Rumor ketertarikan City Football Group (CFG) terhadap Persib Bandung belakangan sedang hangat diperbincangkan. Nama CFG, konglomerasi sepak bola pemilik Manchester City ini dikabarkan tengah melirik Persib sebagai pintu masuk mereka ke Asia Tenggara.
Meski belum ada pernyataan resmi dari kedua kubu, sinyal komunikasi disebut sudah terjadi. Di balik riuh pembicaraan tersebut, muncul satu pertanyaan besar, jika rumor ini benar, apa plus minus bagi Persib?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak sedikit pihak yang menilai masuknya CFG akan menjadi babak baru dalam sejarah Persib. Dalam konteks sepak bola modern, bergabung dengan grup multi-klub macam CFG bisa memberikan percepatan kualitas yang sulit dicapai hanya dengan mengandalkan sumber daya lokal.
CFG dikenal dengan sistem manajemen terintegrasi, standar operasional profesional, dan jaringan global yang memungkinkan pertukaran pengetahuan di semua lini, mulai dari pelatih, tim analis, akademi, hingga pemasaran.
Pengamat sepak bola Eko Noer Kristiyanto alias Eko Maung menilai peluang itu bisa mendorong Persib naik kasta, terutama dari sisi struktur organisasi.
"Untungnya apa? Jelas finansial pasti lebih gede suntikan modal, manajemen lebih profesional, relasi dan konsorsium internasional," ujar Eko saat dihubungi detikJabar, Senin (17/11/2025).
Jika masuk, CFG bisa memberi Persib modal besar untuk proyek-proyek yang selama ini sebatas rencana, mulai dari pembangunan training ground modern, pembenahan akademi, hingga pengembangan sistem scouting kelas dunia.
Bahkan, talenta muda seperti Beckham Putra bisa mendapat jalur karier lebih luas dengan kesempatan tampil atau trial di klub-klub jaringan CFG.
Di luar teknis sepak bola, keuntungan komersial juga tak kalah besar. Dengan masuknya investor global, Persib berpotensi naik level menjadi brand internasional dengan akses sponsor global dan ekspansi pasar yang jauh lebih luas.
Namun hal itu bukan tanpa konsekuensi. Setiap investasi global selalu memiliki implikasi terhadap kultur dan identitas klub. Persib adalah klub dengan basis suporter besar dan fanatisme lokal yang kuat. Perubahan kepemilikan dikhawatirkan membuat sebagian unsur tradisional memudar.
Eko menyoroti risiko terbesar dari masuknya investor global yakni hilangnya identitas lokal yang selama ini melekat pada tubuh Maung Bandung. "Cuma nanti kedaulatan lokalnya akan hilang. Selama ini kan spirit klub Indonesia primordial," tegasnya.
Kekhawatiran itu masuk akal. Dalam model multi-klub, investor biasanya memiliki pengaruh besar dalam keputusan jangka panjang. Mulai dari perekrutan pemain, pemilihan pelatih, hingga strategi bisnis, semua bisa mengarah pada model standar CFG yang belum tentu sejalan dengan akar budaya Persib.
Menariknya, Eko menyebut rumor ini tidak harus berujung pada akuisisi saham penuh. Ada kemungkinan lain, yakni kerja sama strategis seperti yang pernah dilakukan Persib dengan Inter Milan pada 2016 lalu.
Model kerja sama bisa menjadi jalan tengah dimana Persib tetap dapat mempertahankan identitas lokal sambil menyerap ilmu, teknologi, dan jaringan CFG. "Kalau kerjasama intensif, dulu pernah sama Inter Milan ya. Makanya saya cuma menganggap kerjasama intensif saja (dengan City Football Group)," ujarnya.
(bba/iqk)










































