Sejarah memberikan wawasan yang tak ada habisnya. Barang-barang peninggalan masa lalu selalu menarik perhatian publik. Koleksi ini, misalnya, terdapat di Museum Sri Baduga.
Museum Sri Baduga memiliki koleksi dari tengkorak, barang-barang budaya Jawa Barat, hingga fosil. Koleksi yang beragam menjadikan museum ini tujuan yang cocok untuk rekreasi edukatif dan penambahan wawasan sejarah.
Museum Sri Baduga dikelola Kementerian Kebudayaan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, waktu kunjungan dimulai dari pukul 08.00 hingga 15.30 WIB. Museum ini umumnya tutup pada hari Senin dan hari libur nasional untuk keperluan perawatan koleksi. Namun, pengelola sewaktu-waktu dapat melakukan penyesuaian terhadap jadwal kunjungan.
Museum yang terletak di Jalan BKR Nomor 185, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung ini memiliki sejumlah fungsi dan peran, utamanya menjadi sarana pelestarian dan penyajian benda budaya Jawa Barat. Museum memamerkan berbagai benda budaya seperti baju adat pengantin dan koleksi mata uang yang pernah digunakan pada masa kerajaan.
Menjelang hari Natal dan Tahun Baru, jumlah pengunjung Museum Sri Baduga relatif normal. Letak Museum Sri Baduga relatif jauh dari pusat tujuan wisata utama di Kota Bandung. Namun, pengunjung di museum ini tetap bisa merasakan nilai rekreasi dan edukasi, salah satunya Aini.
Aini berkunjung ke museum bersama suami dan anaknya. Aini merasa senang dengan koleksi di Museum Sri Baduga dan fasilitas disabilitas yang mendukung.
"Kami ke sini saat melintas dan tempat ini bagus untuk anak-anak. Ada fasilitas musala, dan tangga untuk disabilitas juga sangat mendukung," ujar Aini.
Selain koleksi sejarah, di samping area utama museum, terdapat panggung kecil tempat beberapa rombongan anak sekolah sedang berlatih kesenian. Hal itu tentu menambah keunikan dari Museum Sri Baduga ini.
Awalnya, museum ini dibangun pada tahun 1974 dengan memanfaatkan bangunan bekas kantor Kawedanan Tegallega. Museum ini diresmikan sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat pada 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Dr Daoed Joesoef.
Nama Sri Baduga diambil dari gelar seorang raja besar Kerajaan Sunda, Sri Baduga Maharaja, yang dikenal dalam prasasti Batutulis, dan kemudian ditetapkan secara formal melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 4 April 1990.
Walaupun Museum Sri Baduga merupakan institusi yang telah lama berdiri, museum ini jarang menjadi sorotan tujuan wisata sejarah di Kota Bandung.
Salah satu faktor adalah lokasinya yang jauh dari pusat hiburan dan publikasi yang kurang. Pengunjung dapat datang ke museum secara langsung, tetapi jika kunjungan grup dengan jumlah yang relatif banyak diwajibkan untuk melakukan reservasi melalui nomor WhatsApp Museum yang tertera di situs resmi atau akun Instagram mereka.
(sud/sud)