Jika mendengar kata Bandung, maka salah satu hal yang terlintas di benak detikers tentu adalah Jalan Braga. Yap, sejak kemunculannya di zaman Hindia Belanda hingga kini, Braga tak henti-hentinya menawarkan sejuta pesona kepada siapa saja yang mengunjunginya.
Bermula dari sebuah jalanan sepi nan sunyi, kawasan Braga lalu dirancang apik oleh pemerintahan kolonial menjadi kawasan perbelanjaan dan hiburan. Hingga pada akhirnya, hal tersebut menjadi tolak ukur pembangunan yang terus dilestarikan sebagai destinasi wisata di Kota Kembang.
Melalui perjalanan dan masa ke masa yang penuh nilai sejarah, jalan ini punya aneka ragam kisah menarik yang wajib untuk ditelusuri. Oleh karena itu, berikut sejumlah fakta unik tentang Jalan Braga yang berhasil dirangkum oleh detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Jalan Braga
![]() |
Melansir situs resmi Portal Informasi Indonesia, asal-usul pemberian nama 'Braga' nyatanya masih belum terpecahkan sampai detik ini. Ada yang terinspirasi dari nama penulis naskah drama, Theofila Braga, lalu dewa puisi dalam mitologi Jerman, Bragi, hingga minuman keras asal Rumania.
Terlepas akan hal itu, menurut jurnal Pemberdayaan Jalan Braga sebagai Kawasan Arsitektur Kolonial Tropis Bandung, perkembangan Braga erat kaitannya dengan penetapan 'Bandoeng' sebagai ibu kota residensi Priangan di tahun 1856 silam. Sehingga, perlahan-lahan kawasan ini mulai dibangun sejumlah gedung pertemuan yang menaungi para perkumpulan bangsa Eropa alias societeit.
Lebih lanjut, dalam e-book Mengembalikan Citra Kawasan Jalan Braga Bandung, di tahun 1910 Jalan Braga dirancang oleh pemerintahan kolonial menjadi pusat perbelanjaan bagi orang-orang Eropa di Hindia Belanda. Bahkan, kawasan ini disebut pula sebagai Het meest Europeesche Winkelstraat van Indië, atau kawasan pertokoan Eropa terkemuka di Hindia Belanda.
Lantas, Jalan Braga kemudian ramai diisi oleh pengusaha Belanda dengan membangun toko, bar, hingga tempat hiburan. Tak hanya menjadi trendsetter mode pakaian, pada tahun 1931 salah seorang anggota Komisi Loggemann, Ir. Thomas Karsten membuat Stadsvormings Ordonantie (SVO) yang memberi panduan perencanaan kota di Hindia Belanda. Bersama sejumlah profesor lainnya, ada sejumlah hal yang ingin ditata dari kawasan Braga, antara lain:
- Bangunan langsung berhadapan dengan tepi jalan, tanpa adanya halaman teras.
- Antara satu bangunan dengan bangunan lainnya harus saling berdampingan, tanpa ada ruang kosong sedikitpun.
- Ketinggian bangunan hanya 2 lantai, yakni lantai pertama untuk komersial dan halaman belakang dan lantai atas untuk hunian. Serta, bangunan harus memberi kesan yang selaras baik secara horizontal maupun vertikal.
- Lantai pertama dilengkapi pintu masuk dan dinding kaca etalage. Jendela kaca boven-licht untuk penerangan ruang dalam yang dilengkapi lubang ventilasi alami, alias gesloten bebouwing.
Tak berlangsung lama, masa kejayaan Braga seketika padam akibat situasi politik dunia yang bergejolak di tahun 1942 silam. Terlebih lagi, ketika Jepang memulai 'kisah'-nya di Tanah Air, kawasan ini seperti ditinggalkan hanya meninggalkan jejak-jejak bangunan bergaya Indische Style saja.
Bangunan Bersejarah di Braga
![]() |
Meski sempat sirna, Braga perlahan-lahan kembali bangkit usai ditetapkan sebagai historical district oleh Pemerintah Kota Bandung lewat Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2009. Bahkan, detikers masih bisa melihat bangunan-bangunan bersejarah khas Belanda yang tetap berdiri kokoh dan tak lekang oleh zaman.
