Goresan Trio Alumni ISBI Bikin Taman Sejarah Bandung Kini Berwarna-warni

Goresan Trio Alumni ISBI Bikin Taman Sejarah Bandung Kini Berwarna-warni

Rifat Alhamidi - detikJabar
Sabtu, 04 Okt 2025 14:31 WIB
Mural trio alumni ISBI yang bikin Taman Sejarah Bandung kini berwarna-warni
Mural trio alumni ISBI yang bikin Taman Sejarah Bandung kini berwarna-warni (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Di sore itu, jalanan Kota Bandung nampak ramai seperti biasanya. Orang-orang berlomba ingin pulang lebih awal ke rumah, lalu menikmati waktu bersama keluarga menjelang akhir pekan.

Namun di sudut Taman Sejarah, Kota Bandung, ada pemandangan berbeda dengan hari-hari biasa. Fendy Kartadisastra, Muis dan Farhan, nampak sibuk dengan kuasnya untuk menggambar sebuah mural pesanan Pemkot Bandung.

Di dinding seluas 11 X 6,5 meter itu, jari jemari Fendy cs nampak menari menggoyangkan kuas berlapis cat warna-warni. Kebetulan, trio alumnus Seni Rupa ISBI Bandung itu ditugaskan untuk membuat mural bergambar dengan tema visi-misi Farhan-Erwin, Bandung Utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita baru kerjain ini beberapa hari yang lalu dengan target 2 minggu sebelum HJKB (Hari Jadi Kota Bandung)," kata Fendy saat berbincang dengan detikJabar.

ADVERTISEMENT

Fendy dan dua juniornya ditugaskan menggambar sejumlah ikon Kota Bandung. Mulai dari Bandros, Stadion GBLA, Pendopo hingga Balai Kota Bandung dengan nuansa gambar visi-misi Farhan-Erwin, Bandung Utama.

Bagi Fendy cs, aktivitas membuat mural maupun grafiti sudah menjadi aktivitas biasa. Sejak kuliah, mereka memang kerap mengerjakan beberapa proyek pesanan dari seniornya untuk menambah uang jajan mereka saat jauh dari rumah.

"Project-an ini juga dari senior di kampus, karena kebetulan gambar terakhir itu 2020. Infonya mah seminggu yang lalu, dan targetnya dua minggu. Tapi beberapa hari juga udah beres lah gini mah," ucap pria asal Pangandaran tersebut.

Menutup perbincangannya dengan derikJabar, Fendy pun berbagi pandangan soal seni gambar yang selama ini justru kerap salah sasaran. Baginya, jika pemerintah daerah bisa lebih peka, bakat-bakat mereka yang kerap menggambar ini bisa disalurkan lebih tepat sasaran sehingga tidak mengganggu estetika kota.

"Menurut saya yah, mereka yang gini tuh udah bawaan. Pengen gambar, cuma ga ada media yang pas buat mereka," ungkapnya.

"Kalau ada medianya, bisa dikembangkan lagi karena itu kan bentuk kreativitas cuma salah tempat aja. Bener mereka lagi nyari jati diri, tapi kalau ada wadah lebih baik karena itu merupakan bakat juga. Enggak semua orang bisa," pungkasnya.




(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads