Memahami Sejarah dan Budaya Sunda di Museum Sri Baduga Bandung

Memahami Sejarah dan Budaya Sunda di Museum Sri Baduga Bandung

Muhammad Hasanudin Zuhdi - detikJabar
Kamis, 12 Okt 2023 10:01 WIB
Museum Sri Baduga
Museum Sri Baduga Bandung (Foto: Muhammad Hasanudin Zuhdi).
Bandung -

Selain dikenal dengan pesona alamnya yang menakjubkan, Kota Bandung juga menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang tak kalah menarik. Peninggalan barang-barang bersejarah yang tak ternilai harganya di kota ini salah satunya berada pada Museum Sri Baduga.

Museum Sri Baduga adalah sebuah persembahan bagi pecinta sejarah dan budaya Sunda yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Dengan menghadirkan koleksi dan benda prasejarah yang sudah ada sejak zaman kerjaan kuno, museum ini memainkan peran penting dalam memahami akar-akar budaya Sunda yang mendalam.

detikJabar sempat mengunjungi museum ini untuk mencari tau jejak sejarah yang megah di balik pendirian museum yang sangat dihormati ini. Berikut ulasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Lengkap Pendirian Museum Sri Baduga

Berdasarkan informasi resmi dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, museum ini berdiri pada tahun 1974 atas gagasan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi.

Pada 5 Juni 1980, museum ini akhirnya diresmikan dengan nama Museum Negeri Provisi Jawa Barat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daoed Joesoef.

ADVERTISEMENT

Tahun 1990, terjadi perubahan nama kembali yang berubah menjadi Museum Sri Baduga. Pemberian nama Museum Sri Baduga, diambil dari nama seorang Raja Agung Kerajaan Sunda beragama Hindu yakni Prabu Siliwangi III yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji berdasarkan isi tulisan pada Prasasti Batutulis. Sri Baduga, memerintah Pakwan Pajajaran selama tahun 1482-1521 masehi.

Penamaan museum Sri Baduga ini, kemudian ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02223/0/1990 Tanggal 4 April 1990.

Museum Sri Baduga memiliki bentuk bangunan model tradisional khas Jawa Barat yaitu rumah panggung beratap suhunan panjang yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Museum ini berdiri di atas tanah seluas 8.030 m2 yang dulunya digunakan sebagai kantor Kawedanan Tegallega untuk mengurus urusan adminstrasi di Kota Bandung.

Pada tahun 2002, Museum Sri Baduga dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan pengumpulan, perawatan, penelitian, penyajian benda tinggalan sejarah alam, budaya Jawa Barat serta bimbingan edukatif kultural.

Awal tahun 2018, terjadi perubahan pada struktur organisasi pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Dimana, Museum Sri Baduga menjadi bagian dari UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat tepatnya di Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman.

Ragam Koleksi Museum Sri Baduga

Museum Sri Baduga memiliki koleksi yang mencakup berbagai jenis artefak, lukisan, dan benda-benda bersejarah yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Sunda. Di antara koleksi uniknya adalah pakaian tradisional Sunda, alat musik tradisional, senjata kuno, kerajinan tangan, ukiran kayu, dan lukisan-lukisan berharga.

Koleksi museum yang telah dihimpun hingga tahun 2017 berjumlah 6.979 buah. Koleksi tersebut dikelompokkan ke dalam 10 (sepuluh) klasifikasi, yaitu geologika/geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, seni rupa, keramologika, dan teknologika.

Menurut keterangan langsung dari Rizky Maulana selaku Seksi Kordinator Museum Sri Baduga, materi koleksi yang disajikan pada pameran tetap Museum Sri Baduga, ditata berdasarkan alur cerita (storyline) yang menggambarkan untaian perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat.

"Menempatkan sebuah koleksi di ruang pamer itu harus ada storyline-nya. Jadi tidak sembarang kita kunci disana, karena ada alurnya. Kayak di lantai 1 nanti nyeritain tentang apa, lantai 2 dan 3 apa begitu. Kalo misal kita nyimpen seenaknya, itu ada ahli suka negor yang lebih tau tentang koleksi nanti ditanya 'menempatkan topeng disini dasarnya apa?' Makanya kita harus udah siap dan ngadain kajian akademis bersama ahli dulu buat naruh koleksinya itu" jelasnya.

Fase-fase perjalanan sejarah tersebut dikelompokkan ke dalam tiga lantai dan beberapa koleksi khususnya prasasti ditata secara outdoor.

Lantai satu diawali dengan menampilkan beberapa koleksi sebagai pembuktian hadirnya Sri Baduga sebagai salah satu raja Pajajaran, sejarah alam (fosil hewan dan tumbuhan), profil manusia (fosil manusia purba), sejarah terbentuknya Jawa Barat dari sisi geografis dan budaya yang diawali dengan sistem religi masa Hindu Budha.

Museum Sri BadugaMuseum Sri Baduga Foto: Muhammad Hasanudin Zuhdi

Lantai dua melanjutkan sistem religi (Kong Hu Tsu, Kristen dan Islam), sistem pengetahuan, bahasa, sistem organisasi/kemasyarakatan, peralatan hidup, sistem mata pencaharian (pertanian dan perikanan), hingga busana pengantin di Jawa Barat dan seragam juragan tanah di masa kolonial.

Lantai tiga menampilkan materi koleksi yang berkaitan dengan mata pencaharian (perdagangan) teknologi, permainan tradisional anak Jawa Barat dan zona perkebunan. Salah satu koleksi lainya yaitu adanya alat musik kecapi berukuran besar dan berwarna emas yang dinamakan sebagai Kecapi Naga Maung. Terdapat juga koleksi senjata pustaka, lukisan, dan beberapa kain khas nusantara di balik ruang lain berpintu jeruji besi.

Jumlah dan Tujuan Kunjungan Museum Sri Baduga

Rizky Maulana mengungkap bahwasanya pengunjung Museum Sri Baduga dapat dirata-ratakan sebanyak 300-400 orang perharinya. Namun jika di hari favorit, pengunjung yang berdatangan bisa mencapai 700-800 orang setiap harinya.

"Pengunjung Sri Baduga itu, kita rata-ratakan saja seharinya 300-400 lah. Karena ada hari favoritnya, pengunjung yang datang di hari Selasa, Rabu, dan Kamis itu bisa sampai 700-800 perharinya. Tapi kan di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu kita paling Cuma ada 50," ucapnya.

Ia pun memberitahukan, bahwa para pengunjung yang berdatangan, dapat mempelajari sejarah dan budaya di Jawa Barat dari zaman ke zaman di museum ini.

"Pengunjung itu intinya, mereka tu kita bawa ke masa lalu tentang sejarah dan budaya khususnya Jawa Barat yang terwakili oleh 10 klasifikasi itu," tuturnya.

Wildan, salah satu pengunjung Museum Sri Baduga, mengatakan kepada detikJabar tentang tujuan dan kesan kunjungan dirinya bersama temannya ke museum ini.

"Alasannya karena saya kuliah di jurusan Sejarah Peradaban Islam, jadi kesini tu karena ada tugas riset barang-barang tradisional. Terus milih museum ini karena yang paling terjangkau lokasinya dan disini koleksinya lengkap banget ya dari lantai bawah kayak fosil-fosil. Tadi di lantai dua juga saya liat kayak ada alat-alat tradisional seperti cangkul, terus yang paling atas tu saya liat kayak alat musik tradisional, pokoknya disini mah komplet lah gitu" ucapnya.

"Ini kan pertama kali saya kesini ya, jadi kesan saya ya senenglah gitu karena di Bandung itu ada tempat museum yang komplet seperti ini gitu. Jadi bisa menambah juga wawasan bagi kita," lanjutnya.

Lokasi, Tiket Masuk dan Waktu Kunjungan Museum Sri Baduga

Museum Sri Baduga berada di Jl. BKR No.185, Pelindung Hewan, Kec. Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat 40243, yang bersebrangan dengan Taman Tegallega.

Untuk memasuki Museum Sri Baduga ini, pengunjung anak-anak akan dikenakan tiket seharga Rp2000, sedangkan orang dewasa sebesar Rp3000.

Museum ini dapat dikunjungi setiap hari Selasa-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB dan Sabtu-Minggu pukul 08.00-14.00 WIB. Untuk hari Senin, museum ini tutup karena harus melakukan perawatan pada setiap koleksi yang ada di ruang pameran.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads