Nestapa Kusir Kuda Kuningan di Taman Kota

Fathnur Rohman - detikJabar
Sabtu, 17 Des 2022 16:30 WIB
Aktivitas kusir delman Puhun bersama kuda sandelnya (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar).
Kuningan -

Empat patung kuda berdiri kokoh di Taman Kota Kuningan, Jawa Barat. Satu di antaranya berwarna putih. Sedangkan tiga lainnya punya corak warna berbeda. Dari hitam, coklat, hingga keemasan.

Tepat di depan empat patung kuda itu terlihat sejumlah kusir tengah memarkirkan delmannya. Lengkap dengan kuda yang menjadi tumpuan hidup mereka.

Kamis (15/12/2022) sore, tidak banyak aktivitas yang mereka lakukan. Sebagian kusir nampak duduk manis di dalam delmannya. Sebagiannya lagi hanya mengusap-ngusap kuda kesayangannya.

Mereka bukannya malas untuk bekerja. Hanya saja saat itu tidak banyak pengunjung yang memakai jasanya. Pemandangan semacam ini agaknya cukup lazim di Taman Kota. Sebab, suasananya memang tak seramai di akhir pekan.

Dari kejauhan, seorang kusir delman yang cukup renta sedang sibuk mengendalikan laju kudanya. Sesekali ia terlihat menengok sekeliling memastikan tidak ada kendaraan lewat di jalurnya.

Kuda berwarna coklat dengan hiasan di kepala seketika berhenti di depan Taman Kota. Kusirnya mengenakan baju merah dan topi ala koboi turun dari delmannya.

Saat di hampiri detikJabar, kusir tersebut baru saja berangkat dari rumahnya dan siap mengantarkan penumpang berkeliling pusat kota. Namanya adalah Puhun (45), bapak dua orang anak asal Kelurahan Cijoho, Kabupaten Kuningan, yang sudah 13 tahun menjadi kusir delman.

Kuda jenis Sandel yang memiliki kaki lumayan berotot ini menjadi teman seperjuangannya. Sudah hampir 5 tahun Puhun mengadu nasib bersama kuda tersebut. Hasilnya cuman cukup untuk makan sehari-hari.

"13 tahun sudah jadi kusir delman. Awalnya nerusin orang tua. Udah coba kerjaan lain, punya kuda dijual lagi. Tapi enggak ada jalan lain akhirya terus jadi kusir delman sampai sekarang," kata Puhun saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Dari profesi ini Puhun bisa mendapatkan cuan sampai Rp 100 ribu. Angka tersebut lumayan besar yang pernah ia dapatkan. Sehari-harinya justru Puhun harus bersusah payah. Bisa memperoleh Rp 10 saja sudah untung baginya.

Rezeki Puhun selalu tak menentu. Meski eksistensi delman di Kuningan masih ada, tetapi pekerjaan sebagai kusir hanya cukup untuk menyambung hidup.

Puhun mengaku tidak tahu persis berapa penghasilan yang didapatkannya. Sebab meski saban hari berkeliling, belum tentu dia bisa mendapatkan penumpang.

"Nggak bisa diprediksi, rezeki saya tidak menentu. Pernah paling besar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Kalau Kadang sepi terus, dapat seribu saja udah untung," katanya.

Walaupun letih dan lelah harus dilalui, semangat Puhun dalam bekerja tetap terpancar dari wajahnya. Sekecil apapun rezeki yang diterima masih dia syukuri, mengingat tak ada pilihan lain. Jika menganggur tak ada asap yang mengepul di dapurnya.

Sembari mengajak berkeliling mengitari pusat kota di Kabupaten Kuningan, Puhun banyak berkisah tentang suka duka yang dialami. Misalnya semasa pandemi COVID-19 lalu, dia bahkan tidak menarik delmannya sama sekali.

Pada masa itu sesekali Puhun merasakan pening di kepalanya. Bukan sakit yang diderita, melainkan pusing gegara tak ada sepeser rupiah pun yang masuk kantongnya. Oleh karenanya saat ini bisa mendapatkan penumpang di hari biasa saja sudah membuatnya bahagia.

"Waktu COVID-19 sering enggak narik. Jadi buat makan aja susah. Pas kelar juga Masya Allah, saya punya gotrok buat angkut pasir aja sampai dijual," ungkapnya.

