Viral Video Dukungan Wisata Gunung Salak, Warga Cidahu Geram

Siti Fatimah - detikJabar
Kamis, 18 Des 2025 19:30 WIB
Kondisi kawasan Gunung Salak yang diduga terjadi pembalakan liar (Foto: istimewa)
Sukabumi -

Video yang diunggah seorang konten kreator asal Sukabumi soal aktivitas wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menuai polemik. Konten tersebut memantik kemarahan warga Cidahu karena dinilai membuka ruang legitimasi aktivitas wisata di wilayah yang rawan kerusakan lingkungan.

Dalam video itu, sang kreator menampilkan kunjungan ke kawasan Gunung Salak Blok Cangkuang bersama sejumlah tokoh agama. Ia juga mengklaim adanya dukungan ulama terhadap pembukaan aktivitas wisata di lokasi tersebut. Padahal, kawasan itu tengah disorot karena berdekatan dengan area perusakan lahan dan dugaan penebangan pohon ilegal.

Kemunculan video tersebut membuat warga Cidahu resah. Mereka khawatir wilayahnya mengalami bencana lingkungan seperti yang pernah terjadi di sejumlah daerah di Sumatera dan Aceh.

Video tersebut diketahui diunggah pada Sabtu (13/12) dan langsung menuai reaksi keras dari warga. Namun, pada Minggu (14/12), video itu mendadak hilang dari akun konten kreator yang dikenal dengan nama Mang Kifli.

"Urang ekeur silaturahmi jeung para tokoh kiyai Cidahu-Cicurug, aya ti MUI, FKUB, Bani Adam aya, silaturahmina dimana? Di tanah enclave PT Kawah Ratu. Jadi para tokoh ulama sa-Cidahu Cicurug ngadukung ayana wisata di tanah ieu, aduh ieu tiis oge nyak," ucap Kifli dalam video tersebut.

Tim Advokasi Warga Cidahu Gunung Salak menilai pembukaan dan pengelolaan wisata di kawasan hutan serta perkebunan bertentangan dengan komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Menurut mereka, aktivitas tersebut tidak sejalan dengan Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 26/PM.05.02/PEREK tertanggal Maret 2025 tentang penghentian izin berusaha non-usaha dan pemanfaatan kawasan hutan dan perkebunan. Selain itu, juga bertentangan dengan Surat Edaran Gubernur Nomor 180.HUB.03.08.02/PERKIM yang diterbitkan pada Desember 2025.

"Pembukaan tempat wisata di kawasan hutan dan perkebunan jelas tidak sejalan, bahkan mencederai semangat Gubernur Jawa Barat dalam menjaga hutan," kata anggota Tim Advokasi Warga Cidahu, Rozak Daud, Kamis (18/12/2025).

Rozak juga menyoroti klaim dalam video yang menyebut lokasi wisata berada di atas tanah enclave. Ia menegaskan, pemahaman soal tanah enclave perlu diluruskan, baik dari sisi status hukum maupun peruntukannya.

"Tanah enclave dari bekas HGU pada prinsipnya diperuntukkan sebagai tanah cadangan negara, kepentingan umum, atau Tanah Objek Reforma Agraria bagi masyarakat yang memenuhi kriteria. Bukan untuk dikelola kembali oleh perusahaan baru sebagai tempat wisata," tegasnya.

Ia pun mendorong aparat penegak hukum dan instansi terkait untuk menelusuri lebih jauh legalitas aktivitas tersebut, termasuk soal perizinan dan pihak yang memfasilitasi pengelolaan wisata di kawasan itu.

"Perlu kejelasan perizinan, siapa yang memfasilitasi, serta kesesuaiannya dengan ketentuan pemanfaatan kawasan hutan dan perkebunan," ujarnya.

Sementara itu, tokoh warga Cidahu, Rohadi (50) juga menyayangkan klaim dukungan terhadap aktivitas wisata di Blok Cangkuang. Menurutnya, klaim tersebut tidak mencerminkan kondisi kerusakan hutan yang telah berlangsung lama di wilayah itu.

Ia mengungkapkan, di Blok Cangkuang, Kecamatan Cidahu, telah terjadi pembabatan lahan dan penebangan pohon secara masif. Termasuk pohon-pohon yang dahulu ditanam dalam program penghijauan oleh Menteri Pertanian Bustanil Arifin puluhan tahun silam.

"Penebangan ini sudah terjadi sejak lama. Pelakunya bukan pemilik pohon, melainkan pihak yang saat ini membuka wisata di Blok Cangkuang. Kami menduga tanpa izin," kata Rohadi.

Dalam dua tahun terakhir, lanjut Rohadi, kerusakan hutan semakin parah. Sejumlah pohon bernilai tinggi seperti manggong, damar, jengjeng, pasah, saninten, hingga puspa ditebang. Pohon pinus dan damar yang ditanam untuk penghijauan juga tak luput dari pembalakan.

Dampak kerusakan tersebut dirasakan langsung warga di tiga desa yang bergantung pada sumber air dari Blok Cangkuang, yakni Desa Cidahu, Jayabakti, dan Pondokaso. Debit air bersih menurun drastis, sementara kualitas air kian memburuk.

"Air yang dulu jernih, sekarang cepat keruh meski hujan ringan. Kolam penampungan yang biasanya penuh kini hanya terisi setengah," ujarnya.

Rohadi juga mengingatkan banjir bandang yang terjadi pada Oktober 2022 di kawasan Pondokaso akibat meluapnya Sungai Cibojong yang membawa lumpur dan material kayu. Sungai tersebut merupakan pertemuan aliran Sungai Cibogo dari Cidahu dan Sungai Cirasamala dari Cicurug yang berhulu di kawasan Gunung Salak dan melintasi Blok Cangkuang.

"Kekhawatiran warga makin besar karena akar-akar pohon yang dulu menahan air kini sudah membusuk dan tidak lagi berfungsi," katanya.

Ia menambahkan, sebelum pembalakan liar terjadi, kawasan tersebut dikelola melalui skema Hak Guna Usaha (HGU) dengan pengawasan ketat. Namun kini, kawasan terbuka tanpa pengawasan, akses jalan masuk ke dalam kawasan, dan vegetasi alami diduga digantikan lahan kosong untuk kepentingan komersialisasi.

"Dulu kawasan tertutup dan dijaga ketat. Sekarang gerbang HGU rusak dan kawasan terbuka," jelasnya.

Warga Cidahu yang bermukim di kaki Gunung Salak, khususnya RW 02, berharap pemerintah daerah hingga pusat segera turun tangan menghentikan kerusakan lingkungan tersebut.

"Kami berharap Gubernur Jawa Barat bisa melihat langsung kondisi ini. Kami hidup dalam bayang-bayang bencana," katanya.

Klarifikasi MUI Cidahu

Kepala Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Cidahu, KH. Moch Endang Sanaaul Ahza mengklarifikasi terkait keberadaannya dalam video tersebut. Dia membantah menyetujui dukungan kawasan Gunung Salak menjadi tempat wisata.

"Saya mengklarifikasi terkait video yang beredar yang diangkat oleh Mang Kifli creator dalam TikToknya terkait dugaan yang disampaikan Mang Kifli tersebut, yang narasi spontan bahwa ulama se-Cidahu Cicurug mendukung tempat rekreasi dan itu tidak benar," kata Endang dalam video yang diterima detikJabar.

Dia menyampaikan bahwa kedatangannya ke lokasi tersebut untuk bersilaturahmi dengan tokoh setempat. Menurutnya, video yang diambil oleh konten kreator tersebut bersifat spontanitas.

"Spontan Mang Kifli datang dan spontan membuat konten seperti itu, sekali lagi atas kegaduhannya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas nama pribadi saya dan juga atas nama MUI se-Kecamatan Cicurug," tutupnya.



Simak Video "Video: Polisi Tangkap 6 Tersangka Baru Kasus Penjualan Bayi ke Singapura"

(dir/dir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork