Gang Neglasari, tepatnya RT 02/ RW 02, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi padat oleh permukiman warga. Satu rumah dengan rumah lainnya menempel, tak ada sekat sama sekali.
Akses warga mengandalkan jalan yang cuma muat untuk dua motor saja, itupun mesti berhati-hati supaya tak saling bersenggolan. Jangan bayangkan ruang terbuka hijau buat ruang bermain dan berkumpul.
Namun tak ada yang menyangka, dari tengah-tengah padat permukiman itu, warganya justru menyulap segala keterbatasan menjadi kesempatan melalui kebun anggur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gang Neglasari kini dikenal sebagai kampung anggur. Buah dengan nama latin Vitis Vinifera L itu tumbuh subur di sepanjang gang. Daunnya rimbun merambat pada media tanam yang dibuat secara mandiri oleh warganya.
Ketika menjejakkan kaki di kampung itu, mata akan terfokus pada rambatan tanaman anggur membentuk lorong di sepanjang gang. Di tembok rumah warga, dihiasi mural warna-warni yang juga dibuat oleh penghuni kampung itu.
"Awalnya ini tahun 2023, berawal dari pengurus RT ingin bikin lingkungan di sini itu lebih rimbun, kemudian warganya punya kemandirian ekonomi," kata Titan Rochmutoarawan, salah satu penggagas Kampung Anggur..
Ketika semua warga sepakat dengan rencana pembentukan kampung anggur, lalu ditindaklanjuti dengan pengajuan permohonan bantuan anggaran ke Pemkot Cimahi. Memang, persetujuan bantuan anggaran itu cukup lama.
"Kita tunggu beberapa bulan sejak pertengahan tahun, baru ada kabar di akhir tahun 2023. Dari situ kita jalan lalu juga membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) yang isinya ibu-ibu dibantu bapak-bapak," kata Titan.
Tak cuma mengandalkan bantuan dari pemerintah, warga juga antusias patungan. Mereka lalu membeli bibi anggur untuk kemudian ditanam di gang dan di pekarangan rumah warga. Ada juga lahan kosong yang mereka sulap jadi 'markas pusat' kampung anggur, tempat warga sering berkumpul.
Mendongkrak Ekonomi dan Estetika
Lantas mengapa tanaman anggur yang dipilih? Ia menyebut anggur dinilai punya sisi ekonomi dan estetika yang lumayan tinggi ketimbang tanaman buah lainnya. Terlebih tujuan utamanya demi mendongkrak perekonomian warga.
"Ya minimal warga di sini tidak perlu memikirkan uang buat bayar air dan listrik. Kalau terus berkembang, tentu cita-citanya lebih dari itu," kata Tita.
Kemudian secara fungsi, tanaman anggur menambah nilai estetika pada lingkungan. Media tanamnya tak sebatas pot, polybag, atau di atas tanah. Namun bertumbuh dengan merambat pada tiang dan kawat sehingga bisa membentuk seperti lorong.
![]() |
"Tanaman ini bisa didesain, diatur seperti apa yang kita mau. Mudah juga kan, bisa di gang, pekarangan rumah sempit, dan hasilnya estetik. Kalau tanaman buah lain cenderung harus luas lahannya," kata Titan.
Saban hari, ia bersama warga lain yang terlibat dalam pengembangan kampung anggur rajin merawat tanaman. Seperti menyiram, memberikan pupuk, membersihkan daun kering, sampai akhirnya pada tahap memanen yang menjadi ritual kesukaan warga.
"Jadi setelah dipanen, bisa kita jual atau kita jual produk olahan. Kan bisa jadi keripik anggur, kalau jual buahnya sudah pasti ya. Kemudian kita sempat bikin eskrim anggur," ucap Titan.
Hingga kini sudah ada 40 jenis anggur yang ditanam di lorong gang dan pekarangan rumah warga. Kampung itu juga jadi percontohan bagaimana keterbatasan lahan bisa disiasati agar tetap produktif.
"Ada 40 jenis yang sudah dibuahkan, seperti jenis jupiter, ninel, gozV, akademik, tamaki, sansekerta, saphire. Rencananta memang akan dikembangkan buat 1 RW," terang Titan.
Simak Video "Video Wamen Ekraf soal Sertifikasi Promotor: Lagi Digodok "
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)