Kasus Kematian Maradona dan Dugaan Kelalaian Tim Medis

Devandra Abi Prasetyo - detikJabar
Kamis, 13 Mar 2025 00:05 WIB
Diego Maradona. Foto: Carlos Ramirez/Getty Images
Bandung -

Persidangan terkait kematian legenda sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona, resmi dimulai di Buenos Aires. Tim medis yang menangani mantan pelatih Lionel Messi dan rekan-rekannya menghadapi ancaman hukuman berat akibat dugaan kelalaian.

Mengutip dari detikHealth, Rabu (12/3/2025), BBC melaporkan, tujuh anggota tim medis dituntut oleh jaksa dengan tuduhan kelalaian yang berujung pada kematian seseorang. Jaksa menilai bahwa kematian Maradona sebenarnya bisa dicegah jika tim medis bertindak lebih cepat dan responsif dalam memberikan perawatan.

Para terdakwa dalam kasus ini terdiri dari seorang ahli bedah saraf, psikiater, psikolog, koordinator medis, koordinator keperawatan, dokter, serta perawat malam. Mereka diduga gagal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa Maradona.

Maradona Meninggal Saat Pemulihan

Sebagai informasi, Maradona meninggal dunia karena serangan jantung di rumahnya pada tahun 2020 dalam usia 60 tahun. Pemilik gol legendaris "Tangan Tuhan" itu sedang menjalani masa pemulihan setelah menjalani operasi pembekuan darah di otak pada awal bulan tersebut.

Para terdakwa membela diri dengan menyatakan bahwa Maradona menolak perawatan lebih lanjut. Menurut mereka, mantan bintang Napoli dan Barcelona itu seharusnya tetap dirawat di rumah sakit lebih lama pascaoperasi. Jika terbukti bersalah, mereka dapat menghadapi hukuman penjara hingga 25 tahun.

Jaksa Tuntut Keadilan

Jaksa Patricio Ferrari menegaskan pentingnya keadilan dalam kasus ini.

"Hari ini, Diego Armando Maradona, anak-anaknya, kerabatnya, orang-orang terdekatnya, dan rakyat Argentina, berhak mendapatkan keadilan," kata Ferrari kepada pengadilan.

Para penyelidik mengkategorikan kematian Maradona sebagai pembunuhan berencana, meskipun dalam bentuk yang serupa dengan pembunuhan tidak disengaja. Mereka berpendapat bahwa tim medis sebenarnya menyadari kondisi kritis Maradona, tetapi tidak mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkannya.

Salah satu perawat malam sebelumnya mengungkapkan bahwa dia melihat "tanda-tanda peringatan" sebelum Maradona meninggal. Namun, ia mengaku menerima perintah "untuk tidak membangunkan" sang legenda sepak bola tersebut.

Lebih dari 100 saksi dijadwalkan memberikan kesaksian dalam persidangan yang diperkirakan akan berlangsung hingga Juli mendatang. Perkembangan kasus ini terus menjadi sorotan, terutama di Argentina, tempat Maradona dianggap sebagai ikon nasional yang tak tergantikan.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.




(sud/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork