'Sunyi' Saat Musim Liburan di Objek Wisata Walini

Kabupaten Bandung

'Sunyi' Saat Musim Liburan di Objek Wisata Walini

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 09 Jul 2024 02:40 WIB
Kolam renang di objek wisata Walini, Kabupaten Bandung.
Kolam renang di objek wisata Walini, Kabupaten Bandung. (Foto: Istimewa)
Bandung -

Siswa sekolah tengah menjalani liburan kenaikan kelas. Namun hal itu tidak berjalan lurus dengan kunjungan objek wisata di Kabupaten Bandung.

Salah satunya adalah objek wisata Walini yang masih sepi pengunjung. Bahkan penurunan kunjungan tersebut jauh dibandingkan dengan saat libur kenaikan kelas tahun lalu.

"Iya libur sekolah sekarang kurang sekali kunjungannya. Ada penurunan sekitar 30 sampai 40 persen," ujar Humas Agro Wisata Walini, Suherman Rubiana, kepada detikJabar, Senin (8/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herman menduga penyebab penurunan kunjungan tersebut selepas adanya kecelakaan lalu lintas di Subang beberapa waktu lalu. Kata dia, setelah peristiwa tersebut ada peraturan sekolah untuk pelaksanaan study tour.

"Jadi dari Dinas Pendidikan sekarang ada peraturan nggak boleh study tour. Jadi banyak sekali tamu-tamu yang udah booking itu jadi batal," katanya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya objek wisata Walini kerap digunakan sekolah untuk pelaksanaan perpisahan atau study tour. Sehingga terdapat belasan sekolah yang membatalkan kunjungannya ke Walini.

"Iya ada yang udah booking, terus dibatalkan. Ada sekitar ada 12 rombongan yang batal, yang nggak ada izin dari dinasnya," jelasnya.

Herman mengaku mayoritas pengunjung objek wisatanya adalah berasal dari Jakarta. "Iya kebanyakan dari Jakarta. Mereka cancel aja. Jadi berdampak sekali lah ke wisata mah," ucapnya.

Objek wisata Walini memiliki pesona pemandangan alam dan air panas. Kemudian terdapat permainan anak hingga flying fox yang ada di tempat tersebut. Kemudian saat ini telah terdapat beberapa penginapan.

"Harga tiket masuk Rp 40 ribu untuk semua kolam. Kalau villa mah harganya dari Rp 800 ribu sampai Rp 1,5 juta. Jadi tergantung kapasitas, ada yang 4 orang, 6 orang, 8 sampai 10," bebernya.

Dia berharap dengan lesunya libur kali ini pemerintah bisa turut turun tangan. Selain itu, akses menuju ke objek wisata diharapkan bisa diperbesar lagi.

"Saya berharap kalau seandainya ada lagi kecelakaan, tapi bukan berharap. Kalau kita di pelaku wisata, itu sebenarnya kalau kecelakaan bis, bukan dilarang studi turnya, diperbaiki unit bisnya, pengecekannya, uji KIRnya. Jadi seolah-olah kalau kita jatuh di toilet, jadi dilarang BAB. Seharusnya toiletnya yang diperbaiki," kata Herman.

"Jadi harusnya dari perusahaan busnya diperhatikan sama dari yang uji di Dishubnya. Kan uji laik enggaknya itu yang mengeluarkan di Dishub, Dinas Perhubungan. Kalau udah gini, jadi sangat berdampak ke sektor wisata," pungkasnya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads