Hikayat Rumah Tahanan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di Sukabumi

Hikayat Rumah Tahanan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 26 Des 2022 07:30 WIB
Rumah tahanan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di Sukabumi
Rumah tahanan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Sebuah rumah tua di Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi terlihat berdiri kokoh dengan warna nuansa kuning dan coklat. Di depannya terdapat pohon besar menjulang tinggi yang menutupi bagian depan rumah. Kendaraan berseliweran begitu saja tiada peduli dengan keberadaan rumah tersebut.

Bangunan bergaya twin-house kolonial ini cukup unik. Terlihat seperti satu rumah namun ternyata di dalamnya terdapat dinding pemisah yang bisa ditempati oleh dua keluarga berbeda.

Tak banyak yang mengetahui, rumah itu ternyata rumah tahanan pahlawan pendiri bangsa yaitu Mohammad Hatta alias Bung Hatta dan Sutan Sjahrir. Rumah itu dibangun pada tahun 1926.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bentuknya unik dan tampaknya sudah didesain khusus sebagai rumah tahanan. Mulanya rumah itu berwarna kuning dan biru, namun kemudian diubah menyesuaikan dengan komplek Setukpa Lemdiklat Polri menjadi kuning coklat.

Rumah dibagi dua dengan penyekat permanen dari tembok, deretan dapur yang berada di belakang rumah menjadi penghubung dua bagian rumah itu. Masing-masing bagian yang dipisahkan oleh sekat itu ditempati oleh Hatta dan Sjahrir. Sjahrir tinggal di rumah tahanan bersama ketiga anak angkatnya yaitu Lila, Mimi dan Ali dari Banda Neira.

ADVERTISEMENT

Kali ini, detikJabar akan mengulas sejarah rumah tahanan itu yang tentunya berkaitan erat dengan perjalanan perjuangan Bung Hatta dan Sjahrir.

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman Firmansyah mengatakan, perjalanan perjuangan mereka mulanya disatukan dalam sebuah organisasi mahasiswa di negeri Belanda. Duet maut itu berlanjut hingga lulus kuliah dan berjuang di tanah Hindia Belanda.

Singkat cerita, perlawanan mereka di tanah air berujung berulang kali ditangkap dan dipenjarakan. Mereka pernah dibuang ke tanah Papua tepatnya di Kabupaten Boven Digoel hingga ke Banda Neira.

Hingga akhirnya, menjelang keruntuhan Hindia Belanda mereka dikirim ke kompleks Sekolah Polisi (saat ini Setukpa Lemdiklat Polri) di Sukabumi, wilayah yang sejuk dengan suasana khas pegunungan.

"Pemindahan ke Sukabumi dilandasi kepanikan pasca gagalnya perundingan Selabintana (salah satu tempat di Kabupaten Sukabumi) sehingga akhirnya Jepang memutuskan untuk menyerang Hindia Belanda," kata Irman kepada detikJabar belum lama ini.

Irman menuturkan, mulanya mereka akan dikirim ke Australia agar pengaruhnya tidak dimanfaatkan oleh Jepang. Namun nasib berkata lain, Jepang sudah terlanjut masuk ke bagian utara Hindia Belanda.

"Penempatan di Sukabumi berlangsung menjelang Jepang masuk ke Jawa dan selesai tak lama sesudahnya. Durasinya singkat, kurang dari dua bulan, mulai dari 3 Februari 1942 hingga 22 Maret 1942," ungkapnya.

Sebelum menjadi rumah tahanan Hatta dan Sjahrir, rumah itu merupakan rumah dinas inspektur Belanda. Pada masanya rumah tersebut berada di paling ujung kompleks. Jalan tersebut kemudian menjadi jalan utama yang disebut Dr. Vogelweg (saat ini Jalan Bhayangkara).

Zaman semakin maju, saat ini di jalan tersebut sudah dipenuhi berbagai macam bangunan mulai dari rumah sakit Bhayangkara, perhotelan dan tempat perbelanjaan. Meski begitu, rumah tahanan itu tak berubah bentuk sejak awal pembangunan.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads