Biang Kerok Sepinya Pengunjung Hotel di Turki

Kabar Internasional

Biang Kerok Sepinya Pengunjung Hotel di Turki

Tim detikTravel - detikJabar
Senin, 29 Jul 2024 00:30 WIB
Ilustrasi kamar hotel
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Pattarisara Suvichanarakul)
Jakarta -

Hotel di Turki kini kosong melompong. Hal tersebut lantaran banyak warganya yang lebih memilih liburan ke luar negeri, salah satunya ke Yunani.

Dilansir detikTravel yang mengutip Euronews, warga Turki kompak pelesiran ke Yunani memanfaatkan skema visa baru yang diumumkan yaitu bisa liburan ke 10 pulau Yunani selama seminggu tanpa harus mengajukan akses penuh ke wilayah Schengen Uni Eropa.

Pulau-pulau dalam program visa semuanya terletak di dekat garis pantai Turki, termasuk Lesbos, Limnos, Chios, Samos, Leros, Kalymnos, Kos, Rhodes, Symi dan Kastellorizo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata, bukan itu faktor utamanya. Rupanya, inflasi yang terjadi di Turki membuat semua harga melambung tinggi, termasuk hotel.

"Sebenarnya, masalah ini dimulai tahun lalu ketika pemerintah Turki mengambil langkah-langkah untuk menekan mata uang asing," kata Kıvanç Meriç, ketua Dewan Perwakilan Regional Izmir dari Asosiasi Agen Perjalanan Turki (TÜRSAB).

ADVERTISEMENT

Inflasi melonjak hingga 75,4 persen pada bulan Mei, terutama didorong oleh kenaikan harga hotel, kafe, dan restoran.

"Hal ini menyebabkan nilai berlebihan terhadap lira Turki dalam kondisi inflasi," kata dia.

Meriç berkata bahwa hotel tidak menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan tapi justru untuk menekan biaya perawatan yang juga sama tinggi.

"Oleh karena itu, warga kita punya kesempatan pergi ke luar negeri dengan biaya lebih murah. Di dalam negeri, harga hotel masih tinggi."

Krisis ini tidak hanya berdampak pada perjalanan domestik di Turki.

"Saya harus mengatakan bahwa ada masalah serius dalam jumlah wisatawan asing di Turki juga," kata Meriç.

"Meskipun Turki berada di posisi terdepan di Eropa, khususnya di cekungan Mediterania, dengan layanan dan kualitas hotelnya, kini Turki telah kehilangan posisi ini karena lemahnya mata uang," dia menambahkan.

Biasanya akan sangat sulit untuk menemukan kamar hotel di resor liburan utama Turki pada bulan Juli atau Agustus.

Di destinasi populer di sepanjang pantai Aegean dan Mediterania, tingkat pekerjaan biasanya mencapai 90 hingga 95 persen. Namun tahun ini hotel-hotel tersebut beruntung jika tingkat okupansinya mencapai 80 persen.

Hotel-hotel ini juga tidak bisa bergantung pada musim sepi. Meskipun banyak destinasi Mediterania dikunjungi wisatawan dari Mei hingga Oktober, musim liburan di jauh lebih singkat.

"Sektor pariwisata Turki menghasilkan uang di musim ramai. Namun tidak pada bulan April, Mei, September dan Oktober," kata Meriç.

"Periode utama menghasilkan uang adalah pertengahan Juni hingga pertengahan September. Saat ini kita sudah memasuki pertengahan bulan Juli dan masih belum mencapai tingkat okupansi yang kita inginkan," ujar dia.

Biaya hotel bukan satu-satunya hal yang menghalangi wisatawan untuk datang. Tiket masuk ke situs arkeologi yang dikelola Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata juga melonjak harganya.

"Di Turki, biaya masuk untuk situs arkeologi dihitung dalam euro. Dulu bisa masuk ke kota kuno Efesus dengan biaya 15 euro, sekarang biayanya 40 euro," kata dia.

Akibatnya, wisata budaya jadi sekarat. Pelanggan wisata budaya, terutama wisatawan dari daerah jauh, sudah mulai memilih negara lain seperti Mesir.

Artikel ini telah tayang di detikTravel. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads