluku lakukan ke Jawa Tengah.
Ketua Gereja Protestan Maluku Elifas Tomix Maspaitella mengatakan kegiatan studi banding dan pertemuan yang dilakukan oleh 75 pendeta dengan Ganjar dilakukan karena Ganjar dinilai memiliki pemikiran keagamaan yang berbeda untuk menyatukan perbedaan yang ada di masyarakat.
"Kami sebenarnya belajar dari model-model kepemimpinan seorang gubernur yang memimpin sebuah provinsi yang majemuk dan indek toleransinya sangat tinggi," ujar Elifas dalam keterangan tertulis, Senin (12/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Ganjar, para pendeta juga bertemu dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan akan ke sebuah pesantren di Salatiga untuk belajar kepemimpinan dan pendampingan umat beragama.
"Jadi kami merasa model yang seperti itu harus kami pahami setidaknya bagaimana merangkul yang berbeda pemahaman, dari gaya berpikir keagamaan yang mainstream dengan gaya berpikir yang lain supaya dia bisa terus direkatkan," ungkap Elifas.
Sementara itu, Ganjar mengatakan pertemuan dengan setiap tokoh agama adalah komitmen bersama-sama untuk merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan pengamalan nilai-nilai Pancasila di tengah perubahan dunia yang begitu cepat.
"Spirit yang luar biasa adalah bagaimana merawat NKRI, merawat nilai-nilai Pancasila dalam dinamika dunia yang luar biasa dalam perubahan dunia yang turbulens. Tapi tetap kita jaga nilai-nilai itu," katanya.
Ganjar menambahkan, setiap warga negara yang baik dan memiliki semangat toleransi serta kerukunan beragama yang tinggi pasti tidak menginginkan bangsanya terbelah karena perbedaan. Menurutnya, masyarakat beragama harus menerima setiap perbedaan yang ada agar tidak terjadi konflik horizontal.
"Spirit yang luar biasa adalah bagaimana merawat NKRI, merawat nilai-nilai Pancasila dalam dinamika dunia yang luar biasa dalam perubahan dunia yang turbulens. Tapi tetap kita jaga nilai-nilai itu," ucap Ganjar.
"Intinya tidak ada keikhlasan dari mereka kalo negara ini pecah, tak ada keikhlasan kalau terjadi konflik horizontal. Ini yang kemudian mereka serius belajar dan berkeliling ke banyak tempat," pungkasnya.
(akn/ega)