Dari Jalan Asia-Afrika, terdapat Hotel Savoy Homann dan Gedung Merdeka yang menjadi saksi terjadinya Konferensi Asia-Afrika pertama di tahun 1955 silam. Lalu, ada pula Bioskop de Majestic dengan bentuk unik menyerupai kaleng biskuit. Serta, Sarinah Braga yang kini beralih fungsi menjadi tempat penginapan berkelas di Bandung.
Bergeser sedikit ke arah utara, terdapat Gedung Gas Negara hingga restoran Braga Permai eks Maison Bogerijen yang pernah menyajikan makanan istimewa bagi kaum Belanda. Terakhir, ada pula Gedung Bank Indonesia dan Gereja Katedral St. Petrus Bandung dengan menyimpan sejarah perkembangan umat Katolik di Kota Kembang.
Kuliner Legendaris di Braga
Meski kawasan Braga kini menjadi tempat hangout wajib para muda-mudi Bandung, nyatanya tempat ini bukan hanya menawarkan coffee shop atau galeri seni saja. Disini, ada beberapa pusat kuliner legendaris yang masih terus menjaga eksistensinya hingga kini. Berikut detikJabar hadirkan rekomendasinya:
Bacang Panas Braga
![]() |
Sudah ada sejak tahun 1980-an, Bacang Panas Braga menjadi kudapan yang pas saat malam hari. Berjualan di depan Bioskop de Majestic selepas Maghrib, di sini detikers bisa menikmati gurihnya bacang yang masih hangat dengan isi gajih atau tetelan daging sapi, hanya dengan Rp10.000.
Soto Pa Ento
Berada di seberang Gedung Landmark, kuliner yang sudah ada sejak tahun 1950 ini bisa menjadi alternatif berikutnya kulineran di Braga. Disini, detikers bisa menikmati semangkuk soto lezat dengan potongan daging sapi yang empuk. Buka setiap hari Senin-Sabtu pukul 08.00-15.00 WIB, Soto Pa Ento hanya dibanderol seharga Rp28.000 untuk seporsi soto dengan nasi dan Rp25.000 untuk sotonya saja.
Canary Bakery and Cafe
Bagi pecinta es krim, Canary Bakery and Cafe bisa menjadi alternatif untuk menikmati kudapan dingin ini yang sudah ada sejak tahun 1930-an. Apalagi, seluruh resep es krim maupun roti dibuat dari resep turun-temurun peninggalan zaman Belanda. Hanya dengan Rp22.000 saja, detikers bisa menikmati satu scoop es krim dengan nikmat.
Toko Kue Lakker
Jika ingin menikmati kudapan tradisional maupun luar negeri, detikers bisa melirik ke Toko Kue Lakker yang sudah hits sejak tahun 1986 silam. Disini, para pengunjung bisa menikmati satu kue andalannya yakni poffertjes atau pancake mini khas Belanda. Bahkan, ada pula minuman khas seperti bandrek, bajigur, hingga sekoteng.
Selain itu, detikers juga bisa membeli aneka kue disini sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang dari Kota Kembang.
Kopi Purnama
![]() |
Berlokasi di Jalan Alkateri Nomor 22, disini terdapat dua menu favorit yang bisa detikers nikmati yakni Roti Srikaya dan Kopi Susu yang dibuat dengan resep rahasia. Selain sudah berusia 94 tahun, harga makanan dan minuman Kopi Purnama terbilang ramah di kantong, yakni mulai dari Rp5.000-Rp47.000 saja.
Sweet Cantina
Terakhir, ada Sweet Cantina yang menjadi kedai es krim hits dan paling diincar oleh para wisatawan saat mengunjungi Braga. Memiliki banyak pilihan rasa seperti cokelat, mocca, stroberi, bubble gum, hingga marie regal, Sweet Cantina bisa detikers coba hanya dengan Rp18.000-Rp38.000.
(iqk/iqk)