Banyak masyarakat yang saat ini membeli sapi untuk dipotong saat Idul Adha. Dalam kondisi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ini, perlu ketelitian untuk memilih sapi yang benar-benar sehat.
Selain itu, bobot ternak juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan saat membeli sapi. Selain menjadi penentu harga, ukuran serta bobot ternak akan menentukan jumlah daging yang akan dihasilkan.
Sayangnya, tidak semua pedagang sapi memiliki timbangan. Sehingga, pembeli hanya bisa menduga-duga bobot dari sapi yang dibelinya.
Dikutip dari laman disnak.jatimprov.go.id, sebenarnya ada teknik yang bisa digunakan untuk mengukur bobot sapi tanpa memerlukan timbangan. Meski hanya berupa perkiraan, namun penghitungan ini tidak akan selisih terlalu jauh dengan bobot yang sebenarnya.
Pada dasarnya, tubuh seekor sapi menyerupai sebuah tabung. Hal ini membuat cara menghitung bobot sapi juga akan menggunakan rumus-rumus untuk menghitung volume tabung.
Terdapat teori yang digunakan untuk menghitung bobot sapi hidup tanpa timbangan, di antaranya:
Menghitung Bobot Sapi Hidup dengan Teori Schoorl
Schoorl menemukan rumus untuk menghitung bobot sapi hidup. Penghitungan itu tidak memerlukan timbangan. Namun, lingkar dada (LD) sapi hidup itu harus diukur menggunakan meteran.
Rumus yang dia gunakan adalah LD (dalam satuan sentimeter) ditambah 22 kemudian dikuadratkan. Hasilnya kemudian dibagi dengan angka 100. Hasil dari penghitungan itu menunjukkan perkiraan bobot sapi hidup dalam satuan kilogram.
Menghitung Bobot Sapi Hidup dengan Teori Scheiffer
Scheiffer menggunakan cara yang berbeda. Untuk mengetahui perkiraan bobot sapi hidup, perlu dihitung lebar dada dan panjang sapi.
Rumusnya adalah lingkar dada (dalam satuan sentimeter) dikuadratkan kemudian dikalikan panjang badan (sentimeter). Hasilnya kemudian dibagi dengan bilangan 10.840. Hasil dari penghitungan itu menunjukkan perkiraan bobot sapi hidup dalam satuan kilogram.
Adapun sejumlah peneliti menganggap Teori Scheiffer lebih akurat dibanding Teori Schoorl. Dalam beberapa uji coba, tingkat kesalahan dari penghitungan tersebut di bawah 10 persen.
Simak Video "Video: Inilah Apless, Sapi Mojokerto yang Doyan Ngopi"
(ahr/ams)