Hasil jerih payahnya menjadi kusir delman harus dibagi lagi untuk biaya perawatan kuda. Puhun rela mencari rumput untuk pakan hewan kesayangannya itu sebagai solusi menekan biaya perawatan seminimal mungkin.

"Perawatan kuda itu cukup rumit mas. Saya biasanya cari rumput buat makan kuda. Untuk beli dedak habis Rp 15 ribu per hari. Jadi cukup buat makan sama jajan anak saja. Kalau ada rezeki saya beli telur buat kuda supaya tetap sehat," tuturnya.

Nasib Kusir Delman di Kuningan

Taman Kota menjadi lokasi yang paling ideal untuk menikmati sensasi berkeliling pusat Kabupaten Kuningan dengan naik delman. Dari penuturannya, Puhun akan mengenakan tarif Rp 10 ribu per orang untuk sekali jalan.

Menurutnya keberadaan delman sebagai moda transportasi di Kabupaten Kuningan perlahan mulai tergantikan. Hal ini wajar, mengingat banyak warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian.

Kendati demikian, Puhun masih sering menjumpai warga yang antusias untuk naik delman. Di akhir pekan, jasanya laris manis dilirik penumpang. "Sekarang yang ramai itu kalau Minggu atau Sabtu. Biasanya banyak yang naik," ujarnya.

Lain halnya dengan Puhun yang menjadi kusir delman untuk menafkahi keluarganya, motivasi berbeda ditunjukan oleh Nanda (17). Pemuda asal Desa Sukamulya, Kecamatan Cigugur tersebut justru menggeluti profesinya sebagai kusir karena kecintaannya terhadap kuda.

Nanda sering mangkal di depan Taman Kota sembari membawa kuda Sandel miliknya. Kuda tersebut terlihat berbeda dari kuda di area ini karena berwarna putih.

Sedari kecil Nanda sudah akrab dengan kuda. Sehingga kecintaannya terhadap hewan tersebut muncul sampai membuatnya punya hobi merawat kuda.

"Saya hobi mengurus kuda. Bisa disebut kusir kuda. Saya mengurus kuda dari kecil, tapi baru fokus 3 tahun sekarang," terangnya.

Pria tamatan SMKN 1 Kuningan ini rela mengeluarkan uang sebesar Rp 17 juta untuk membeli kuda Sandel tersebut. Kuda berwarna putih ini dipakainya untuk usaha. Banyak pengunjung di Taman Kota yang tertarik menunggangi atau sekedar berfoto bersama kudanya.

"Buat ditunggangi ini kang kudanya. Umurnya memang sudah lumayan tua, sekitar 20 tahun ke atas," jelasnya.

Nanda tidak sendiri. Sebab ada beberapa juga teman-temannya yang usianya relatif muda dan memilih profesi serupa.

Taman Kota yang menjadi destinasi wisata murah-meriah, telah membuka mata pencaharian baru bagi Nanda dan teman-temannya. Walaupun terkadang hasilnya tidak seberapa.

"Kalau kuda ada yang buat usaha dan hobi. Ada juga yang jadi kuda pacu. Tertarik beli kuda ini buat usaha, karena menarik gitu," ungkapnya.

Sementara itu terpisah, pegiat budaya di Kabupaten Kuningan Dany Andriawan mengatakan, kuda telah diadopsi sejak lama oleh masyarakat Kuningan sebagai alat transportasi. Hal itu bisa dilihat dengan adanya aktivitas delman.

Di Kuningan sendiri alat transportasi delman atau andong yang ditarik oleh kuda masih lestari hingga kini. Sehingga baginya titel Koda Kuda masih layak disematkan untuk Kabupaten Kuningan.

Julukan Kota Kuda sendiri sudah melekat begitu erat bagi Kabupaten Kuningan. Keberadaan delman yang masih lestari hingga kini menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat luar daerah menyebut Kuningan sebagai Kota Kuda.

"Kuningan itu banyak juga warganya yang memelihara kuda sebagai alat transportasi, yakni delman atau kahar Bahasa Sunda dulunya. Masih terpeliharanya transportasi ini, sehingga makin banyak orang menyebut Kuningan Kota Kuda," ucap dia.




(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork