Hanya terpisah jarak beberapa ratus meter, dua lorong waktu yang ikonik siap menyambut wisatawan di jantung Kota Bandung pada libur panjang akhir tahun ini.
Di satu sisi, Museum Pos Indonesia di Jalan Cilaki menawarkan nuansa vintage lewat ribuan prangko dan surat kuno. Sementara di seberangnya, Museum Gedung Sate menyuguhkan kecanggihan Augmented Reality (AR) dan wisata sejarah berbasis digital.
Perpaduan nuansa vintage dan modern di kawasan ini menjadi magnet tersendiri bagi Anda yang ingin melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kemacetan kota pada libur panjang akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi wisatawan yang mencari alternatif liburan akhir tahun yang ramah kantong, namun, kaya wawasan, kawasan ini menawarkan paket wisata sejarah terintegrasi yang sayang untuk dilewatkan.
Pesona Gedung Sate dan Teknologi Digital
Museum Gedung Sate, yang terletak di bagian sayap gedung pemerintahan Jawa Barat, menawarkan pengalaman menarik. Pengunjung diajak berinteraksi dengan sejarah melalui teknologi.
Dery Reizky Pratama, edukator Museum Gedung Sate, menjelaskan bahwa museum tersebut memiliki daya tarik utama berupa wahana interaktif. Pengunjung dapat menikmati Interactive Glass, Architarium, hingga Augmented Reality (AR) yang membuat pengunjung seolah-olah berada di masa pembangunan Gedung Sate.
"Di sini kami menceritakan tentang Gedung Satenya, terus menceritakan tentang arsitekturnya... baru ke audio visual," ungkap Dery.
Museum Gedung Sate yang modern Foto: Shifa Lupiah Ajijah/detikJabar |
Aa Suhendra (36), seorang wisatawan asal Serang, Banten, mengakui kecanggihan ini. Datang bersama istri dan ketiga anaknya, ia merasa pengalaman tersebut sangat sepadan dengan harga tiket yang sangat terjangkau.
"Sangat terjangkau ya, Rp5.000 untuk pemeliharaan dan lain-lain," ujar Suhendra yang sengaja berlibur ke Bandung untuk mengenalkan sejarah kepada anak-anaknya.
Kapasitas maksimal per sesi di museum ini dibatasi hanya untuk 100 orang. Dalam satu hari, museum ini maksimal menampung 1.000 pengunjung dengan pengaturan waktu yang cukup ketat.
Melipir ke Museum Pos: Lorong Waktu yang Tenang
Hanya dengan berjalan kaki beberapa menit dari Gedung Sate, wisatawan dapat beralih ke suasana yang berbeda di Museum Pos Indonesia. Jika Gedung Sate penuh dengan layar sentuh, Museum Pos menawarkan nostalgia fisik yang kental dengan suasana yang hening.
Berada di basement Pos Indonesia, pengunjung dapat melihat berbagai jenis mesin tik, surat kuno, ribuan prangko dari berbagai dunia, hingga perjalanan pos di Indonesia dari masa ke masa.
Cici Rani (31), pengunjung asal Bandung, memilih museum ini sebagai sarana edukasi bagi anak. Menurutnya, anak-anak zaman sekarang perlu mengenal alat komunikasi sebelum era ponsel pintar.
"Buat lebih memperkenalkan ke anak. Agar mereka tahu sejarah alat komunikasi, sebab sekarang sudah jarang yang menggunakan pos. Mereka jadi tahu, 'Oh ini lho mesin tik, oh dulu itu pakai ini'," ujar Cici.
Bis Surat Foto: Shifa Lupiah Ajijah/detikJabar |
Selain nilai edukasinya, Cici juga menyoroti kenyamanan museum yang gratis ini. Suasana yang adem dan tidak terlalu padat membuatnya menjadi destinasi yang cocok untuk keluarga.
Daya Tarik Bagi Generasi Z
Stereotip bahwa museum hanya diminati oleh orang tua atau sejarawan tampaknya mulai luntur. Generasi Z kini menjadikan museum sebagai destinasi jalan-jalan yang estetik sekaligus berwawasan.
Yayang (21), salah satu dari dua mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Jatinangor, sengaja datang untuk mencari pengalaman liburan yang berbeda.
"Aku tertarik sih dengan sejarah. Destinasi di Bandung itu kan banyak museumnya, ya. Menarik menurut aku," kata Yayang.
Tips Wisata Museum di Bandung
Agar liburan berjalan lancar, berikut beberapa tips yang harus diperhatikan:
- Cek Jadwal Operasional: Museum Gedung Sate buka hari Selasa-Minggu. Sedangkan Museum Pos Indonesia buka hari Senin-Jumat.
- Perhatikan Tanggal Merah: Umumnya museum libur pada tanggal merah, kecuali ada kebijakan khusus yang memungkinkan museum tetap buka.
- Rute Efektif: Wisatawan bisa memarkir kendaraan di satu titik lalu berjalan mengunjungi Museum Gedung Sate lalu dilanjutkan berjalan ke Museum Pos Indonesia.
- Lakukan reservasi: Untuk Anda yang datang lebih dari 10 orang dapat melakukan reservasi terlebih dahulu, guna menghindari antrean.
Libur panjang akhir tahun di Bandung tidak harus selalu tentang belanja atau kuliner. Menjelajahi lorong waktu di Museum Pos dan merasakan kecanggihan teknologi di Gedung Sate bisa menjadi alternatif wisata yang menyegarkan pikiran sekaligus memperkaya wawasan sejarah.
Penulis adalah peserta Maganghub Kemenaker
(yum/yum)












































