Bicaranya lugas, khas prajurit TNI. Namun bukan berarti kaku. Selalu saja dia pandai menyelipkan guyonan-guyonan segar sehingga suasana pembicaraan terasa cair dan nyaman. Ketika sudah memulai paparan, terlihat bahwa dia seorang perwira tentara yang memiliki gagasan, perencanaan matang serta berkemampuan menarik simpati dari lawan bicaranya.
Ketika menjabat sebagai Danrem 074/Warastratama di Solo, dia terpilih sebagai Danrem terbaik dalam bidang Upaya Khusus (Upsus) Ketahanan Pangan Tingkat Nasional tahun 2016.
"Tidak ada yang istimewa, artinya saya hanya menjalankan apa yang menjadi doktrin kerja tentara yang telah saya hayati dan mendarah daging selama puluhan tahun bertugas. Doktrin itu adalah 'rencanakan, siapkan, laksanakan, evaluasi'. Dari evaluasi dilakukan, kerja berikutnya juga dengan tahapan 'rencanakan, siapkan, laksanakan, evaluasi'. Begitu seterusnya. Kalau kita menghayati doktrin itu maka semua tugas yang kita jalankan akan lebih terasa mudah dan terukur hasilnya," demikian disampaikan Maruli kepada detikJateng, beberapa saat setelah menerima penghargaan tersebut.
Perhatian pada dunia pertanian, kata Maruli, sebetulnya sudah dilakukannya ketika masih bertugas di kesatuan. Perwira yang dibesarkan di lingkungan Kopassus tersebut sering mengamati dan berbincang langsung dengan para petani ketika sedang melakukan tugas di pedesaan. Saat itu Maruli mulai memikirkan bahwa ada yang kurang dalam hal intensifikasi budi daya pertanian. Selain itu dia juga melihat banyak lahan-lahan tidak ditanami karena berbagai faktor.
"Ketika diberi amanah sebagai Danrem, apa yang saya pikirkan sejak lama itu mulai saya terapkan di lapangan. Saya diberi kewenangan untuk membuat kebijakan, itu harus saya manfaatkan. Apalagi dengan posisi itu saya merasa punya keleluasaan dan kesempatan bisa bertemu dengan banyak pihak untuk mewujudkan gagasan itu. Saya berusaha menjadi penghubung antara para kepala daerah, pimpinan BUMN, pengusaha, orang-orang berkecukupan, hingga warga masyarakat khususnya para petani," kata dia saat itu.
Hobi motor lintas alam, ternyata sangat membantunya mewujudkan gagasannya. Maruli bisa lebih sering berada di desa-desa terpencil di kawasan aglomerasi Solo Raya yang terdiri dari enam kabupaten dan satu kota, untuk melihat dan mendengar langsung keluhan petani dalam menggarap lahan pertaniannya.
Sebagai contoh, kondisi geografis di Wonogiri misalnya, adalah kontur tanah yang bergunung-gunung dan kering. Lokasi lahan pertanian warga sebagian besar berada di ketinggian yang tak ada sumber air. Padahal sebenarnya tersedia sumber air melimpah dari anak-anak sungai di kawasan lembah. Karena itu, sebagian besar pertanian di Wonogiri bersifat tadah hujan.
Kondisi tersebut mendapat khusus perhatiannya. Jajaran Korem diperintahkan kerja bahu-membahu dengan warga setempat untuk membangun dam atau bendungan kecil, selain juga membuat embung-embung untuk cadangan air di waktu kemarau. Selanjutnya air dari bendungan itu dinaikkan dengan pompa hidrolik untuk mengairi lahan pertanian warga di kawasan bukit. Dananya didapat dari corporate social responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan atau dari donatur pribadi.
Selanjutnya pemanfaatan dan perawatannya diserahkan kepada warga pengguna dan tentunya selalu didampingi Babinsa. Hingga saat ini Korem 074/Warastratama bersama warga telah berhasil membangun 17 buah bendung, 6 buah tanggul, dan 3 buah embung. Kesemuanya tersebar di sejumlah desa di Wonogiri, Klaten dan Sukoharjo.
"Kami hanya menghubungkan dan memotivasi. Warga semakin percaya bahwa ada yang peduli dan mendampingi. Bahkan sekarang kalau ada tanggul longsor saja, lapornya kepada kami. Dalam keyakinan saya, selama ada niatan baik ketika kita melaksanakan sebuah pekerjaan maka tangan Tuhan akan membantu. Saya yakin sepenuhnya dengan itu. Saya ingin menunjukkan bahwa kita mampu. Di padang pasir saja orang bisa berkebun, kok kita yang punya lahan subur dan melimpah air seperti ini cuma bisa bergantung pada tadah hujan," tegasnya.
Dia menyontohkan bendung kecil yang dibangun TNI bersama warga di Dusun Kalibang, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri. Bendung sepanjang 13 meter dengan kedalaman 3 meter itu membendung aliran Sungai Gothel, salah satu anak sungai Bangawan Solo. Air yang dipompa naik sejauh 400 meter dengan ketinggian vertikal 40 meter, mampu mengairi lahan pertanian seluas 40 hektare. Jika semula petani hanya bisa menanam padi sekali dalam setahun, sekarang bisa tiga kali setahun karena tak lagi tergantung pada curah hujan.
Tidak cuma melulu pada produk tanaman pangan, Maruli juga mulai memperhatikan dan membuat pemetaan lahan-lahan kosong warga. Dia memikirkan untuk tanaman produksi yang mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan laku dijual di pasaran. Dia juga melakukan survei dan pendekatan untuk pemasaran hasilnya.
"Hasil dari pengkajian kami adalah menanam pepaya. Bukan sembarang pepaya, karena dari pengamatan banyak buah pepaya warga tak laku di pasar disebabkan mutunya kurang layak. Pilihan kami adalah pepaya california. Jenis ini mudah tumbuh di lahan kering, cepat berbuah dan kualitasnya bagus. Kami menanam sebanyak 50 ribu bibit, kita bagikan gratis kepada warga. Dari jumlah itu yang bisa kami pantau hingga saat ini mencapai 30 ribu pohon. Selebihnya mungkin mati atau ditanam di lahan-lahan terpisah milik warga di pekarangan. Saat ini warga mulai memanen hasilnya. Pembeli juga sudah ada," paparnya bersemangat.
Selain itu pembibitan tanaman produktif lainnya adalah 1,3 juta bibit pohon sengon, 20 ribu bibit pohon pisang, 5 ribu bibit pohon sirsak, 5 ribu bibit pohon jambu kristal, 5 ribu bibit pohon durian jenis musang king, serta 3 ribu bibit pohon srikaya. Kesemuanya dibagikan secara cuma-cuma kepada warga untuk ditanam di lahan yang selama ini dibiarkan kosong.
"Kami terus melakukan pendekatan, karena kuncinya adalah menumbuhkan kemauan warga untuk menamam dan memelihara. Toh hasilnya nanti juga untuk mereka sendiri, kami tidak meminta keuntungannya sepeserpun. Khusus untuk pohon sengon, kami juga menghubungkan dengan asosiasi produsen barcore agar nantinya bisa dibeli. Selanjutnya biar para pengusaha itu sendiri melakukan transaksi dengan petani penanam. Kalau nantinya petani tergerak untuk menanam lagi dengan bibit sendiri, itu yang kami harapkan," lanjutnya.
(mbr/aku)