Siprus yang Mencoba Bertahan Saat Eropa Ditinggalkan Turis

Siprus yang Mencoba Bertahan Saat Eropa Ditinggalkan Turis

Muhammad Lugas Pribady - detikJabar
Minggu, 08 Sep 2024 01:00 WIB
Submerged stone remains of the ancient harbor next of Amathus ancient city, in the eastern Mediterranean island of Cyprus, on Thursday, July 1, 2021. Lying just a few feet underwater a mere 200 feet off the coastline near the resort town of Limassol, this 2,400 year-old harbor said to be built Alexander the Greats successors will soon be Cyprus newest tourist attraction where adventurous holidaymakers could snorkel over its submerged stone remains. (AP Photo/Petros Karadjias)
Cyprus Tourism Ancient Harbor. Foto: AP/Petros Karadjias
Bandung -

Sejumlah negara di Eropa menghadapi situasi sulit. Tak sedikit turis yang membatalkan liburannya ke Eropa. Tapi, Siprus tak menyerah dengan kondisi demikian.

Mengutip dari detikTravel, krisis biaya hidup dan situasi ekonomi juga mempengaruhi penurunan sektor pariwisata. Situasi sedikit berbeda terjadi di negara Siprus yang terkenal dengan cuaca terbaik, pantai-pantai indah, dan banyak situs-situs kuno yang bersejarah.

Melansir The Mirror, Kamis (5/9/2024) wisatawan asal Inggris adalah pengunjung paling banyak ke negara itu. Lebih dari satu juta wisatawan Inggris terbang ke Siprus setiap tahunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Menteri Pariwisata Siprus, Kostas Koumis, mengatakan walaupun tahun ini mengalami 30.000 dengan kerugian ditaksir sekitar 30 juta Euro, tetapi menurutnya ekonomi Siprus masih aman dan tetap bertumbuh.

"Tidak bisa dipungkiri tahun ini merupakan tahun yang penuh dengan tantangan bagi sektor pariwisata di seluruh dunia. Situasi keuangan banyak negara di Eropa, penurunan daya beli serta sejumlah tantangan lain telah menimbulkan kekhawatiran para pemangku kepentingan terkait sekor ini," kata Kostas seperti yang dikutip The Mirror dari Express.

ADVERTISEMENT

"Meskipun demikian kinerja industri pariwisata Siprus tetap kuat dan sektor ini menunjukkan ketahanannya," jelas Kostas.

Kostas juga tak mengklaim peristiwa pembatalan ini karena adanya kebangkrutan salah satu tu operator yang ada di Jerman. Pembatalan kedatangan wisatawan ke Siprus itu menurut Kostas memang terdiri dari berbagai faktor sehingga keputusan tersebut para wisatawan ambil.

"Itu tidak benar, referensi tersebut adalah tentang kebangkrutan operator tur terbesar ketiga di Jerman yang tentu saja merupakan informasi yang menyedihkan bagi industri ini. Tetapi perlu disebutkan bahwa pangsa pasar operator tur di Siprus sangatlah kecil, operator tur hanya memiliki 30.000 pemesanan di Siprus per tahunnya jadi konsekuensi negatif bagi industri pariwisata Siprus sangat terbatas," terang Kostas.

Walaupun dilanda tantangan Siprus masih mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang luar biasa di tahun lalu dan hampir mencapai angka sebelum pandemi.

Dari laporan Manchester Evening News, jumlah wisatawan yang datang ke Siprus mendekati empat juta pada tahun 2019. Setelah anjlok menjadi 632 ribu pada tahun 2020, namun meningkat kembali dengan signifikan di tahun 2023 menjadi 3,8 juta.

Kostas optimis di akhir tahun ini banyak wisatawan berbondong-bondong datang ke Siprus dan harapan besar Kostas bagi industri pariwisata negaranya mampu terus berkembang lebih baik.

"Sektor pariwisata negara ini kembali berkembang pesat, mengalami kinerja bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya, dan tahun-tahun sebelum pandemi. Peningkatan jumlah wisatawan sebesar 2,4 persen telah tercatat untuk paruh pertama tahun ini, dan wisatawan Inggris meningkat 3,3 persen," tutupnya

Artikel ini telah tayang di detikTravel.

(wsw/sud)


Hide Ads