Rute Sepeda Ekstrem 'Tanjakan Langit' di Lembang yang Kini Kehilangan Sensasi

Rute Sepeda Ekstrem 'Tanjakan Langit' di Lembang yang Kini Kehilangan Sensasi

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 29 Sep 2024 14:31 WIB
Tanjakan Langit Lembang yang bentuknya sudah berubah
Tanjakan Langit Lembang yang bentuknya sudah berubah (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung Barat -

'Tanjakan Langit', di daerah Cijengkol, Desa Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sempat jadi primadona para penghobi sepeda di Bandung Raya.

Keistimewaan tanjakan tersebut karena konturnya yang menanjak curam dari sisi bawah, sementara dari sisi atas juga menurun sangat curam. Namun entah berapa kemiringan sudut tanjakan tersebut, sebab tak pernah ada yang mengukur dengan metodologi ilmiah.

Tanjakan yang menyambungkan Kampung Teropong Bintang, Desa Gudang Kahuripan, dengan Kampung Areng, Desa Lembang, itu punya ceruk yang adak dalam di bagian tengah. Bahkan untuk sekadar jalan kaki, pasti membuat ngos-ngosan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saban hari sejak beberapa tahun belakangan, tanjakan yang juga dikenal dengan nama Tanjakan Cijengkol itu dikerubuti pesepeda dari berbagai daerah. Mereka sengaja datang demi menjajal tanjakan tersebut.

Tanjakan Langit Lembang yang bentuknya sudah berubahTanjakan Langit Lembang yang bentuknya sudah berubah Foto: Whisnu Pradana

Namun kini ada yang berbeda dengan bentuk tanjakan tersebut. Jalan di bagian puncaknya, terutama sebelah kiri dari arah bawah yang terkenal sangat mendongak, sudah dibangun fondasi beton.

ADVERTISEMENT

Tapi di bagian atas, di tembok sebuah bangunan berwarna biru masih terlihat jejak ketenaran tanjakan langit itu, dengan tulisan 'Bintang Uphill Road, Taklukkan Tanjakannya Ceritain Rasanya'.

"Iya sekarang jalannya sudah dibangun, belum tahu buat apa nantinya. Cuma memang jadi lebih sempit," kata Yana, warga setempat saat berbincang dengan detikJabar, Minggu (29/9/2023).

Hal itu berimbas pada menurunnya kunjungan pesepeda ke wilayah tersebut. Sebab daerah Cijengkol mendadak ramai disatroni lantaran pesepeda penasaran menjajal tanjakan tersebut.

"Ya sekarang mah enggak terlalu ramai, cuma ada beberapa yang masih datang. Kagetnya pas datang karena sekarang jadi sempit tanjakannya," kata Yana yang sudah tinggal puluhan tahun di tempat tersebut.

Menurut Yana, tak ada larangan pesepeda datang ke tempat tersebut. Namun terkadang, mereka justru membahayakan. Contohnya, menyimpan sepeda sembarangan saat sedang beristirahat.

"Ya kalau buat warga, mau datang terus sepedahan ke sini silakan. Cuma jangan membahayakan, jadi parkir sepeda terus istirahat itu di pinggir. Kalau diam di tanjakan seperti dulu, kan bahaya. Kasihan mobil atau motor yang bawa barang dari bawah, kesulitan," kata Yana.

Kini tanjakan itu kembali seperti dulu. Hanya rutin dilintasi kendaraan warga yang beraktivitas. Seperti Yana, yang biasanya membawa kayu bakar dan hasil tani menuju pasar maupun ke rumahnya.

"Ya ini akses utama buat warga, meskipun curam. Kalau enggak lewat ini, ada jalan lain cuma mutar. Harus hati-hati kalau lewat sini. Tapi kalau warga kan sudah terbiasa, apalagi sekarang jalannya sudah mulus, diaspal swadaya warga," ujar Yana.




(tya/tey)


Hide Ads